Ketika sedang berburu, Napo menemukan seekor ular raksasa yang berkilauan dengan warna emas di sebuah sungai kecil di pegunungan. Ular itu terlihat begitu megah dan besar, sehingga Napo merasa terpesona. Namun, naluri pemburunya mendorongnya untuk menangkap ular tersebut. Ia berusaha memanah ular itu, tetapi setiap kali ia mencoba, panahnya selalu meleset, dan ular tersebut tampak seolah-olah bisa menghilang dan muncul kembali di tempat lain.
Ular raksasa itu, yang ternyata adalah makhluk gaib, tidak menyerang Napo. Sebaliknya, ular tersebut berbicara kepada Napo dengan suara yang dalam dan menggema. Ular itu memperingatkan Napo agar tidak melukai dirinya dan menyuruhnya untuk pulang ke desanya. Sebagai tanda penghormatan, ular tersebut berjanji akan memberikan hadiah kepada Napo dan seluruh desanya.
Napo, meskipun terkejut dan takut, mengikuti perintah ular itu dan kembali ke desanya. Sesampainya di rumah, ia menceritakan pertemuannya dengan ular raksasa tersebut kepada penduduk desa. Mereka tidak langsung percaya dengan kisah Napo, tetapi tidak lama setelah itu, peristiwa aneh mulai terjadi.
Keesokan harinya, tanah di sekitar desa mulai bergetar dan air mulai memancar keluar dari tanah. Air tersebut mengalir tanpa henti, mengisi lembah-lembah dan membanjiri seluruh wilayah di sekitar desa. Dalam beberapa hari, lembah tempat desa itu berada berubah menjadi sebuah danau besar yang kemudian dikenal sebagai **Danau Sentani**.
Masyarakat desa pun percaya bahwa ular raksasa yang ditemui Napo adalah makhluk suci yang menciptakan danau ini sebagai anugerah bagi mereka. Danau Sentani menjadi tempat yang subur, penuh dengan ikan dan tanaman air, yang menyediakan kehidupan bagi penduduk sekitarnya.
Legenda ini diyakini oleh penduduk lokal sebagai asal-usul dari Danau Sentani, sebuah tempat yang hingga kini dianggap memiliki nilai spiritual dan magis yang tinggi. Danau Sentani kini menjadi pusat kehidupan bagi banyak suku di Papua dan menjadi bagian penting dari budaya serta tradisi mereka.