Jika menyimak Pidato pertama Jokowi sebagai presiden pada saat pelantikan tanggal 20 Oktober 2014, maka dapat ditangkap kesan yang sangat kuat keinginan untuk menjadikan urusan maritim sebagai salah satu program prioritas yang ingin dilakukannya. Paling tidak ada 25 kata yang terkait dengan urusan kemaritiman dalam isi pidato yang memuat kata sebanyak 623 kata diluar kalimat pembuka pidato. Dan bahkan ada sebuah kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis dari pernyataan pidato Jokowi yang berbunyi “Kita ingin menjadi bangsa yang bisa menyusun peradabannya sendiri. Bangsa besar yang kreatif yang bisa ikut menyumbangkan keluhuran bagi peradaban global. Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk. Kini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva Jayamahe, di Laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali membahana”