Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Bahagia Sampe Tua

12 Januari 2011   16:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:40 297 2

Akupun,sebagai penonton,sama sekali tak ingin menyalahkan ataupun mengumpat hanya karena stetmen kecil bumbu dari tayangan yang ratingnya melambung itu.Aku cukup mengerti,hal-hal yang dramatis lebih dicintai mayoritas penonton negeri ini,seperti halnya naga terbang,ular bersayap yang ditunggangi dan melesat cepat di awan,dengan soundtrack India-nya yang aduhai,serta perebutan harta gono-gini yang menewaskan beberapa tokoh dalam sebuah sinetron.Subhanallah,rupa-rupanyatayangan semacam itu ratingnya amatlah tinggi.

Rupa-rupanya lagi,akal sehat kita terlalu banyak dicederai dengan materialisme yang seakan membawa ---kalopun tidak sepenuhn ya—sedikitnya saja,kita pada kebahagiaan yang kitainginkan.Yang kita cari-cari.

Pun dalam setiap kajian motivasi,buku-buku,film-film,tulisan-tulisan,seperti halnya tulisan beberapa teman di kompasiana,juga menyadarkan,menggugah,bahwa memang kebahagiaan hakiki itu dasarnya dengan rasa syukur pada kondisi yang ada.Menikmatinya.Yang pendeknya akalku memahami,hal itu hanya bisa diraih dengan keimanan dan ketakwaan.Sayangnya,meskipun sila pertama adalah ketuhanan yang Maha Esa,dengan limaagama yang diakui,bangsa ini bukanlah bangsa yang keseluruhan hidup dalam nilai-nilai religiusitas,meskipunsebagian masih dekat dengan kehidupan tradisional.

Bahagia.

Kadang,akupun mencari-cari.Karena banyak saja fakta yang ditangkap akal sehat ,yang bertentangan dengan nurani,dan akhrirnya pikiranku menyimpulkan sendiri,dan memilih sendiri,AKU BELUM BAHAGIA.

Baru ketika disadarkan pada suatu hal,bahwa bahagia adalah pilihan.Yang kita buat sendiri.Dan yakini sendiri.Sadari sendiri.Rasakan sendiri.

Aduhai bahagia.

Mencari bahagia memang tidak harus dengan akal sehat.Tapi nurani yang sehat.

Salam bahagia sampe tua,

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun