Di Indonesia, walaupun secara tertulis belum ada namun secara pelaksanaan sudah mulai dilakukan, misalnya kota Jakarta dengan pembangunan terpadu dengan kota-kota otonom disekitarnya dengan nama JABODETABEK. Kemudian kota Surabaya yang secara rill sudah menyatu dengan Kabupaten Sidoharjo daerah otonom tetangga Surabaya.
Bagaimana dengan konsep pengembangan Kota Padang Ibukota provinsi Sumatera Barat yang dirasakan sekarang mulai terasa sempit sehingga sangat terbatas penataan ruangnya. Sedangkan dua daerah otonom tetangganya yaitu Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman masih memerlukan investasi untuk memanfaatan ruang kota yang masih banyak kekosongan. Bagaimana kalau dipadukan pengembangan antara kota Padang, kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman? Apakah akan mempercepat laju pertumbuhan 3 daerah otonom tersebut dan berikutnya akan mempercepat pertumbuhan Sumatera Barat?
Jumat tanggal 5 Juni yang lalu, kami kedatangan Tim Safari Ramadhan Prop Sumatera Barat yang dipimpin oleh Wagub Muslim Kasim yang didahului oleh acara buka puasa bersama di rumah dinas Walikota Pariaman. Saya duduk semeja dengan pak Muslim Kasim Wagub Sumbar, pak Mukhlis Rahman Walikota Pariaman, Prof Dr. Damsar Ketua Kopertis wilayah X, Buya M Letter tokoh budayawan Pariaman. Kami diskusi dengan berbagai hal untuk pembangunan Sumatera Barat dan Kota Pariaman secara khusus, mulai dari Pariwisata, Sejarah Kota Pariaman yang sudah dimulai sejak zaman Potugis abad ke 17, Zaman syech Burhanuddin, sejarah banyaknya perantau Pariaman di Aceh Selatan sehingga bahasa minangkabau menjadi bagian dari bahasa daerah di Aceh Selatan, Kekuasaan masa lalu minangkabau yang sampai ke Semenanjung Malaysia, dan prospek pembangunan Sumatera Barat ke depan dan berbagai issue menarik lainnya.
Pertanyaan saya secara langsung kepada Pak Muslim Kasim wagub Sumbar yakni “kenapa kita tidak mengembangkan konsep metropolitan untuk mengembangkan Sumatera Barat? Kita bangun beberapa titik pertumbuhan dengan mengelompokkan beberapa daerah otonomi berdasarkan potensi dan geografis daerah masing-masing. Caranya adalah ada suatu wilayah yang dapat terdiri dari beberapa daerah otonomi menjadi pusat pertumbuhan dan nantinya akan diikuti dengan membangunan pusat pertumbuhan lainnya dan selanjutnya dihubungkan dengan kegiatan ekonomi dan aksesibilitas lain seperti perhubungan jalan.
Khusus 3 daerah Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman dikembangkan secara bersama, terpadu dan saling mengisi. Pernyataan saya itu dijawab langsung oleh Pak Wagub, jawabnya bahwa konsep itu dulu sudah ada dengan nama PALAPA, namun belum berkembang secara meluas ke public yakni Kota Padang untuk “PA”, Lubuk Alung untuk “LA”, dan Pariaman untuk “PA”, jadi PALAPA. Jadi sebetulnya konsep 3 kota bersatu dengan nama PALAPA ini sudah mulai digulirkan sejak zaman Muslim Kasim jadi Bupati Padang Pariaman. Dan memang istilah PALAPA ini juga pernah saya dengan untuk istilah pengembangan kota Padang-Lubuk Alung-Pariaman pada waktu saya menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan sekitar 15 tahun yang lalu yakni tahun 1999.
Selanjutnya saya lanjutkan konsep kota metropolitan dengan nama PALAPA (memakai istilah yang sudah pernah ada). Konsep Metro PALAPA menurut saya adalah membangun konsep metropolitan antara Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Ketiga daerah ini menjadi pusat pertumbuhan utama dengan alasan ketiga daerah ini terhubung secara georafis berdekatan dimana di Kota padang terjadi over supply (penduduk, ekonomi dan lainnya) dengan keterbatasan lahan yang ada. Sedangkan Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman memiliki ketersediaan lahan yang cukup luas untuk menampung kelebihan dari daerah yang oversupply tersebut. Dari segi infra-struktur ketiga daerah ini sudah memiliki Bandara Internasional (BIM) di Padang Pariaman, Pelabuhan Laut berstandar internasional (Teluk Bayur) di Kota Padang, dan kawasan industry 'Padang Industrial Park' di Padang Pariaman, Kawasan wisata laut dan pantai di Kota Pariaman.
Untuk mengisi metropolitan PALAPA tersebut perlu dilakukan beberapa hal yakni:
Pertama, memetakan beberapa potensi penting sebagai kawasan metropolitan yakni, penataan infrastruktur jalan yang dapat menjamin sirkulasi/aksesibilitas barang dan jasa, penataan kawasan industry, penataan kawasan pendidikan, penataan perumahan dengan tetap memperhatikan kondisi existing yang ada dengan beberapa penyesuaian (trade off).
Saya mengambil contoh pengalaman saya mengunjungi kawasan pengembangan terpadu Iskandar (Iskandar Regional Development Authority=IRDA) di Johor Malaysia. IRDA ditargetkan untuk menyaingi pertumbuhan kawasan Singapore. Sekarang hasilnya?, Kawasan perumahan di IRDA itu telah mampu menyedot warga Singapore untuk berdomosili. Pada kawasan pendidikan telah ada beberapa universitas terkenal di dunia, seperti Harvard, MIT, Stanford, Netherland Maritime Institute of Technology/NMIT dan lain lainnya, sehingga banyak kampus terbaik dunia ada di IRDA tersebut.
Nah, setelah banyak kampus ada didalam kawasan itu, siapa market kawasan pendidikan tersebut? Pertanyaan saya kepada manajemen IRDA waktu itu. Ternyata dijawab bahwa potensi terbesar adalah mahasiswa yang berasal dari Indonesia. Mengingat penduduk Indonesia yang banyak dengan kelas menengah yang meningkat menyebabkan Indonesia merupakan peluang pasar pendidikan terbesar di ASIA. Demikian juga dalam IRDA tersebut ada juga kawasan industry, kawasan rekreasi pantai LEGO land (hampir mirip Ancol Jakarta) dengan tata ruang yang apik meskipun belum semua sector kawasan terisi semua. Semua kawasan di IRDA tersebut berhasil memberikan kontribusi yang besar untuk perekonomian Negara Bagian (Propinsi) Johor Malaysia.
Kedua, Jalan dua jalur di Pantai. Sepanjang pantai padang menuju Pariaman via Bandara Internasional Minangkabau sampai Kota Pariaman. Cikal bakal jalan ini sudah ada karena sudah dimulai di sepanjang pantai Padang, selanjutnya tinggal melanjutkan ke arah utara sampai ke Kota Pariaman. Kalau itu terwujud, pantai ini akan sangat indah bisa melebihi pantai copacona di Brazil yang sekarang sedang berpesta sepakbola dunia. Dengan jalan tersebut akan mempercepat aksesibilitas dari Padang, Bandara BIM, dan kota Pariaman. Waktu tempuh akan berkurang 50 %. Ini akan berdampak positif kepada percepatan arus barang dan jasa yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, termasuk pariwisata.
Ketiga, Revitalisasi transportasi Kereta Api. Disamping mengoptimlkan jalur kereta api yang ada sekarang, akan lebih mantap lagi kalau disisi jalan dua jalur pantai Padang menuju Pariaman tersebut dilewati oleh kareta wisata.
Keempat, pengembangan Kawasan Industri. Sumatera Barat sudah memiliki Padang Industrial Park, namun PIP ini belum berjalan secara efektif karena beberapa kelemahan yang mesti dikoreksi. Kawasan industry semestinya berfungsi sebagai pusat industry, terjadinya transaksi industry, menyedot tenaga kerja lokal, memberikan kontribusi kepada PDRB Sumatera Barat bukan memberikan beban kepada APBD.
Pengalaman saya dalam suatu kunjungan ke Kota Nanning Propinsi Quangzy RRT tahun 2004. Kota Nanning membangun suatu kawasan yang bernama Cina-ASEAN Bussines District. Dikawasan ini setiap Negara Negara anggota ASEAN memiliki kavling/pavilion yang digunakan untuk kantor dan bisnis industry asal Negara ASEAN ditambah dengan kavling Negara China. Dikawasan ini terjadi kemudahan transaksi bisnis karena semua Negara ASEAN + China memiliki perwakilan, sehingga mempercepat proses bisnis. Pada awalnya kawasan ini hanyalah tanah kosong yang tertinggal, namun dalam beberapa tahun kawasan ini sudah menjadi kawasan yang padat dengan arus industrialisasi dengan pertumbuhan.
Memang ada perbedaan system pemerintahan yang ada antara Indonesia dengan China, dimana di China pada kawasan selatan ditetapkan sebagai koridor industry, memberikan kewenangan luar negeri kepada daerah khususnya dibidang investasi. Kalau investor internasional (luar negeri) ingin berinvestasi ke kawasan selatan China ini cukup sampai di daerah saja dan bisa selesai izinnya hanya dalam 1 hari. Hal itu berbeda dengan di Indonesia dimana daerah tidak memiliki kewenangan luar negeri dan harus melalui persetujuan pemerinta pusat. Namun hal tersebut bukanlah hambatan yang utama, yang harus dilakukan perubahan mind-set birokrasi dapat melakukan percepatan investasi ini.
Demikian sekedar bahan diskusi bagi publik, hanya mengingatkan bahwa untuk membangun suatu daerah diperlukan menentukan pusat pertumbuhan kawasan, misalnya PALAPA untuk kawasan Padang, Padang Pariaman dan Pariaman.
Dr. Genius Umar, S.Sos, M.Si, Wakil Walikota Pariaman