Banyak orang Indonesia memandang sebelah mata terhadap pendidikan kejuruan. Selalu dipandang sebagai lower grade dibanding sekolah umum. Mungkin ini adalah salah satu jejak kolonialisme yang masih tersisa di Indonesia: manusia terkotak-kotakkan dalam ruang-ruang vertikal pada sebuah piramida, yang satu lebih tinggi daripada yang lain. Bangsa kita belum bisa memandang kedudukan orang secara egaliter, bahwa ada orang-orang yang disebut montir, ada orang-orang yang disebut direktur eksekutif, bukan karena yang satu lebih baik daripada yang lain, tapi karena memang untuk menjalankan kehidupan kita sangat membutuhkan orang-orang itu pada posisi masing-masing. Ada sekolah umum, ada sekolah kejuruan, bukan karena yang satu untuk anak baik dan yang lain untuk anak buruk, tapi memang ada anak-anak yang bakatnya sebagai pemikir konseptual, dan ada anak-anak yang bakatnya terletak di keahlian tangannya. Dua-duanya sangat diperlukan untuk menjalankan perekonomian. Kita perlu anak-anak yang berbakat yang disebut sebagai skillful person. Skillful itu ada bahasa Jawanya yang sangat pas: PRIGEL. Nah inilah yang saya lihat dalam lomba SMK kemarin: keprigelan yang mengesankan.