Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Review Blackbook: Bukan Situs Dewasa "plus-plus"

5 Mei 2011   08:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:03 813 1
PENGANTAR

Saat pertama kali lihat judul posting salah satu kompasianer (lupa siapa) tentang Blackbook, jujur saja pikiran saya langsung tertuju ke sebuah situs jejaring sosial khusus dewasa (18+) xxxblackbook, maka saya pun tidak meng-klik posting tersebut. Jangan tanya lebih jauh tentang xxxblackbook dech, karna saat pertama saya gabung facebook (2008) banyak yg ngeadd saya malah orang bule dan sering ngirim spam mengarah ke situs tersebut (atau mereka juga ngirim ke Arifinto ya, hahaa).

Pada lain hari, bang Edu dalam komentarnya memberi sebuah link menuju posting bang Hadi Samsul tentang review Blackbook, saya pun langsung ke TKP. Owalah, novel toh, hahaa :D

Makasih buat mbak Winda & bang Edu, atas kiriman Blackbook-nya ;)

MASA SMP

Kisah Blackbook ini bermula dari persahabatan dua gadis SMP (Ayang dan Amel) yang bertemu dengan Tomi yang sama-sama masih berseragam biru-putih. Persahabatan ketiga anak SMP ini sangat akrab, hingga tak jarang waktu pun sering dilewatkan bersama-sama dalam keceriaan. Sampai pada suatu ketika, Ayang menyampaikan pada Amel bahwa dia menaruh hati pada Tomi. Amel sebenernya juga menaruh hati, tapi demi sahabatnya ini dia rela memendam rasanya.

BLACKBOOK

Perasaan Amel tak tertahankan lagi, dia memutuskan untuk melanjutkan kuliah perhotelan di Bandung agar tak bertemu Tomi setiap waktu, sedangkan Ayang dan Tomi tetap kuliah di Jakarta dan ibarat kata mereka ini lagi hot-hotnya pacaran. Pada masa kuliah, orang tua Ayang memutuskan tinggal di Malang sesuai wasiat untuk menjaga tanah warisan, sedangkan Ayang tinggal di Jakarta bersama pembantu (mbak Yum).

Pada masa ini Tomi terjerumus ke dunia narkoba hingga suatu saat karna parahnya lalu dibawa berobat. Sekembalinya dari proses rehabilitasi, maka mbak Yum pun selalu pasang tampang masam bila Tomi main dengan Ayang, hal itu tak lepas dari tanggung jawabnya untuk menjaga Ayang sesuai amanat majikannya.

Disinilah blackbook hadir, sebuah buku dengan sampul hitam yang dipilih Ayang dan Tomi sebagai sarana curahan hati keseharian mereka. Blackbook ini diisi bergantian oleh Ayang dan Tomi, satu buku diberikan bergantian untuk diisi dengan curahan perasaan atau catatan keseharian.

Kecurigaan Ayang yang berdasarkan catatan-catatan Tomi yang gak jelas arahnya, membuat Ayang curiga bahwa pacarnya tersebut masih menjadi pemakai narkoba. Kecurigaan itu terbukti, namun Ayang tetap setia menemani kekasihnya tersebut melalui masa-masa sulitnya. Ayang pun menceritakan semua yg terjadi kepada Amel yang saat itu beberapa bulan di Surabaya untuk job training di bidang perhotelan.

Ketika orang tua Tomi mendapati Tomi overdosis (lagi), maka mereka memutuskan untuk memindahkan Tomi kuliah di Bandung agar bisa jauh dari teman-temannya sesama pemakai. Namun di Bandung, Tomi bertemu seorang kawan lama yang DO saat SMA dulu yang notabene adalah seorang bandar obat. Makin parahlah Tomi di Bandung. Di lain waktu, Tomi seminggu bolos kuliah demi mengantar Ayang untuk melakukan aborsi ke Sukabumi. Pasca abortus, Tomi balik ke Bandung dan ternyata keadaan Ayang memburuk hingga pendarahan karena aborsi yang tidak sempurna. Karena hal ini, orang tua Ayang pun memutuskan untuk membawa anaknya ke Malang.

Pergaulan Amel di Surabaya tak terkontrol, dia merasa bebas dari kekangan orang tuanya hingga kehidupan malam pun sudah menjadi rutinitasnya, bahkan pernah sekali mencoba narkoba. Saat dia kembali ke Bandung, bertemulah dengan Tomi yang menumbuhkan kembali getar-getar dihatinya. Kehidupan bebas di Bandung, mereka jalani berdua.

Hingga suatu ketika, Ayang kabur dari Malang menuju Bandung untuk bertemu dengan Tomi dan Amel. Saat menuju tempat Amel, terkejutlah dia karna melihat dari jendela yang kordennya tak sepenuhnya tertutup, Amel dan Tomi bercumbu. Tanpa pikir panjang Ayang mengurungkan niatnya untuk bertemu Tomi dan Amel, kemudian segera pulang ke Malang.

Depresi, menghadapi kenyataan bahwa kekasihnya semakin gila dengan dunia drugs, dan sahabat karibnya yang mengkhianatinya. Bunuh diri adalah hal termudah yang ada dipikirannya, beruntung ibu dan pembantu memergoki kejadian tersebut sehingga bisa digagalkan.

Di Bandung, Tomi dan Amel terciduk polisi saat ngedrugs. Amel menjalani hukuman selama 3 bulan dan dibebaskan, kemudian oleh orangtuanya dikirim ke pesantren di Solo. Tomi dalam penjara semakin parah lagi karena ada suplai obat di dalam penjara. Akhir cerita, Ayang dan Amel terpuruk di depan pusara Tomi.

* * *

Pesan moral (opini pribadi) :
- Hati-hati bila orang terdekat kita selalu menyalahkan diri sendiri terus menerus
- Hati-hati bila orang terdekat kita mulai banyak alasan
- Hati-hati bila orang terdekat kita selalu minta maaf terus menerus
- Jangan dekat-dekat dengan narkoba
- Tuhan tak memberi cobaan melebihi kemampuan hambaNya, tetap bertahan meski banyak cobaan adalah kemenangan sejati

* * *

Kritik dikit buat bang Edu :
Karakter Tomi sama sekali gak Rock 'n Roll ya bang ?
Hahaa :D

Pis bang
n_nV

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun