Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Pendapat yang Menyebabkan Socrates Percaya dan Beriman kepada Allah

14 April 2010   13:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:48 348 0

Assalamualaikum, wahai saudaraku

Simaklah kutipan percakapan Socrates dan Aristhopanes di bawah ini, ulangilah lebih dari sekali membaca dan pikirkanlah dalam – dalam.

Socrates:

Adakah orang-orang yang mengherankan Tuan karena kepandaian mereka atau karena keindahan buatannya?

Aristhopanes:

Ya ada memang, seperti dalam hal sajak atau puisi saya sangat tertarik dan heran sekali kepada syair-syair cerita dari Homero, dalam bidang lukisan ialah Zoxes dan dalam pembuatan patung ialah Polextic.

Socrates:

Pencipta-pencipta manakah yang kiranya patut lebih diherankan, yakni pencipta gambar-gambar yang tanpa dapat memberi akal serta gerakan ataukah yang menciptakan benda-benda yang juga dengan memberinya akal fikiran serta kehidupan?

Aristhopanes:

Tentu saja patut lebih diherankan yang menciptakan benda-benda yang dapat merasakan kenikmatan dengan memiliki akal fikiran serta kehidupan. Tetapi itupun terjadinya bukan karena sebagai hasil dari keadaan yang merupakan kebetulan belaka.

Socrates:

Apakah kiranya patut dianggap sebagai hal yang kebetulan jikalau sekiranya anggota-anggota tubuh ini diberikan untuk digunakan dengan maksud atau tujuan-tujuan yang tertentu, misalnya saja seperti mata yang dapat melihat, telinga yang dapat mendengar, hidung dapat mencium, lidah dapat merasakan. Lihat pula seperti mata ini di sekitarnya terdapat berbagai penjagaan, karena sangat besar rasa keinderaannya dan pula sangat lemahnya. Oleh karena itu di waktu tidur pasti ditutupkan ataupun juga ditutupkan di waktu ada keperluan, dilindungi pula dengan bulu mata dan alis di atasnya.

Demikian pula seperti telinga, di dalamnya diberi suatu alat penerima yang dapat mengumpulkan segenap macam suara dan masih banyak lagi contoh yang lain-lain.

Cobalah tuan pikirkan, patutkah itu semuanya terjadi sebagai hasil dari yang secara kebetulan?

Selain itu dapat pula dikemukakan adanya kecondongan dalam hati untuk mempunyai keturunan, begitu pula perasaan iba dan kasih sayang yang ada di dalam kalbu setiap ibu terhadap anaknya, padahal suatu hal yang amat jarang sekali bahwa seorang ayah dan ibu dapat menerima balasan kemanfaatan atau keuntungan dari anaknya itu. Sementara itu bagaimana hal-ihwal seorang bayi yang dengan sendirinya lalu dapat memperoleh pengertian untuk menyusu dan cara menyusunya itu, sebentar setelah ia dilahirkan. Apakah menurut pendapat Tuan hal itu semua terlaksanahanya sebagai hasil yang didapat secara kebetulan?

Aristhopanes:

Tentunya juga bukan karena kebetulan. Yah, saya baru mengerti sekarang dengan secara pasti bahwa di sana memang ada petunjuk akan adanya penciptaan. Tetapi yang pasti ialah bahwa yang menciptakan itu sangat agung sekali, yang mencintai akan adanya segala yang hidup. Namun masih ada yang menyukarkan otak saya, karena mengapa kita semua tidak dapat melihat semua yang menciptakan itu?

Socrates:

Kalau begitu kita sudah mencapai titik yang sama, yaitu mengakui adanya Maha Pencipta yang Maha Agung dan mencintai kehidupan dalam semesta ini. Tentang persoalan mengapa kita tidak dapat melihat Maha Pencipta, maka saya ingin mendapat jawaban Tuan, yaitu apakah Tuan merasa mempunyai nyawa, sebab kalau tuan tidak bernyawa, tentunya sudah mati. Punyakah atau tidak?

Aristhopanes:

Ya, tentu saja punya. Mengapa?

Socrates:

Jikalau demikian sudah mudah pemecahannya. Mengapa tuan sendiri tidak dapat melihat nyawa yang menguasai diri Tuan sendiri.

Jadi kalau Tuan tidak pernah melihat nyawa Tuan, apakah ini berarti kita boleh mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang timbul dari diri tuan itu adalah semata-mata disebabkan karena secara kebetulan semuanya, tanpa ada pemikiran sebelumnya?

Sampai di sini selesailah percakapan kedua orang ahli filsafat itu, yang sungguh-sungguh berfaedah untuk diresapi dan direnungkan dalam-dalam.

Maha benarlah Allah SWT yang berfirman:

“,,Dan setengah daripada tanda-tanda (ayat-ayat) mengenai adanya Allah ialah malam dan siang, serta matahari dan bulan. Janganlah kamu semua bersujud kepada matahari atau kepada bulan. Tetapi bersujudlah kepada Allah yang Maha Menciptakan semuanya itu, jikalau kamu semua benar-benar menyembahNya”.

QS. Fushshilat 37

Pertemuan kita dalam forum ini dan waktu yang tersedia untuk anda memahami tulisan ini adalah buka sesuatu yang kebetulan belaka…Allah telah memberiokan kita waktu untuk memahami sesuatu dan senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan untuk menuju jalanNya…untuk menjadi pribadi muslim Kaffah. Wassalamualaikum (Halilintar)

Sumber: Aqidah Islam (Pola Hidup Manusia Beriman). Sayid Sabiq

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun