Si Bu Ya kerbau bukanlah SBY, jadi yang benar-benar SBY saya harapkan tidak perlu tersinggung. Sakit hati, telan aja biar jadi dinamit kehidupan, kalau meledak kan hanya yang di dekat kena serpihannya. Indikasi mengkritisi SBY dengan vulgar banget menggiring seekor kerbau nama Si Bu Ya, bisa diambil Yang Mulia Presiden RI dengan dukungan 68% rakyat Indonesia. Siapa mau melawan people power 68%, kukira bisa bunuh diri. Sekarang, usulan pikiran dan hati pribadi saya, ambil hikmah dari seekor kerbau. Bukan SBY tercinta, posisi saya sejak lahir golput, jadi di mata MUI saya dianggap haram oleh issue fatwa, tapi ijinkan sedikit saya usul menterjemahkan seekor kerbau, binatang kesayanganku termasuk dicintai para tani. Binatang kerbau itu sangat mulia, kalau tidak dicambuk, tidak mau jalan narik pedati atau bajak. Andai congok hidungnya tidak ditarik, kerbau enggan berbelok, lempeng dan lurus saja. Jadi kerbau binatang penurut, setia, pekerja keras, membajak tidak mengenal lelah, sangat sayang anaknya. Andai panas terik, kerbau membumi, merendamkan diri di sungai atau kubangan lumpur, tanpa takut kotor tapi tahu manfaat lumpur. Kerbau, walau dibilang goblok kayak kerbau, kerbau itu binatang tulus. disembelih juga nurut, tapi ia tetap makan rumput tidak pernah makan ikan walaupun disuguhkan. Kemuliaan kerbau ini biarlah SBY teladani. Harus berterimakasih dibilang dan disindir sebagai kerbau. Tai kerbau juga penyubur tanaman paling hebat. Kencing kerbau sangat menyuburkan cabe rawit. Hujan dan panas, pantang menyerah. Tidak sedikit pun menyerang kalau tidak diganggu. Kerbau tunggangan para gembala dan petani yang kelelahan. Sekarang, kalau SBY pribadi dibilang kerbau, alhamdulillah saja, Yang Mulia Presiden. Derajatmu tidak akan pernah rendah. Setidaknya secara akademis, kau seorang doktor jadi establish dalam berbicara maupun bertindak. Kalau merasa disalahkan, minta saja bukti-bukti kesalahan agar dibenahi bersama, toh tanggung jawab negara ini juga milik bersama, pelaksananya saja kebetulan Yang Mulia. Si Bu Ya biar berjalan, SBY juga masih punya waktu buat bertindak makin baik, jadi perlu didukung oleh seluruh pemikir dan intelektual. Kalau menyerang, atau revolusi atas kebijakan negara, maka sang penyerang diberi kursi, silahkan duduk diajak bicara, lalu minta solusi bijak tentang kekurangan itu. SBY selaku Yang Mulia Presiden RI tentu akan paham siapa rakyat negeri ini, walaupun sungguh sejak empat tahun lalu aku bilang, negeri ini sudah kehilangan rakyat sejati. Kerbau, kerbau, kerbau... mungkin kita semua sering merasa bodoh seperti kerbau, padahal kerbau juga binatang sangat cerdas di alamnya. Dia tidak sembarangan menggunakan kaki maupun tanduknya walaupun kalau nlethong dan nguyuh seenaknya. Tidak sedikit para petani minum air yang tergenang di cekungan tanah bekas pijakan kaki kerbau, dan mereka sehat walafiat karena kuku-kuku kerbau mengandung energi dahsyat.
Kita panggil dengan hormat, siapa pemilik ide Si Bu Ya, tentu beliau juga orang cerdas. Orang cerdas tentunya akan arif bila disertai kebijakan, maka bisa diminta keterangannya, langkah apa yang harus dilakukan Yang Mulia Presiden. Jangan pemikir kritis ditangkap, digebuki, ditembak, dikurung, dieksekusi. Mari berbagi hati dan pikiran.
Sebagai manusia biasa, sakit hati SBY dihina dan dicemooh sangatlah wajar, tapi makin bijak kalau pemilik ide tersebut dirangkul kalau mau dirangkul, jika enggan dipeluk, ya biarkan saja, tinggal mengkoreksi apa yang kurang. Benarkah masih memiliki sifat dan sikap kerbau?
Bicara soal partai di negeri ini, kurasa tidak ada yang bagus! Itu sebabnya aku memilih golput. Rebutan tulang dan daging sehingga enggak kemakan tapi tulang dan daging itu jadi bangkai.
Suara rakyat 68% pendukung SBY pasti akan mencontoh iklim pendukung dan tidak pendukung Barack Obama. Para kritikus pemerintahan ini, berikanlah solusi bagi pelaksanaan penyelenggaraan negara, bagaimana yang baik. Tidak perlu destruktif. Negara ini sedang menangis, walaupun NKRI tidak miskin. Ingat, seluruh pembaca dan pecinta Kompasiana, kalau boleh kukatakan... dunia ini... yang memegang dan memodali adalah orang dan negara NKRI, sebab seluruh negara di dunia ini dimodali dan berhutang pada Bank Dunia di Swiss, sementara salah seorang Presiden Komisarisnya adalah orang kita. Negeri kita adalah pemilik dunia ini... seluruh negara... sebetulnya gentar dengan NKRI apabila mau menagih utang-utang mereka. NKRI utang pada bunga Bank duitnya sendiri, jadi... tidak lucu kalau masih ada si fakir dan si miskin di negeri ini. Inikah yang diserukan orang-orang penggiring Si Bu Ya? Ayo dong, cairkan uang NKRI, karena hanya Yang Mulia disertai pewaris amanat bisa mengambil simpanan NKRI.
Yang Mulia SBY, segera laksanakan pembangunan Monumen Raja Sultan Nusantara di Singaraja Bali dan tunjukkan kalau NKRI ini milik rakyat dan NKRI pemilik dunia.
Jadi, saudaraku seluruh tanah air... mari bersinergi... saling berbagi kasih... ingatkan dengan baik yang luput, hindarkan tindakan anarki! Wasalam, Buanergis Muryono.