Di sebuah warung kopi yang tak pernah kehilangan pelanggan, Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal duduk bersama di meja langganan mereka, menatap layar ponsel masing-masing sambil menyeruput kopi. Hari itu adalah hari besar---hari pelantikan presiden baru, dan tentu saja topik yang tak bisa mereka abaikan: era baru pemerintahan dan harapan yang terbangun di pundaknya. Tapi bagi keempat sahabat ini, harapan baru justru terasa seperti drama lama yang diulang-ulang.
KEMBALI KE ARTIKEL