Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Dulu Cari Aman, Kemarin Cari Muka, Sekarang Cari Perkara

17 Desember 2011   02:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:09 1865 4
Bila suporter yang kisruh tawuran, maka para petinggi (klub, pengda, pengprov) banyak yang diam saja seolah hal itu tidak terjadi. Berbeda halnya bila para pengurus dan petinggi (klub, pengda, pengprov) sedang bertikai, suporter dibuat gerah dengan kelakuan para petinggi ini yang entah membela sebuah kepentingan apa. Sangat kontras sekali, belum ada jaminan bahwa masyarakat bawah atau suporter terwakili suaranya oleh klub, pengda, dan pengprovnya (baca artikel: PSSI Itu Menggunakan demokrasi Macam Apa?)

Dulu cari aman

Masih ingat demo ribuan Jakmania tahun 2008 yang menuntut ketum Nurdin Halid mundur dari jabatannya karena terkait statusnya yang nyaman sekali menginap di Hotel Prodeo kawasan Salemba? Tak lama berselang, ada demo tandingan yang juga menggunakan atribut Jakmania/Persija untuk mendukung PSSI. Dewan Presidium The Jakmania gerah atas aksi tandingan yang entah darimana asalnya ini, dan akhirnya mengeluarkan maklumat bahwa aksi tandingan itu bukan dari Jakmania. Lantas siapa yang bermain disini? Adalah Ferry Paulus yang saat itu menjabat pengprov DKI, selalu saja menyatakan dukungannya terhadap Nurdin Halid. Ferry Paulus ini juga termasuk dalam rombongan yang kabur mengamankan diri saat kongres di Pekanbaru 2011 lalu.

Yang diatas tersebut hanyalah salah satu contoh yang menggambarkan betapa banyaknya ketum klub, pengda, pengprov yang suka menjilat-jilat untuk cari aman posisinya. Hal ini MAKIN NYATA saat bursa caketum dibuka, incumbent Nurdin Halid menjadi mayoritas dengan dukungan 81 suara. Bisa disimpulkan, meski gelombang protes bergejolak di tingkat akar rumput, para petingginya tetap loyal cari aman dengan menjilat Nurdin Halid.

Kemarin cari muka

Setelah Nurdin Halid lengser, maka 81 suara yang mendukung ini kemudian kelabakan karena pastinya akan ikut menjadi bahan cercaan dimana-mana. Skenario berubah, dari 81 suara ini kemudian sebagian besar diantaranya langsung cari muka biar dikira reformis. Dari para loyalis carmuk ini bergabung dengan kubu reformis yang tentu saja sangat sedikit (dibawah 10 suara), maka terbentuklah K-78 yang "katanya" reformis. Hasilnya, K-78 bikin kisruh pada KLB di Jakarta karena kelompok ini koar-koar memaksakan kehendaknya mengusung GT-AP. KLB di tutup karena ricuh dan kemudian KN masih menunggu putusan FIFA atas kejadian ini. Akhirnya FIFA masih memberikan kesempatan sekali lagi untuk KN menggelar KLB, dan KN pun menentukan digelarnya KLB kedua di Solo. K-78 tetap berulah dan bahkan mengajukan gugatan ke CAS (kalo yg CAS ini sich gue salut, artinya gugatan yg prosedural. kalo ngototnya K-78 selain di CAS sich tentu cuma biar kisruh aja). Pada saat injury time, akhirnya kubu reformis yang hanya segelintir suara, ditambah sebagian besar suara yang dulunya cari aman lalu kini cari muka, bisa merelakan untuk tidak ngotot mengusung GT-AP. Kenapa K-78 bikin kisruh? Tentu saja ini bukan murni karna mendukung GT-AP, tapi terlebih karena K-78 ini diisi oleh sebagian besar orang yang sebelumnya "cari aman" menjilat Nurdin Halid, dan pada saat Nurdin Halid lengser maka loncat untuk "cari muka".

Sekarang cari perkara

Kini Forum Pengprov PSSI (FPP) mengklaim sudah mendapat dukungan lebih dari 400 anggota PSSI untuk menggelar Rapat Akbar Sepakbola Nasional (RASN) yang akan digelar besok (18/12). Wah, sudah mirip partai politik aja ya jek, selain kongres dan munas, koq gue baru denger kali ini ada rapat akbar dalam olahraga. Tentu dengan pengurus PSSI hasil KLB Solo yang baru seumur jagung dengan seabrek program dan agenda merasa gerah akan hal ini. Apakah PSSI sekarang anti KLB? Wow, KLB bisa dibuat mudah sekali jek, tinggal tunggu saja nanti di kongres tahunan PSSI, nah disana bisa diajukan mosi tidak percaya dan tanda tangan mengajukan KLB. Beres, mudah bukan? Dan dengan cara ini artinya menyuarakan dalam forum yang resmi, bukan rapat akbar diluar koridor etik yang tentu saja rawan akan deal-deal tertentu dalam menggalang dukungan ini. Bila ingin cara cepat, ya mudah juga, tinggal semua yang punya hak suara melayangkan mosi tidak percaya, jadiin satu, ajuin ke FIFA. Nah, praktis kan? Gak perlu tuh sampai ngumpulin massa dan menghambur-hamburkan uang yang tentu saja tidak sedikit. Setelah nanti KLB disetujui FIFA, maka yang HARUS PENTING DIPIKIRKAN oleh pemilik suara adalah, mencari sosok baru sebagai caketum PSSI yang lepas dari kubu penggugat KLB. Bisa dibayangkan sulitnya nggak? Dulu saja KPPN membuka pendaftaran caketum malah sepi yang daftar, lalu caketum yang mendaftar langsung ke KN malah banyak dihiasi muka-muka lama dengan sedikit polesan wajah biar kelihatan baru.

Lantas, siapa yang cari aman, cari muka, cari perkara? Selamat, silahkan tanyakan ketum klub lo, pengda lo, dan pengprov lo selaku pemilik suara. Tanyakan apakah mereka termasuk dalam penjelasan diatas.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun