Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Masjid Agung Sheikh Zayed: Monumen Transformasi Abu Dhabi

27 Desember 2010   01:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:21 791 1
Terobosan besar lain yang dilakukan Sheikh Zayed adalah kolaborasi dengan tetangga-tetangga dekatnya. Sheikh Zayed sadar bahwa mimpinya terlalu besar untuk ditanggung sendirian oleh komunitas kecilnya di Abu Dhabi. Beruntung sekali beliau menemukan sheikh tetangga yang punya impian sama gilanya untuk mengubah gurun menjadi magnet bagi manusia dan uang di tingkat internasional. Sheikh Mohammad bin Rashid Al Maktoum yang saat itu baru saja menerima tampuk pemerintahan di Dubai menyambut uluran tangan Sheikh Zayed dengan sangat terbuka. Jabat tangan kedua sheikh visioner ini melahirkan negara baru yang kita kenal sebagai Uni Emirat Arab. Sheikh Rashid yang waktu itu masih sangat muda, baru lulus dari pendidikannya di London, dengan sangat besar hati mempersilakan Sheikh Zayed menjadi presiden UEA yang pertama. Empat emir lain di wilayah itu kemudian bergabung, saling membuka diri dan bekerja sama dengan sangat harmonis di bawah kepemimpinan Sheikh Zayed selama 33 tahun di UEA (catatan: mohon maaf, jangan menimbulkan salah interpretasi, saya tetap pendukung setia demokrasi rakyat). Happy ending dari perjalanan panjang Sheikh Zayed membawa Abu Dhabi dan UEA memasuki abad ke-21 dengan wajah baru yang elegan diabadikan dalam bentuk sebuah masjid yang luar biasa indah yang dikenal sebagai Masjid Agung Sheikh Zayed. Event pertama yang diselenggarakan di masjid agung ini adalah pemakaman Sheikh Zayed di halaman masjid ini. Sekarang masjid ini terbuka untuk umum, baik muslim maupun non muslim. Masjid ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam tetapi juga membuka pintunya untuk curiosity berbagai kalangan tentang Islam.

Bagian dalam masjid ini bisa menampung 40.000 jamaah, sementara halamannya dapat diisi kurang-lebih 20.000 jamaah. Sebanyak 82 kubah membangun kesan megah pada masjid ini dan masih dilengkapi dengan lebih dari 1000 pilar dan lampu-lampu gantung berlapis emas. Untuk menjamin kenyamanan tamu-tamunya, di seluruh lantai masjid terhampar permadani Persia buatan tangan, utuh tanpa sambungan. Garis shaf hanya berupa tonjolan-tonjolan halus pada permadani tebal dan lembut ini, sehingga hanya tampak oleh orang yang berdiri di shaf itu. Dari arah pintu masuk, garis-garis ini sama sekali tidak terlihat, hanya terlihat hamparan pola rumit bunga-bunga di seluruh penjuru lantai masjid.

Bunga memang bertebaran di masjid ini. Seluruh ornamennya adalah bunga atau diinspirasi oleh bunga. Menurut guide masjid, alasannya adalah karena tidak ada orang yang benci pada bunga. Bunga adalah lambang cinta dan kedamaian. Dalam berbagai kultur, bunga menandai milestones manusia: kelahiran, pernikahan, dan kematian. Dan lebih dari semua itu, dipercaya bahwa surga penuh dengan bunga.

Sepertinya, bunga-bunga di Masjid Agung Sheikh Zayed adalah refleksi dari mimpi besar Sheikh Zayed: UEA sebagai bunga yang mekar, berakar pada tradisi Islam, tetapi terbuka dengan keharumannya memposisikan dirinya sebagai bangsa yang disegani dalam pergaulan internasional.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun