pasangan calon ataupun pendukungnya. Sayangnya acara yang dilakukan termasuk melakukan
black campaign seperti yang diulas di salah satu media online http://bit.ly/1odEGCG .Apalagi
keberadaan Twitter dan Facebook turut mempercepat beredarnya isu negatif yang sebenarnya
kita juga sulit untuk bedakan mana yang benar dan mana yang salah. Istilahnya seringkali “nasi
sudah menjadi bubur” begitu sebuah black campaign bergulir.
Di Pilpres 2014 kali ini Jakarta tampak menjadi pusat topik black campaign yang beredar.
Prabowo diserang dengan isu pelanggaran HAM danpenculikan aktifis yang pusat kejadiannya
ada di kerusuhan Jakarta 1998. Sedangkan Jokowi diserang dengan isu kasus pengadaan bus
Trans Jakarta tahun lalu. Tulisan ini tidak ingin mengulas siapa yang benar dan siapa yang salah,
tapi lebih ingin memaparkan bahwa sangat disayangkan black campaign secara massif terjadi di
Pilpres kali ini dan di pusat isunya ada Jakarta, ibu kota kita tercinta.
Peristiwa kerusuhan Jakarta tanggal 13-14 Mei 1998 juga aksi penculikan aktifis terus menjadi
titik kelam dalam sejarah Indonesia yang seakan tidak terpisahkan dari nama Prabowo. Bahkan
sampai ada pihak yang secara lengkap membandingkan berbagai sumber tentang peristiwa
tersebut seperti di sini http://bit.ly/1k3DG0R. Walaupun Mahkamah Militer telah menjatuhkan
putusan terhadap peristiwa yang dikatakan melibatkan Prabowo dan tim Mawar, namun 16 tahun
berlalu masih hangat isu ini dibicarakan.
Jokowi sendiri juga terus ditempelkan dengan kasus dugaan korupsi Bus Trans Jakarta
seperti dalam beritaini http://bit.ly/1ndTvrR. Walaupun belum ditetapkan sebagai tersangka,
namun mantan Walikota Solo dua periode dan Gubernur DKI Jakarta ini terus dipertanyakan
keterlibatannya dalam kasus tersebut.
Sekali lagi sangat disayangkan tampaknya selama masa kampanye berlangsung isu “Rusuh
Jakarta vs Trans Jakarta” akan terus digulirkan. Harapan tulisan ini adalah agar kampanye di
Indonesia tetap sehat agar makin positif aura Indonesia dan masyarakatnya.