Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Pengalaman Lima Hari Terpenjara di Belanda

29 April 2010   00:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:31 691 0
[caption id="attachment_129002" align="aligncenter" width="300" caption="Satu kata yang menghantui para penumpang yang terdampar di Schiphol: "CANCELLED" (foto dokumentasi pribadi)"][/caption]

Saya memulai hari Rabu, 14 April 2010, dengan hati berbunga-bunga karena hari itu saya akan kembali ke tanah air. Sebetulnya saya selalu merasa tegang jika bepergian seorang diri, apalagi penerbangan Syracuse-Yogyakarta adalah penerbangan yang sangat panjang. Syracuse-Detroit-AMSTERDAM-Kuala Lumpur-Jakarta-Yogyakarta, yang dalam kondisi normal akan memakan waktu hampir 2 hari 2 malam. Maka dari itu semua saya persiapkan dengan sedetail mungkin, semua sudah double (bahkan triple) checked. Cuaca hari Rabu di New York pun sangat cerah dan bersahabat, sehingga saya pikir tidak ada alasan sama sekali untuk khawatir.

Dan memang betul, perjalanan sangat menyenangkan pada awalnya. Proses check in dan pemeriksaan security di airport Syracuse berjalan sangat lancar. Semua barang bisa lewat tanpa masalah, padahal saya membawa beberapa peralatan laboratorium yang tadinya saya khawatir dicurigai sebagai “senjata terorisme model baru”. Apalagi dengan mulai munculnya perempuan-perempuan pelaku aksi bom bunuh diri, saya cukup berdebar-debar waktu kopor saya melewati scanner. Tapi ternyata saya dipersilakan lewat begitu saja, sampai saya merasa bahwa keberuntungan saya sedang besar sekali.

Kegembiraan perjalanan saya mulai terganggu saat di Detroit saya tidak bisa memperoleh print out boarding pass KLM saya untuk Amsterdam-Jakarta. Saya mulai merasa bahwa ada sesuatu yang salah di sini karena biasanya KLM mudah diakses dari semua partnernya dalam connecting flights.

Waktu tiba di bandara Schiphol, gelagat buruk mulai terlihat. Ratusan orang berjejal di loket-loket transfer, di seluruh penjuru terminal. Ini aneh juga, karena biasanya KLM sangat efisien dalam melayani para pelanggannya. Saya tanya petugas di sana, katanya banyak penerbangan dibatalkan karena masalah abu vulkanik letusan gunung. Saya buru-buru cek penerbangan saya ke Jakarta, statusnya di papan informasi tidak dibatalkan. Maka saya mencari mesin cetak boarding pass self-service. Biasanya saya hanya perlu waktu 1-2 menit untuk mencetak boarding pass saya di mesin semacam ini. Tapi kali ini perlu waktu lebih lama dan yang keluar pun cuma selembar kertas konfirmasi booking saya dengan catatan “This is not a boarding pass, see our staff at the transfer desk for assistance”.Duh, saya mulai tegang. Mesin bahkan tidak bisa mengenali paspor saya waktu saya coba lagi di mesin lain. Dengan agak panik saya mencari petugas maskapai di tengah-tengah ratusan penumpang yang semuanya tampak gusar dan jengkel.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun