Abstract: Efforts to defend the country have become something that is often heard in people's lives. Defending the country, or national resilience, is an attitude that must be possessed by every citizen, regardless of age, whether young or old. The current young generation, known as generation Z, is the successor who will maintain the sovereignty and survival of the nation. By preparing the younger generation to play a role in defending the country, it is hoped that the country and nation can progress. Because, defending the country is closely related to the goals of a country. However, often defending the country is identified with physical activity, such as defending the country in war. This is no longer relevant in the generation Z era. Rapid technological developments also influence the approach to defending the country, so it needs to be adapted to current conditions. Through the development of social media-based state defense efforts, now the younger generation can take part without having to engage in physical activity, but instead utilize existing technology. Unfortunately, there are still young people who provide negative comments or opinions on social media regarding defending the country, which can trigger divisions. This adds to the challenges in the country's current defense efforts, which not only face threats from outside, but also from within.
Keywords: defend the country, Gen Z, Digital Media
Abstrak: Upaya bela negara telah menjadi hal yang sering terdengar dalam kehidupan masyarakat. Bela negara, atau ketahanan nasional, merupakan sikap yang wajib dimiliki oleh setiap warga negara, tanpa memandang usia, baik muda maupun tua. Generasi muda saat ini, dikenal sebagai generasi Z, adalah penerus yang akan menjaga kedaulatan dan kelangsungan hidup bangsa. Dengan mempersiapkan generasi muda untuk berperan dalam bela negara, diharapkan negara dan bangsa dapat maju. Sebab, bela negara sangat berkaitan erat dengan tujuan suatu negara. Namun, sering kali bela negara diidentikkan dengan aktivitas fisik, seperti mempertahankan negara dalam peperangan. Hal ini sudah kurang relevan di era generasi Z. Perkembangan teknologi yang pesat juga memengaruhi pendekatan dalam bela negara, sehingga perlu disesuaikan dengan kondisi zaman. Melalui pengembangan upaya bela negara yang berbasis media sosial, kini generasi muda bisa ikut serta tanpa harus terjun dalam aktivitas fisik, melainkan memanfaatkan teknologi yang ada. Sayangnya, masih ada generasi muda yang memberikan komentar atau pendapat negatif di media sosial terkait bela negara, yang bisa memicu perpecahan. Hal ini menambah tantangan dalam upaya bela negara saat ini, yang tak hanya menghadapi ancaman dari luar, tetapi juga dari dalam.
Kata Kunci: Bela Negara, Gen Z, Media Digital
PENDAHULUAN
Saat ini, upaya bela negara semakin digencarkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dengan latar belakang sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan, Indonesia memiliki ciri khas dibandingkan negara lain. Dari masa pra-kolonial hingga kolonialisme, Indonesia mengalami perjalanan yang menumbuhkan semangat juang unik di antara rakyatnya. Saat masa kelam di masa lalu, kesadaran patriotisme dan pengorbanan untuk bangsa menjadi bagian penting dari upaya bela negara. Di era modern, makna bela negara yang dahulu identik dengan perjuangan fisik untuk menghadapi ancaman eksternal mulai bergeser. Bela negara kini lebih diarahkan untuk memperkuat rasa nasionalisme dan patriotisme meskipun tidak diwajibkan dalam bentuk militer. Menurut Al-Khorni (2021), tujuan bela negara saat ini adalah untuk membangun kesadaran kebangsaan yang tinggi demi mempertahankan kedaulatan dan keberlanjutan bangsa. Hal ini didukung dalam Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Generasi penerus, sebagai penopang kedaulatan bangsa, memiliki tanggung jawab penting dalam melaksanakan bela negara. Namun, di era digital saat ini, generasi muda dihadapkan pada tantangan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Tantangan ini meliputi ideologi yang berkembang di masyarakat, keamanan nasional, pengaruh westernisasi, penurunan rasa nasionalisme, dan melemahnya karakter bangsa. Pengaruh teknologi pada generasi muda membawa kemudahan, tetapi juga berdampak pada nasionalisme dan cinta tanah air. Keterbukaan informasi tanpa batas membuat berbagai budaya asing mudah diakses tanpa filter, yang berpotensi mengancam keselamatan bangsa. Pembinaan yang tepat untuk generasi penerus sangat diperlukan, namun langkah ini tidak bisa dilakukan tanpa melibatkan teknologi, mengingat generasi Z sangat terikat dengan dunia digital. Menurut Christiani (2020), Generasi Z, atau sering disebut sebagai generasi internet, tumbuh bersamaan dengan perkembangan internet dan sangat mahir dalam teknologi. Generasi ini memiliki kemampuan multitasking, berpikir kritis, serta mengembangkan kreativitas melalui teknologi. generasi muda Indonesia, terutama Generasi Z, dihadapkan pada tantangan dan peluang yang berbeda dalam upaya membela negara. Sebagai generasi yang tumbuh dalam lingkungan yang sangat terhubung dengan teknologi digital, Generasi Z memiliki akses yang luas terhadap informasi, pengetahuan, dan komunikasi global yang memungkinkan mereka terlibat aktif dalam berbagai isu nasional maupun internasional. Namun, di balik kemudahan ini, Generasi Z juga dihadapkan pada berbagai tantangan dalam menjaga kedaulatan bangsa. Arus informasi yang deras, terutama melalui media sosial dan internet, dapat menjadi alat yang bermanfaat, tetapi juga memiliki potensi untuk menimbulkan perpecahan jika tidak dikelola dengan bijak. Hoaks, disinformasi, radikalisme, dan ancaman siber menjadi isu-isu utama yang mengharuskan generasi muda memiliki kecakapan digital yang baik untuk dapat membedakan antara informasi yang benar dan yang salah. Upaya bela negara berbasis digital menjadi salah satu pendekatan strategis dalam mempersiapkan Generasi Z sebagai penerus bangsa yang memiliki rasa nasionalisme, tanggung jawab, dan kesadaran akan pentingnya menjaga persatuan di tengah globalisasi. Melalui pemanfaatan teknologi digital, mereka dapat berkontribusi dalam upaya bela negara dengan berbagai cara, seperti menyebarkan informasi yang benar, melawan hoaks, menjaga keamanan siber, hingga memperkuat identitas kebangsaan di dunia maya. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini membuat masyarakat, termasuk generasi muda dari Generasi Z, mudah terpengaruh dan menghadapi ancaman tersendiri. Dalam masa persaingan global, perlu ditanamkan kesadaran bela negara di setiap aspek kehidupan sebagai upaya melanjutkan perjuangan dan mengisi kemerdekaan. Generasi Z tidak hanya harus menjadi pengguna teknologi, tetapi juga memanfaatkannya dan berinovasi untuk masa depan yang lebih baik. Arus informasi yang deras di media sosial memberikan dampak besar pada Generasi Z. Oleh sebab itu, semangat bela negara bisa diwujudkan melalui profesi dan keahlian masing-masing. Dengan kecakapan teknologi yang dimiliki, Generasi Z dapat mengambil langkah preventif untuk menghadapi ancaman yang mengganggu keamanan bersama. Memberikan kesempatan dan kepercayaan pada generasi muda memungkinkan mereka menjadi lebih inovatif dan kreatif menuju hal-hal positif sesuai minat dan bidang mereka.
KAJIAN PUSTAKA
Bela negara merupakan kewajiban mendasar setiap warga negara Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan dan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, bela negara diartikan sebagai sikap serta perilaku warga negara yang didasari oleh kecintaan terhadap tanah air dan komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945. Konsep bela negara tidak terbatas pada aspek militer semata, tetapi juga mencakup kontribusi masyarakat luas dalam menghadapi berbagai ancaman, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, tantangan bela negara telah berubah secara signifikan. Jika dahulu ancaman terhadap negara lebih bersifat fisik, kini ancaman tersebut semakin kompleks, terutama dalam bentuk ancaman siber, penyebaran berita bohong, radikalisme melalui platform digital, hingga serangan terhadap budaya nasional yang dilakukan lewat media sosial. Generasi muda, terutama mereka yang tergolong dalam Generasi Z, memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan ini. Generasi Z, yakni kelompok yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dikenal sebagai generasi yang tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital. Karena itu, mereka sering disebut sebagai generasi yang sepenuhnya terbiasa dengan teknologi digital atau digital natives. Karakteristik unik Generasi Z menjadikan mereka pihak yang strategis dalam menjalankan bela negara berbasis digital. Generasi ini memiliki keunggulan berupa kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap perubahan teknologi, kreativitas dalam mengatasi persoalan, serta pola pikir yang kritis. Selain itu, Generasi Z sangat terhubung dengan dunia luar melalui media sosial dan internet, sehingga memiliki peluang besar untuk membawa dampak positif bagi bangsa. Namun, generasi ini juga rentan terhadap berbagai pengaruh negatif di dunia digital, seperti paparan ideologi yang merusak, penggunaan teknologi secara tidak bijak, hingga ancaman terhadap privasi dan keamanan data. Generasi Z dapat berkontribusi dalam bela negara berbasis digital melalui berbagai upaya strategis. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan literasi digital. Literasi digital tidak hanya mencakup kemampuan menggunakan teknologi secara efektif, tetapi juga meliputi kemampuan menganalisis dan mengevaluasi informasi dengan kritis. Dalam konteks bela negara, literasi digital dapat membantu Generasi Z mengenali ancaman seperti berita palsu atau propaganda digital yang merusak. Dengan meningkatkan pemahaman ini, mereka dapat menjadi penggerak dalam menyebarkan informasi yang benar dan mendukung kesadaran kolektif mengenai pentingnya persatuan bangsa. Selain itu, media sosial merupakan alat yang efektif untuk memperkuat bela negara. Generasi Z, yang sangat akrab dengan platform ini, dapat memanfaatkannya untuk menyampaikan pesan-pesan kebangsaan. Konten kreatif yang mempromosikan nilai-nilai seperti toleransi, persatuan, dan cinta tanah air dapat menarik perhatian masyarakat, khususnya anak muda lainnya, untuk lebih peduli terhadap isu-isu kebangsaan. Misalnya, melalui video pendek, infografis, atau kampanye daring yang membahas pentingnya menjaga keutuhan bangsa, Generasi Z dapat membangun kesadaran kolektif di kalangan pengguna media sosial lainnya. Selain memanfaatkan media sosial, Generasi Z juga memiliki potensi untuk menciptakan inovasi teknologi yang mendukung kemandirian bangsa. Mereka dapat mengembangkan aplikasi, perangkat lunak, atau produk digital lain yang memberikan manfaat bagi masyarakat dan sekaligus memperkuat ketahanan nasional. Sebagai contoh, aplikasi keamanan siber untuk melindungi data pribadi dan mencegah serangan siber merupakan salah satu bentuk kontribusi nyata Generasi Z dalam menjaga keamanan negara di era digital. Berbagai penelitian mendukung pentingnya peran Generasi Z dalam bela negara berbasis digital. Rahmawati (2020) menunjukkan bahwa literasi digital yang baik mampu meningkatkan rasa nasionalisme di kalangan pelajar. Penelitian lain oleh Santoso dan Indriani (2021) mengungkapkan bahwa media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan konten positif yang memperkuat kesadaran akan pentingnya persatuan dan keutuhan bangsa. Kajian Yulianti (2022) juga menegaskan bahwa pemberdayaan teknologi lokal dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kemandirian bangsa, yang merupakan bagian dari upaya bela negara. Pada akhirnya, bela negara berbasis digital bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama, terutama generasi muda seperti Generasi Z. Dengan memanfaatkan teknologi secara optimal, Generasi Z dapat menjadi pilar utama dalam menjaga keutuhan NKRI di tengah dinamika global. Namun, untuk mewujudkan hal ini, dukungan dari berbagai pihak seperti keluarga, institusi pendidikan, dan pemerintah sangat diperlukan. Hal ini penting agar Generasi Z tidak hanya unggul dalam teknologi, tetapi juga memiliki kesadaran dan komitmen terhadap masa depan bangsa.
PEMBAHASAN
Bela negara merupakan kewajiban konstitusional yang harus dijalankan oleh seluruh warga negara Indonesia, tanpa memandang usia, baik tua maupun muda. Dengan menunjukkan sikap cinta dan kebanggaan terhadap tanah air, masyarakat turut berkontribusi pada terciptanya hubungan timbal balik, di mana negara memberikan perlindungan terhadap hak-hak warga negara. Program yang berkaitan dengan wawasan kebangsaan dan bela negara dapat disesuaikan dengan konteks modern tanpa menonjolkan pendekatan militeristik. Saat ini, di tengah era modernisasi dan globalisasi, generasi muda lahir bersamaan dengan pesatnya perkembangan teknologi. Kondisi ini menciptakan peluang besar bagi generasi penerus bangsa untuk lebih mengenal dan memahami budaya Indonesia dengan cara berpikir kritis, berinovasi, serta menunjukkan kreativitas. Selain itu, mereka juga perlu memahami budaya asing untuk menentukan kesesuaiannya dengan nilai-nilai, norma, dan budaya yang dianut oleh bangsa Indonesia. Namun, banyak generasi muda saat ini yang terlalu larut dalam kemudahan dan kenikmatan akses informasi digital. Penyalahgunaan teknologi sering kali menambah ancaman terhadap kedaulatan negara. Padahal, teknologi sebenarnya memiliki banyak manfaat positif yang bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Meski begitu, memaksimalkan manfaat teknologi masih menjadi tantangan tersendiri. Kurangnya perhatian dari berbagai pihak membuat banyak generasi muda salah arah dalam memanfaatkan teknologi, sehingga mereka hanya menggunakan teknologi digital untuk hal-hal sederhana seperti bermain gim, mengirim pesan, atau sekadar mengobrol dengan teman dan keluarga. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi digital, khususnya media sosial, belum optimal. Menurut Umra (2019) mencatat bahwa banyak generasi muda mulai melupakan identitas nasionalnya, bahkan tidak lagi mengenal jati diri bangsa mereka. Akibatnya, rasa bangga terhadap bangsa berkurang, dan rasa nasionalisme perlahan tergerus oleh budaya asing yang dianggap lebih modern dan relevan dengan zaman. Fenomena ini diperburuk oleh banyaknya informasi di internet yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Meskipun demikian, internet, terutama media sosial, dapat menjadi alat penting dalam meningkatkan nasionalisme dan melaksanakan upaya bela negara, khususnya di kalangan generasi muda atau Generasi Z. Dengan inovasi yang tepat, platform digital dapat digunakan untuk memperkuat rasa cinta terhadap tanah air dan menanamkan kembali nilai-nilai kebangsaan yang sesuai dengan karakter generasi muda. Generasi Z memiliki berbagai cara untuk berkontribusi dalam upaya bela negara di era digital, salah satunya melalui penyebaran konten positif di media sosial. Platform seperti Facebook, TikTok, YouTube, dan Instagram dimanfaatkan oleh kreator muda untuk menyampaikan pesan-pesan inspiratif dan membangun. Praktisi media sosial Nukman Luthfie (Antara, 2018) menyatakan bahwa penyebaran konten positif adalah langkah elegan untuk melawan propaganda kelompok radikal serta konten negatif lainnya, sekaligus memberikan inspirasi bagi masyarakat luas. Selain itu, prinsip “saring sebelum berbagi” menjadi langkah penting dalam mencegah penyebaran berita palsu atau hoaks. Dalam era digital ini, banyak generasi muda yang terpapar berita di platform daring, sering kali hanya karena daya tarik judul "clickbait." Mahardika (2020) menegaskan bahwa dengan menjadi pembaca yang cerdas dan pengguna gawai yang bijak, generasi Z dapat mengurangi dampak buruk penyebaran hoaks. Bahkan, tindakan sederhana seperti menghentikan penyebaran satu berita palsu dapat dianggap sebagai kontribusi nyata dalam menjaga stabilitas negara. Beberapa cara dan upaya yang dapat dilakukan warga negara terutama generasi Z antara lain : 1. penyebaran konten positif di media sosial. Platform seperti Facebook, TikTok, YouTube, dan Instagram dimanfaatkan oleh kreator muda untuk menyampaikan pesan-pesan inspiratif dan membangun. Praktisi media sosial Nukman Luthfie (Antara, 2018) menyatakan bahwa penyebaran konten positif adalah langkah elegan untuk melawan propaganda kelompok radikal serta konten negatif lainnya, sekaligus memberikan inspirasi bagi masyarakat luas. 2. prinsip “saring sebelum berbagi” Prinsip ini menjadi salah satu langkah penting dalam mencegah penyebaran berita palsu atau hoaks. Dalam era digital ini, banyak generasi muda yang terpapar berita di platform daring, sering kali hanya karena daya tarik judul "clickbait." Mahardika (2020) menegaskan bahwa dengan menjadi pembaca yang cerdas dan pengguna gawai yang bijak, generasi Z dapat mengurangi dampak buruk penyebaran hoaks. Bahkan, tindakan sederhana seperti menghentikan penyebaran satu berita palsu dapat dianggap sebagai kontribusi nyata dalam menjaga stabilitas negara. 3. Etika dalam berinteraksi Beretika di media sosial juga menjadi perhatian penting. Ujaran kebencian atau perilaku tidak pantas, seperti komentar negatif terhadap individu atau kelompok tertentu, sering kali menjadi pemicu konflik dan perpecahan. Hadi (2021) menyarankan agar pesan yang disampaikan melalui media sosial selalu mencerminkan kedamaian, kesopanan, dan keamanan, sehingga interaksi daring tidak menjadi sumber perselisihan. 4. Gerakan literasi digital Gerakan literasi digital juga memiliki peran strategis dalam upaya bela negara. Hidayat (2021) menjelaskan bahwa literasi digital mampu mengurangi dampak negatif penggunaan media sosial sekaligus memperkuat semangat nasionalisme. Dengan memproduksi dan menyebarkan konten yang menggambarkan keindahan alam, budaya, serta seni Indonesia, generasi muda dapat menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap bangsa. Rufbin Marpaung, dalam pernyataannya di situs Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, menyebutkan bahwa pelatihan literasi digital sangat relevan di masa kini, terutama dalam mendukung upaya menjaga kedaulatan negara berdasarkan prinsip keberagaman Indonesia. Dalam pendidikan, generasi Z memanfaatkan teknologi untuk belajar lebih dalam tentang nilai-nilai Pancasila, kebangsaan, dan sejarah Indonesia. Mereka mengakses platform e-learning, menonton dokumentasi sejarah, hingga mengikuti diskusi daring yang mengupas isu-isu nasional. Semua ini memperkuat pemahaman mereka tentang identitas bangsa dan mendorong rasa tanggung jawab untuk menjaga keutuhan negara. Dengan pendekatan berbasis digital, generasi Z menunjukkan bahwa bela negara tidak lagi terbatas pada kegiatan fisik atau seremonial. Bela negara kini bisa diwujudkan melalui kreativitas, inovasi, dan tanggung jawab di dunia maya. Hal ini tidak hanya relevan dengan karakteristik mereka sebagai generasi digital, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjaga kedaulatan, persatuan, dan kemajuan bangsa di era globalisasi.
PENUTUP
Peran seluruh masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, sangat penting dalam mendukung upaya bela negara demi menjaga kedaulatan bangsa. Sebagai penerus bangsa, generasi muda, khususnya Generasi Z, memiliki peran strategis dalam memajukan dan melindungi negara, terutama di era teknologi digital. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa banyak anak muda yang masih minim pengetahuan mengenai konsep bela negara di era digital. Padahal, teknologi dan internet, yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Generasi Z, dapat menjadi ancaman jika tidak digunakan secara bijaksana. Kurangnya pemahaman tentang bela negara berbasis media sosial di kalangan Generasi Z menjadi tantangan tersendiri dalam mengimplementasikan langkah-langkah bela negara non-fisik di era digital ini. Oleh karena itu, yang paling penting bukan hanya memberikan pendidikan bela negara kepada masyarakat dari berbagai usia, tetapi juga menyadarkan dan mengajak generasi muda untuk aktif berkontribusi dalam mempertahankan keutuhan negara. Media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, dan Line dapat menjadi alat strategis dalam menggalang partisipasi generasi muda dan bahkan orang dewasa dalam upaya bela negara. Peran generasi muda sebagai inisiator sangat dibutuhkan, tetapi pemerintah juga harus mengambil langkah aktif untuk mengembangkan program bela negara yang berbasis media sosial. Pengembangan ini penting dilakukan, mengingat tingginya intensitas masyarakat dalam menggunakan media sosial, yang sering kali hanya dijadikan hiburan atau bahkan dimanfaatkan untuk hal negatif seperti perundungan siber (cyberbullying). Jika digunakan dengan bijaksana, media sosial dapat menjadi platform yang efektif untuk menyampaikan pesan bela negara, misalnya dengan membuat konten bertema nasionalisme yang menginspirasi masyarakat untuk berkontribusi. Banyak langkah positif yang dapat dilakukan melalui media sosial. Selain itu, Generasi Z, yang memiliki pola pikir kritis, memainkan peran penting dalam menangani hoaks. Mereka dapat menerapkan prinsip "saring sebelum berbagi" untuk memastikan bahwa informasi yang disebarkan telah diverifikasi kebenarannya. Menghentikan penyebaran berita palsu adalah salah satu wujud nyata bela negara yang dapat dilakukan oleh generasi muda dengan kemampuan berpikir kritis. Namun, langkah ini perlu didukung dengan bimbingan dari orang tua, masyarakat sekitar, dan terutama pemerintah. Pemerintah diharapkan mampu mengarahkan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan serta memberikan pembinaan melalui program-program bela negara yang berbasis media sosial. Dengan peran strategis yang dimiliki Generasi Z, upaya bela negara di era digital dapat berjalan lebih efektif. Generasi muda tidak hanya melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya tetapi juga mendorong kemajuan bangsa melalui inovasi kreatif. Oleh karena itu, penting untuk mengoptimalkan peran mereka sebagai motor penggerak dalam menjaga persatuan dan kedaulatan Indonesia.
SUMBER
Prasetya, H. (2021). Upaya Bela Negara Generasi Z Berbasis Pengembangan Media Sosial.
Jurnal Kebangsaan, 1(2), 9. Haniyah, H. (2022). Upaya Bela Negara Generasi Z Berbasis Perkembangan Media Sosial (Generation Z's efforts to defend the country are based on the development of social media). No 4-5.
Zalianti, G., & Nelwati, S. (2024). PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN KESADARAN IDENTITAS NASIONAL PADA GENERASI Z DI ERA SOCIETY 5.0. Jurnal Ilmiah Multidisiplin Terpadu, 8(6)