Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Akhirnya 53,15%

25 Juli 2014   22:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:13 172 0
AKHIRNYA... 53,15%

Inilah NILAI dan HARAPAN
RAKYAT INDONESIA

Katanya siap menang siapa kalah?
Negeri ini bukan wilayah pribadi.
Negeri ini punya setumpuk persoalan, dan membutuhkan enerji besar untuk menyelesaikannya.

Negeri ini tak'kan menghabiskan energi hanya untuk mengurus "anak manja", yang hanya memahami frase "menang", tapi lupa tentang nyanyian indah "kekalahan".

Karena sesungguhnya, kemenangan dalam sebuah kontestasi politik, bukanlah sekadar kemenangan angka-angka statistik yg labil dan bisa manipualtif, lebih dari itu, yakni; memenangkan hati nurani rakyat Indonesia yang berhak untuk memilih dipimpin oleh "orang baik" menurut ukuran rakyat saat ini.


Itulah kenapa selalu setiap masa ada orangnya, dan setiap oranga ada masanya.

Saat ini, giliran Jokowi Jusuf Kalla.

Bangsa ini, sesungguhnya tak begitu peduli seberapa besar selisih kemenangan Jokowi-JK dan seberapa kecil prosentase kekalahan Prabowo Hatta.

Yang kami peduli adalah, seberapa hebat, Jokowi-JK menjalankan "nilai-nilai" yang dijanjikannya, dan seberapa besar tanggung-jawabnya untuk menumbuhkan dan mewujudkan "harapan" yang kini tumbuh subur dihati sanubari Rakyat Indonesia.

Yang kami percaya, bahwa dalam dunia politik, disetiap "sisi kemenangan", selalu ada "sisi penyeimbang", sebagai esensi dari Bargaining Position

[caption id="attachment_335102" align="aligncenter" width="476" caption="150 Jiwa Relawan "][/caption]

, yang merupakan anak kandung dari politik praktis.

Seharusnya, Prabowo dan Partai Pengusungnya, memainkan peran "penyeimbang" ini, bukan malah meratapi "kekalahan" angka statistik semata. Naif sekali.

Karena logika politiknya, setelah JOKOWI-JK, maka orang kedua yg akan berpengaruh direpublik ini 5 tahun mendatang adalah PRABOWO-HATTA.
Dengan attitude politik ala JOKOWI, peran posisi tawar-menawar Prabowo-Hatta terhadap pemerintahan mendatang akan jauh lebih kuat dan efektif, ketimbang "koalisi permanen" yg sifatnya pragmatisme dan beraroma praktis-transaksional yang dibentuk setelah trend kekalahan terlihat. Motif "dominasi politik kekuasaan"nya terlalu prematur.

Kenapa PRABOWO tidak memainkan peran "penyeimbang" ini saja dengan efektif? Bukankah sudah memiliki 46,85% suara rakyat sah. Secara kuantitatif jumlah tersebut sangat besar untuk bargaining position. Namun secara kualitatif bergantung pada sikap dan gaya kepemimpinan Prabowo-Hatta. Apakah memiliki kualitas kenegarawan seperti yang diharapkan semua pihak?


Karena, apapun yg dilakukannya, Pilpres tak'kan terulang lagi dan KPU hari ini akan menetapkan Presiden-Wapres Indonesia 2014-2019 adalah JOKOWI dan JUSUF KALLA.


Sebab, "Nilai" dan "Harapan" itu tak boleh dihalangi hanya oleh kepentingan pribadi; ambisi berkuasa sekelompok orang tertentu, tanpa peduli dengan hak-hak setiap warga negara dan tanpa peduli dengan Undang-Undang yg berlaku.

Andai mau legowo, seharusnya, hari ini Prabowo-Hatta bisa buka puasa bersama Jokowi-JK. Lalu besok pagi, hingga pagi hari berikutnya selama 5 tahun mendatang, Prabowo-Hatta, dengan indahnya bisa menelpon Presidennya atau Wapresnya, setiap hari, untuk menyampaikan setiap ada masalah A atau masalah B hingga masalah Z di Indonesia, yang butuh perhatian Presiden-Wapres.

Bayangkan, Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, memiliki 2 orang hebat yg selalu mengingatkan dan mengkritisinya dng indah setiap saat, yakni; Prabowo dan Hatta.

Tidakkah itu lebih indah, harmonis dan efektif dalam mencapai tujuan. Bukankah dinegara maju dan modern, budaya politik sdh beranjak kearah sana, kearah "politik keseimbangan".

Saya berharap langkah Mahfud MD dan Hatta Rajasa menjadi inspirasi politik Prabowo untuk legowo dengan cara nan elegan.

Dengan begitu mulut besar Ahmad Dhani utk memotong "kemaluannya", jalan kakinya Amin Rais dr Monas ke Yogya, hijrahnya keluarga Rhoma Irama keluar-negeri, tak perlu ditepati. Anggap saja ucapan janji mereka sbg gigauan politik belaka.

Dan tudingan hitam dr Fadly Zon yg meng-Komunis-asikan Jokowi serta kicauan Fahri Hamzah yg menuduh "sinting" para santri dan Jokowi, dianggap saja sbg ocehan anak kecil yg sedang panik dan kalap.

Kini saatnya kita, Relawan JokowiJK dan pendukung Prabowo Hatta, utk kembali ke habitat kita sebagai bangsa Indonesia.

Selamat tinggal kompetisi politik, selamat datang Presiden-Wapres RI periode 2014-2019, selamat datang pemimpin masa depan untuk Indonesia Hebat.

Rakyat Indonesia akan menjagamu dan mengawasimu, mulai hari ini 22 Juli 2014 jam 20.00 WIB sampai 5 tahun mendatang. Mari bersama-sama mengukir sejarah baru Indonesia tercinta ini.

"Salam 3 Jari"
(Persatuan Indonesia)

"Salam 5 Jari"
(Silaturahim anak bangsa)

Setiabudi AC Noerdin

Koordinator ALMISBAT Sulteng
(Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat)
Wilayah Sulawesi Tengah

#RevolusMental #RevolusiHarmoni #RekonsiliasiNasional

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun