Malam hari yang diwarnai rintik gerimis terus menyanyikan nada semu bagi hati yang dingin. Entah mengapa di warung kopi-nya Mang Jaja masih aja ada orang yang kongkow-kongkow disana. Rumahku memang dekat dengan warkop Mang Jaja, hanya dengan melihat dari teras rumah saja sudah kelihatan dengan jelas apakah warkop tersebut sepi ataukah rame. Meski dinginnya malam ini menjadikan ingin segera tidur di pembaringan, tapi mendengar riuh suara dari warkop, akhirnya aku putuskan untuk menuju ke warkop untuk sekedar ngopi dan nimbrung keriuhan disana, meski aku sendiri pun tau bahwasanya keriuhan di warkop Mang Jaja masih jauh kalah ramai dengan kompasianival.
KEMBALI KE ARTIKEL