Berbeda dengan Wakijo, ia adalah anak orang kaya. Segala kebutuhannya hanya tinggal meminta kepada orang tuanya, pasti langsung terpenuhi. Tak heran atas sikap yang terlalu mengandalkan orang tua tersebut membuat dirinya jadi sombong, apalagi orang tuanya adalah orang yang disegani dan terpandang di seantero kampung.
Entah apa yang ada di pikiran Wakijo, melihat Sastro yang buta, ia tidak merasa senang dan selalu ingin mencari-cari kesalahannya untuk dibandingkan dengan kehebatan dirinya. Ujung-ujungnya, seantero kampung pun tak lepas dari dengungan cibiran Wakijo terhadap Sastro. Di berbagai penjuru kampung, mendengar cibiran Wakijo terhadap Sastro, ada yang acuh, ada yang semangat "ngomporin", ada pula yang miris dalam hati melihat sikap Wakijo yang arogan.
Alkisah pada suatu malam yang gelap gulita, Sastro merasa ingin buang hajat di kali. Sastro yang buta pun kemudian mengambil obor dan berjalan menuju kali. Di perjalanan, Sastro bertemu dengan Wakijo, dan seperti biasanya Wakijo pun mulai membombardir dengan mengeluarkan jurus-jurus cibiran kepada Sastro.
Wakijo : "Hai orang buta, kenapa kau malam-malam begini berjalan membawa obor. Kau ini orang buta, apa gunanya kau malam begini membawa obor? Memang dengan membawa obor, kau bisa menerangi jalan yang kau lalui? Bukankah dunia ini hanyalah gelap bagimu, hah?"
Sastro : "Hai orang yang buta hatinya. Tidak berpikirkah engkau bahwa aku membawa obor ini dengan tujuan bila kebetulan ada yang berpapasan denganku, dia akan mudah melihatku. Bila dia melihatku, niscaya dia tidak akan menubrukku. Sudah gelapkah hatimu sehingga tidak mau mengerti maksud aku membawa obor?"
#makjlebbbbb
* * * * *
Gathering para pemain bintang dari Indonesia Super League (ISL) di Batu, Malang, ternyata berbuah pada pertandingan antara ISL Super Star melawan klub Arema-Pelita (babak pertama) dan klub Persegres (babak kedua). Tentu hal ini patut kita syukuri, ternyata acara gathering para pemain bintang ISL tak hanya untuk jogging maupun berhaha-hihi saja, buktinya setelah beberapa waktu lalu bertanding dengan Batu Selection, kemarin (6/10) tim ISL Super Star juga menggelar "big match" melawan 2 klub dalam 1 pertandingan 2x45 menit.
Sungguh luar biasa publik Malang dan sekitarnya yang mengapresiasi laga ini. Stadion Kanjuruhan pun dipenuhi puluhan ribu orang yang ingin menyaksikan laga terjegerrr tahun ini. Dukungan yang "membludak" ini tentu saja sangat berbeda dengan Timnas Indonesia saat beruji-coba melawan Timnas Vietnam beberapa waktu lalu di Surabaya. Pertandingan yang merupakan International Friendly Match (pertandingan persahabatan, resmi agenda FIFA) ternyata hanya mampu menyedot animo kurang dari 10rb lembar tiket terjual.
Dari sinilah bisa diibaratkan bahwa Timnas Indonesia itu adalah orang buta. Faktanya adalah penonton yang yang menyaksikan laga tersebut tergolong sepi. Dengan minimnya dukungan tersebut, pantas bila Timnas Indonesia ini seperti orang buta, yakni sama-sama mempunyai kekurangan.
Tapi coba bandingkan dengan laga yang dijalani oleh tim ISL Super Star. Faktanya adalah dukungan masyarakat yang menyaksikan langsung di stadion sangatlah besar, belum lagi masyarakat yang menonton di layar kaca karena laga ini ditayangkan secara langsung oleh ANTV. Dapat digambarkan bahwa ini adalah wujud dari "kesempurnaan", berbeda halnya dengan Timnas Indonesia yang seperti orang buta (mempunyai kekurangan).
Tapi sungguh sayang, dari kesempurnaan tersebut hanya menimbulkan kepongahan seperti tokoh Wakijo diatas. Menganggap dirinya lebih dari segalanya, menganggap orang yang tidak disukainya sangat rendah segala-galanya, sehingga menutupi hati nuraninya.
Bukankah kesempurnaan sebaiknya kita ulurkan kepada sesama yang membutuhkan? Tak perlu repot menuntun orang buta, menghargainya saja sudah cukup koq :)