Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Diskusi BigBaz : Betulkah Malaysia Mencaplok lagi?

17 Oktober 2011   01:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:52 602 1
Tanggal 15 Oktober 2011 di Belezza shopping Permata Hijau Jakarta, saya mengikuti acara talkshow BigBaz yang dipandu oleh Budiarto Shambazy, seorang wartawan senior bidang politik, untuk tayangan di KompasTV Tanggal 18 Oktober 2011 nanti, acara ini bertema pencaplokan wilayah perbatasan, yang menyangkut isu konflik baru tentang wilayah perbatasan di tanah borneo Sambas yaitu Tanjung Datuk dan Camar Bulan Kalimantan Barat. Narasumber talkshow ini begitu menghidupkan jalannya diskusi ini, mereka adalah; Purnomo Yusgiantoro (Menteri Pertahanan RI), Jaleswari Pramodhawardani (Pengamat Militer LIPI), TB Hasanuddin (Wakil Ketua Komisi I DPR), Karim Raslan, Sutrisno (Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan) dan Marcella Zalianty, produser film “Cerita dari Tapal Batas”. Bapak TB Hasanuddin (Wakil Ketua Komisi I DPR) memaparkan bahwa hasil penemuan wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datuk yang telah dicuri sebagian potensi kekayaan alam Indonesia beserta beratus meter tanah garapan disana oleh Malaysia, sedang dalam proses diplomasi dengan pemerintah Malaysia, serta menunjukkan bukti-bukti batas garis wilayah yang tertera pada peta, tapal batas, maupun pengakuan warga disana, beruntung sekali warga disana bisa bekerja sama dengan baik dan mau melaporkan kasus ini kepada DPRD setempat sehingga bisa cepat diatasi. Untuk antisipasi maka kita akan menjadikan wilayah perbatasan bukan sebagai pintu belakang dan tempat pembuangan, namun akan menjadikan wilayah perbatasan sebagai pulau dan beranda terdepan wilayah NKRI, sehingga pembangunan dan sistem administratif lebih ditekankan disana juga. Menurut Bapak Purnomo Yusgiantoro (Mentri Pertahanan RI), kasus pencurian wilayah daratan beserta potensi yang ada di Sambas Camar Bulan dan Tanjung Datuk, belum sampai pada taraf pencaplokan, sebab masih dapat diselesaikan dengan jalan damai dan pembicaraan yang terus ditindak lanjut secara berkesinambungan, selain itu, dari kejadian ini tingkat pertahanan wilayah perbatasan semakin diperhatikan baik dari ketahanan militer, modernisasi peralatan dan perlengkapan perang di wilayah perbatasan, juga re-strukturisasi program pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan baik dari pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan pembangunan daerah. Setelah itu ibu Jaleswari Pramodhawardani (Pengamat Militer LIPI) memberi masukan yang lebih meluas dari tema diskusi, bahwa meningkatkan pertahanan untuk wilayah perbatasan tak hanya diperhatikan terhadap wilayah Kalimantan saja, namun wilayah Papua yang berbatasan dengan Papua Nugini, Juga wilayah lainnya, dan bukan hanya konsentrasi terhadap wilayah daratan yang dicuri di Sambas, Camar Bulan dan Tanjung Datuk saja, namun yang terpenting adalah wilayah maritim yang terbentang disekitar situ juga adalah wilayah luas dengan potensi alam yang serba ada. Ibu Jaleswari menambahkan, kenapa jika pada saat hal ini sudah terjadi masalah, semuanya baru tergerak untuk melakukan antisipasi sedangkan kelalaian yang lalu tak pernah ada kesadaran bersama untuk melakukan penjagaan yang lebih baik, peningkatan anggaran untuk pertahanan dan keamanan di wilayah perbatasan pun sudah ada post nyatetapi masih belum maksimal penggunaannya. Marcella Zalianty, produser film “Cerita dari Tapal Batas”. Sebelum membuat film garapannya ini, Marcella melakukan penelitian dan pendekatan dahulu terhadap masyarakat di wilayah perbatasan di Kalimantan, begitu mengharukan mendengar ceritanya, sebab disana masyarakat sangat cinta Indonesia walaupun kemilau dan kebaikan negeri tetangga sangat memenuhi kebutuhan hidupnya, namun rasa nasionalisme mereka tak pernah padam, menurut Marcella pendidikan dan kesejahteraan masyarakat disana sangat jauh dari mencukupi, oleh karena itu untuk meningkatkan potensi dan sumber daya manusia disana perlu bersama-sama memikirkan dan melakukan sesuatu untuk kemajuan di wilayah perbatasan tersebut. Karim Raslan, Sutrisno (Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan) Pak Karim seorang kolomnis juga dari Malaysia yang sering melakukan pengamatan hubungan antara Indonesia dan Malaysia, memberi pendapat bahwa kasus ini betul-betul diluar jangkauan pikirannya, setelah dipaparkan oleh beberapa Narasumber, Pak Karim setuju dengan pendapat Pak TB dan Pak Purnomo, bahwa masalah ini belum mengarah ke kasus pencaplokan wilayah, karena masih bisa dibicarakan dan dilakukan perundingan kedua belah pihak Malaysia dan Indonesia, selama ini media terlalu berlebihan memaparkan apa yang terjadi tanpa memberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini dulu, menurut Pak Karim juga masyarakat di Malaysia banyak yang tidak mengerti akan hal ini, bahkan banyak yang tidak tahu. Lalu Pak Budiarto Shambazy bertanya kepada Pak Karim, apa pelajaran dari Malaysia yang dapat diambil oleh Indonesia untuk masalah pertahanan di wilayah perbatasan secara militer, sebab Malaysia pun sering menemukan kasus serupa di perbatasan wilayah laut cina selatan dan lain-lainnya, dan sekarang Malaysia sudah memiliki banyak kapal selam yang mumpuni. Dijawab Pak Karim, bahwa untuk meningkatkan pertahanan dari segi militer juga memaksimalkan peralatan perang yang canggih, diperlukan peningkatan ekonomi yang baik, menurut Pak karim lagi, pengamatannya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mulai pesat, dan ketika masyarakat Kinibalu Sabah serawak yang berdampingandengan Kalimantan, melihat sudah hampir menyamai pesatnya ekonomi, bahkan melihat potensi besar di Kalimantan. Yang perlu dilakukan adalah memaksimalkan anggaran pertahanan tersebut sebaik mungkin dan membangun sumber daya manusia yang lebih baik, paparnya. Waktu menunjukkan pukul 21.00, diskusi dan talkshow pun diakhiri dengan persembahan hiburan lagu daerah Kicir-kicir dari sekelompok  anak muda yang sukses dari Java Jazz. Kesimpulan dari hasil diskusi diatas, bahwa mempertahankan kedaulatan rakyat, harus melakukan penjagaan pada semua komponen, termasuk mengutamakan keberadaan di wilayah perbatasan, baik alam maupun penduduknya, jadi ada beberapa poin yang perlu dilakukan, diantaranya : 1. Meningkatkan mutu dan penjagaan secara militer di wilayah perbatasan 2. Merealisasikan program-program pemerintah dalam meningkatkan sarana umum untuk masyarakat, meningkatkan pendidikan juga kesejahteraan masyarakat. 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap nasionalisme yang kuat, juga tidak membuat masyarakat disana merasa cinta bertepuk sebelah tangan, masyarakat disana betapa setia dan cinta Indonesia tapi kurang diperhatikan malah terabaikan dalam berbagai aspek. 4. Pembangunan secara fisik dan mental di wilayah perbatasan agar segera direalisasikan 5. Pembangunan tapal batas yang jelas. 6. Melakukan prosedur tindakan yang dapat menyelesaikan masalah jika terjadi kasus ini, jadi jangan sampai meluaskan isu yang belum jelas sebelum hal ini terjadi karena untuk minimalisir kerancuan berita dan menghindari memperkeruhnya masalah. Sengketa wilayah perbatasan ini, harus benar-benar diperhatikan serius dan diambil tindakan segera, belajar dari kasus sipadan dan ligitan, bahwa titik masalah yang utamanya adalah kelalaian kita sendiri dalam menjaga alam dan kesejahteraan masyarakatnya, selain melakukan penjagaan militer, melakukan pembangunan secara fisik dan mental di wilayah perbatasan, juga harus bisa melestarikan alam dan menyejahterakan penduduknya. ini Foto yang berhasil saya ambil sebelum tapping, foto narasumber saya tidak berhasil mengambilnya karena selama acara tapping tidak diperkenankan memotret. Para undangan yang hadir dalam acara Talkshow BigBaz Narsis dulu ah Bersama Kompasianer yang hadir : choirul Huda, Bapak Joshua Martin, Bapak Wendy, Mas Ade.K, Arez, Thamrin Dahlan, Reni dan Teddy. Bersama Marcella Zalianty Kelompok pemain biola yang menyemarakkan acara Lagu kicir-kicir yang keren sedang disenandungkan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun