Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

5-0 Untuk Kemenangan ANTV

24 Oktober 2011   19:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:33 964 3
Memang yang namanya kekuasaan kebablasan pastilah digunakan demi kepentingan pribadi maupun kelompok/golongannya. Sebenarnya juga saya sudah sangat mengantuk ketika "cetak-cetek" menulis ini, tapi koq rasanya ada hal yang harus saya sampaikan ketika melihat keanehan di depan mata, dini hari ini. Seperti sebelum-sebelumnya, acara Lensa Olahraga Antv dini hari ini (25/10) bukan lagi bergerilya tapi telah mengibarkan bendera beraromakan dendam. Bagaimana tidak, dari sekian banyak runing text saat acara tersebut, 5 yang pertama tampil berisikan berita yang menyerang PSSI dibawah kepemimpinan ketua umum Djohar Arifin. Dan inilah 5 runing text pertama :

1. Semen Padang bersedia hadiri Rapat Umum Pemegang Saham 27/10 nanti
2. Pengcab Sidoarjo tidak percaya terhadap ketua umum PSSI, Djohar Arifin
3. La Nyalla: Dari 3, kini menjadi 5 anggota exco kontra Djohar Arifin
4. Rapat exco digelar pukul 10.00 di kantor PSSI
5. Rapat exco membahas kelanjutan ISL di bawah pengelola PT Liga Indonesia

Baiklah mungkin satu per satu bisa sedikit kita bahas (jangan kepagian begadang, malu kalo pagi-pagi dibangunin bini coy, wkwk)

1. Rapat Umum Pemegang Saham

PSSI beberapa waktu lalu mengumumkan tentang pembagian saham bagi tiap klub yakni 70% untuk PSSI dan 30% untuk klub. Lantas siapakah yang menggelar RUPS itu? Sangat aneh bilamana nanti dikemukakan pernyataan "yang pegang saham siapa, eeeh yang bikin rapat siapa". Menilik komposisi pembagian saham dari era sebelumnya, maka inilah komposisi pembagian saham era NH adalah 95% untuk PSSI, 5% untuk yayasan, dan 0% untuk klub. Bilamana RUPS itu memang jadi digelar, maka artinya klub menghadiri acara "bagi-bagi kue" dari sekelompok orang yang dianggap mempunyai 95% saham. Dan kelompok itu adalah orang-orang lama.
(we're so sorry mr Blatter, extra ordinary congres is nothing)

2. Pengcab Sidoarjo tidak percaya dengan Djohar Arifin.

Bila ada beberapa petinggi klub, petinggi pengcab, petinggi pengprov, exco, suporter yang tidak mau mempercayakan dan mendukung kinerja PSSI dibawah komando Djohar Arifin yang terpilih melalui KLB Solo, maka mereka-mereka ini dipastikan "bebal" dalam memahami semangat rekonsiliasi yang didengungkan oleh FIFA. Mereka hanya mementingkan kepentingan masing-masing (saham 99%, masih apbd, berlaga di kasta tertinggi) tanpa mau mempertimbangkan mengenai keberhasilan proses rekonsiliasi yang sebenarnya.
(yg penting gue untung, persetan dengan rekonsiliasi)

3. Nyalla: Dari 3, kini menjadi 5 anggota exco yang kontra Djohar Arifin

La Nyalla Matalitti adalah exco yang paling vokal menyuarakan ribut-ribut internal kepengurusan hingga eksternal ke pengda, pengprov, dan klub. Dengan segala manuvernya, kini total jadi 4 exco lain yang mendukungnya (kalo emang bener). Anggota exco yang seharusnya bertugas mikir dan kerja keras membantu jalannya roda PSSI agar dapat menjalankan kinerja dengan situasi yang kondusif, tetapi kenyataan di lapangan terus menerus merongrong dari dalam. Bila kemarin hanya sebatas internal exco PSSI, kini dia bermanuver lebih gesit dengan kesana kemari menggalang dukungan. Lantas selama berkantor dia tidak bekerja dan malah sibuk menggalang dukungan gitu ya?

4. Rapat exco digelar pukul 10.00 di kantor PSSI

Disaat Djohar Arifin berhalangan hadir karena ada kepentingan ke Malaysia, ternyata sang penggalang dukungan tengah menyiapkan rapat exco tanpa ketua umum. Sangatlah mendadak, mumpung pak ketum tidak sedang berkantor atau bahasa kasarnya adalah usaha makar.

5. Rapat exco membahas kelanjutan ISL

Menurut FIFA, setiap federasi sepakbola di suatu negara berhak untuk mengatur jalan kompetisinya sendiri sesuai dengan role FIFA. PT Liga Indonesia yang mengelola ISL seolah tak mau kehilangan ladang pendapatannya, maka bergeraklah orang-orang lama dari pengurus yang tidak kompeten dan tidak kredibel (ini yg bilang FIFA loh) dibalik PT LI ini untuk merebut kembali jatah pengelolaan kompetisi. Sungguh aneh bila saat ini mengejar pengelolaan kompetisi, sedangkan laporan pertanggung-jawaban kompetisi maupun anggaran kompetisi musim lalu pun mereka tak bisa memberikan. Ketum Djohar Arifin saat membentuk PT Liga Prima Sportindo pun sebenarnya juga telah menginstruksikan untuk berkomunikasi dengan PT LI dengan tujuan semangat rekonsiliasi. Namun ternyata tak mudah bagi orang-orang lama ini untuk melepaskan ladang pendapatannya dari olahraga nomor satu di Indonesia ini. Dan akhirnya kini pun bisa ditebak, PT LI menginginkan merekalah yang akan mengelola kompetisi.
(padahal carut-marut musim lalu aja gk ada tanggung jawabnya)

Ya begitulah sepakbola kita, selalu diwarnai dengan intrik-intrik politis. Exco yang seharusnya bekerja demi kemajuan sepakbola, kini seolah menjadi biang ribut. Dari 9 anggota exco, siapa sajakah yang merupakan tokoh politis?
Anda bisa nilai sendiri :D

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun