Seandainya kita berdiri agak jauh dari conveyor. Trolley kita pegang tidak terlalu mepet ke conveyor. Kemudian setiap tas atau kardus  yanglewat di atas conveyor akan bisa dengan mudah dilihat setiap orang, mudah ditentukan siapa yang memiiliki tas itu. Suasana nyaman tidak berdesakan dan berebut akan tercipta. Menunggu menjadi sesuatu yang tidak menyesakkan. Kalau pasti itu tas atau barang kita, baru kita mendekat.
Kapan kesadaran seperti itu muncul? Mengapa orang bule punya budaya yang begitu tertib dalam mengantri dan menanti barang di baggage claim? Haruskah hal-hal dasar dan sepele sperti ini diberikan di bangku-bangku sekolah? Haruskah diadakan training kesopanan, ketertiban? Kursus kepribadian di sekolah-sekolah top perlu merubah kurikulumnya untuk merubah makna dan pengertian kesopanan dan kepribadian yang baik. Sehingga orang tidak hanya pandai bersikap ketika menyambut tamu, cara berjalan, cara bicara atau cara makan. Tetapi pandai bersikap dalam kerumunan orang, berhubungan dengan hak orang lain, dalam ruang publik, mengantri, berlalu lintas dsb. Kalau ini bisa diperbaiki, 50% masalah bangsa saya yakin terselesaikan. Karena banyak masalah muncul karena faktor budaya, bukan masalah kepandaian atau kemajuan teknologi. Teknologi yang canggih, aturan yang ketat, dan kepandaian sekalipun tidak akan memperbaiki nasib jika tidak dibarengi perubahan budaya. Budaya instant, budaya rebutan, budaya iri harus dirubah ke budaya toleran, budaya sabar.
Bapak Ibu guru di sekolah tolong ajari dan didik anak-anak dengan sikap sopan santun yang tepat. Bukan sopan dalam arti duduk manis, ngomong halus. Tetapi sopan dalam arti ramah, toleran,menghargai orang lain.  Wahai para kyai yang cerdik pandai sampaikanlah dalam kotbah di mesjid saat jumat  dan pengajian yang lain, tentang perubahan budaya ini. Wahai para guru di pesantren atau para pendeta sampaikan pentingnya transformasi budaya kampungan ke budaya modern dalam arti yang benar. Jangan bicara akhlak atau taqwa tanpa menjelaskan apa akhlak dan taqwa itu dalam amalan sehari-hari terutama dalam kehidupan sosial. Jangan hanya fasih berbicara bahasa arab sehingga pendengar terkagum-kagum tanpa menyentuh akar masalah sebenarnya ayng sering kita hadapi.
Selama antrian di Baggage Claim masih sesak, kehidupan di luar bandara masih sama sesaknya, penuh masalah. Apa pendapat Anda?