Suatu hari, sang putri meminta ibunya untuk mengantarnya ke pasar. Dalam perjalanan, gadis itu berpakaian sangat indah sementara ibunya mengenakan pakaian sederhana. Saat berjalan melewati desa, orang-orang menatap mereka berdua. Sang putri merasa sangat malu berjalan di samping ibunya yang tampak lusuh. Ketika ada orang yang bertanya siapa wanita yang bersamanya, sang putri dengan angkuh menjawab, "Dia adalah pelayanku."
Mendengar jawaban itu, sang ibu sangat sedih, namun ia tetap diam. Namun, semakin jauh mereka berjalan, semakin sering sang putri mengulangi perkataannya, hingga akhirnya sang ibu tak bisa lagi menahan kesedihannya. Ia berdoa kepada Tuhan agar putrinya diberi pelajaran atas sikap sombong dan tidak tahu balas budinya.
Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan badai besar datang. Perlahan-lahan, tubuh sang putri mulai berubah menjadi batu. Sang putri pun menangis dan memohon ampun kepada ibunya, namun semuanya sudah terlambat. Tubuhnya semakin kaku dan akhirnya seluruh tubuhnya berubah menjadi batu.
Konon, batu itu dikenal sebagai Batu Menangis, dan hingga kini orang-orang masih bisa mendengar suara tangisan dari batu tersebut sebagai pengingat agar kita selalu menghormati orang tua dan bersikap rendah hati.