Hujan semalam menyisakan embun bening di ujung dedaunan di pagi itu. Mak Anis sudah dari subuh terbangun untuk bersiap-siap berangkat ke lereng bukit tak jauh dari rumahnya untuk mengumpulkan pucuk-pucuk paku yang hendak dibuat masakan teramat spesial di keluarganya. Randang paku. Sudah cukup lama Mak Anis tak lagi membuat randang paku, semenjak anak-anaknya tidak lagi tinggal bersamanya. Mereka sekarang sudah besar, berkeluarga, dan menetap di kota. Pulang kampung hanya setiap lebaran, itu pun tak semua dari keempat anaknya bisa pulang. Ada saja yang berhalangan dengan berbagai alasan. Kalau tidak si sulung, Reno, yang sering terikat pekerjaan, atau si bungsu, Pia, yang ikut suami pulang ke Jawa. Hanya anaknya yang tengah, Sabir dan Ina rajin pulang. Bukannya Mak Anis tidak mensyukuri kiriman uang sebagai pengganti kehadiran, tapi kerinduan untuk bisa kumpul bersama yang sangat ia dambakan.
KEMBALI KE ARTIKEL