Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Renungan Sederhana Aksi Mogok Solidaritas 27 Nov

28 November 2013   22:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:33 581 1
Kali ini saya tidak akan membahas masalah bersalah atau tidaknya dr. Ayu karena tidak ada kaitannya dengan keseluruhan artikel ini. Saya hanya ingin dapat jawaban sederhana atas kasus nyata ini seorang anak sakit gigi, dibawa ke RS, poli tutup karena dokter mogok  ditangani dr IGD yang hanya memberikan obat penghilang rasa sakit (parasetamol) dan kumur air garam. Besok disuruh datang lagi? Dengan kata lain, karena dokternya sedang solider dengan mogok massal, anak ini harus menahan sakit lebih lama lagi? Dan semata karena sakitnya tidak urgent/darurat dan dokter yang bisa menanganinya, mogok? Ironi bukan? Dan pasien anak itu tidak pernah berkata bahwa dia tidak perlu dokter, seperti pasien kebanyakan lainnya yang masih menganggap tugas dokter adalah mulia.

Cara Lain Berdemo
- Demo pada hari minggu, Poliklinik biasa tutup kan?
- Demo bergantian turun ke jalan, poli tetap buka
- Demo long march malam hari saat poli tutup
- Iuran seluruh IDI untuk blokir iklan halaman depan surat kabar nasional nyatakan kekecewaan Anda atas putusan ini
- Demo sebulan penuh bergantian praktek Poli

Satu lagi yang diperjuangkan adalah rekan sejawat, bukan memperjuangkan dana APBN kesehatan lebih tinggi lagi agar biaya pengobatan murah, menghapus bea impor obat paten, merombak sistem pelayanan kesehatan. Para dokter terprovokasi mogok, bukan masyarakat yang terhasut media

Belum lagi tanggapan para dokter yang sinis.
... 3 hari mogok, Indonesia lumpuh (Wakil Ketua IDI Sulut)
http://regional.kompas.com/read/2013/11/26/2148170/Wakil.Ketua.IDI.Sulut.Tiga.Hari.Dokter.Mogok.Negara.Ini.Lumpuh
... hari ini silakan tanya pada Mbah Google >> banyak di twitter

... supaya orang tahu arti ketidakhadiran kami  >> twitter
... seribu pasien kami tolong tidak ada yang berterima kasih, satu hari mogok, kami dicaci >> twitter
... IDI Surakarta: Masyarakat Biar Tahu Bagaimana Rasanya Tanpa Dokter >> http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/3038356_5538.html

Kalau saja hanya oknum dokter yang meneriakkan hal ini, mengapa banyak sekali oknum bersuara sama? Ada yang salah pasti. Sistem pendidikan kedokteran kah?

Analogi Sederhana
Seandainya satu hari sambungan listrik Anda sengaja dipadamkan karena terjadi mogok massal membela petugas listrik yang kena kasus karena lalai sambungan listriknya terbuka, lalu atap bocor (risiko lain), korsleting dan rumah terbakar... dia dipidanakan, temannya membela.

Semua saluran listrik dipadamkan kecuali Rumah sakit, Bank, Militer, Telekomunikasi, Sekolah, dan perusahaan strategis lainnya. Semua rumah biasa padam ... Anda marah?
Permisi tanya apakah Anda pernah berterima kasih kalau setahun penuh listrik Anda nyala?
Berterima kasih pada petugas PLN?

Petugas PLN bilang ... silakan Google bagaimana cara membangkitkan listrik dari tenaga matahari, buat mereka menghargai ketidakhadiranmu, 3 hari mogok, Indonesia lumpuh (Wakil ketua operasional PLN setempat) ...

=======
kalau untuk hal yang seperti ini Anda berhak marah dan untuk masalah menyangkut kesehatan Anda harus diam? Dokter bisa menyembuhkan, tapi memilih mogok atas nama solidaritas.
Dana jika atas nama demokrasi, para Dokter mogok, kami pun berhak mengkritik sikap Anda, dan Anda tidak perlu marah, Dokter...

Sumpah Dokter
Demikian bunyi sumpah dokter

Demi Allah, saya bersumpah bahwa :
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan;
Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya;
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan ber­moral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya;


Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan;
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerja­an saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter;
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran;
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya sendiri ingin diperlakukan;
Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial;
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;
Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan ke­dokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;






Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan memper­taruhkan kehormatan diri saya.

Saya bertanya apakah ada hirarki kepentingan sehingga sumpah-sumpah lain di atas sumpah mengenai solidaritas rekan sejawat? Jika iya, sungguh kami menunggu jawaban yang masuk akal, Dok!

Dokter yang Baik

Kemarin tanggal 27 November 2013, saat AKSI Mogok Nasional, saya mencoba cek dokter spesialis mata di dekat rumah saya yang terkenal baik, dr. Haryo Sarodja. Beberapa kesaksian pasien mengatakan bahwa pasien katarak yang tidak mampu sering ditolongnya dengan membebaskan biaya operasi katarak. Bersyukur beliau tetap buka praktek malam itu, pasiennya banyak sekali, perkiraan saya bisa sampai tengah malam baru selesai. Saya angkat topi untuk dokter spesialis yang tidak ikut mogok atas nama solidaritas ini. Saya doakan Anda sekeluarga diberkati Yang Kuasa apapun agama Anda, Dokter ...

Saya optimis masih banyak dokter baik di Indonesia.

Jika jadi dokter jangan berdagang. Jika ingin berdagang, jangan jadi dokter

- dr. Lo Siaw Ging, Solo
http://solografi.com/2013/11/16/lo-siaw-ging-dokter-tanpa-tarif/

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun