Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Berwisata Ke Situs Warisan Budaya (Kerajaan) Indonesia

28 Juni 2012   19:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:26 1537 0

Negara dengan populasi pulau yang terbesar di dunia dan dilintasi garis khatulistiwa ini dahulunya adalah negeri tempatnya para raja. Tempatnya para pemimpin dengan pengikut (penduduk setempat) yang berjumlah cukup banyak. Tempat dimana dulunya  negeri ini dipimpin oleh banyak orang (Raja) yang mengepalai suatu daerah atau wilayah kekuasaannya. Kebanyakkan orang tentunya sudah mengetahui mengenai hal itu. Tercatat ada puluhan bahkan ratusan kerajaan yang tersebar di negeri ini. Sebut saja beberapa kerajaan yang terkenal di Nusantara antara lain : -  Demak :Kerajaan Islam pertamadiJawa yang didirikan diDemakpada tahun1478olehRaden Patah. -  Daha : KerajaanHinduyang pernah ada diKalimantan Selatan, dengan Raja bernama Raden Sekar Sungsang -  Deli : Kerajaan yang pernah ada di Sumatera, Aceh. -  Gowa : Kerajaan yang pernah ada di Sulawesi Selatan, dengan Raja bernama Sultan Hasanuddin. -  Giri Kedaton : Kerajaan Islam di Gresik, Jawa Timur, dengan Raja bernama Raden Paku. -  Majapahit : Kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri sekitar tahun1293hingga1500M. Dengan Raja pertama Kertarajasa Jayawardhana. Dan Hayam Wuruk adalah Raja keempat Majapahit yang sangat terkenal. -  Larantuka : Kerajaan yang pernah ada di Pulau Flores -  Sriwijaya : Kerajaan yang pernah ada di Pulau Sumatera. Dengan Raja pertama bernama SriJayanasa -  Tarumanagara : Kerajaan yang pernah bermukim di tanah Sunda -  Kutai : Kerajaan yang pernah ada di Provinsi Kalimantan Timur. Dengan Raja pertama bernama Maharaja Kundungga. Dan Maharaja Mulawarman adalah Raja ketiga Kutai yang sangat terkenal. -  Mataram : Kesultanan Mataram yang pernah ada di Pulau Jawa, dan dipimpin oleh Raja Ki Ageng Sela alias Ki Ageng Pemanahan yang konon ada hubungan darah dengan kerabat kerajaan Majapahit. -  Singosari : Kerajaan yang berada di wilayah Jawa Timur yang didirikan oleh Raja Ken Arok. -  Tidore : Kerajaan yang pernah ada di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara. -  Dan kerajaan lainnya.

Dapat disimpulkan pada kerajaan-kerajaan diatas, bahwa setiap daerah di Nusantara ini memiliki kerajaan yang bermukim dan berkuasa nun jauh berabad-abad silam. Negeri yang kaya akan kerajaan ini juga dulunya kaya dengan berbagai macam agama, bahasa, seni, dan adat-istiadat setempat yang sangat kental mewarnai tiap-tiap kerajaan di negeri ini yang bernama Hindia Belanda ketika dalam masa penjajahan dulu. Dan sejak zaman kemerdekaan hingga sekarang negeri ini merubah namanya menjadi  Indonesia.

Kerajaan-kerajaan tersebut tentunya meninggalkan rekam jejak berupa warisan budaya. Warisan budaya yang di masa depan kelak juga sebagai identitas bangsa Indonesia. Identitas negara yang dewasa ini dikenal sampai ke mancanegara. Bahkan beberapa negara mempelajari warisan budaya Indonesia. Sebut saja : Gamelan, Wayang, dan lain sebagainya. Bukan main kayanya tanah Nusantara ini bukan ?.

Tetapi sungguh sayang, kebanyakkan orang seperti sudah melupakan akar budayanya masing-masing. Bahkan beberapa orang menganggap warisan budaya adalah hal kuno dan terbelakang. Biasanya orang-orang ini mengagungkan sisi modernitas, yang mana segalanya diukur dari modernitas semata. Bahasa sehari-harinya untuk menggambarkan fenomena tersebut seperti ini : “Hari begini belajar gamelan, wayang,  nggak gaul lo”. Ujar orang tersebut sambil tertawa seperti tak menyadari bahwa  kerajaan bagian dari Indonesia.

Seringkali kebanyakkan orang juga lupa makna Jasmerah.Mengutip dari isi pidato Presiden RI pertama Soekarno pada HUT RI 17 Agustus1966. “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Dimana bisa diartikan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Ya, itulah makna Jasmerah  (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) yang didengung-dengungkan hingga sekarang ini.

Jika anda mempunyai waktu luang atau libur. Cobalah datang ke suatu tempat, tempat dimana warisan budaya Indonesia ada, dirawat dan dijaga. Jika domisili anda di ibukota, museum sejarah adalah tempat yang tepat untuk mempelajari dan memahami bagaimana bangsa ini berkembang yang mulanya tanah kerajaan, masa penjajahan, masa kemerdekaan, hingga sekarang ini masa metropolitan. Namun, jika domisili anda ada di sebuah daerah, akan ada banyak tempat yang bisa anda kunjungi. Contohnya saja : candi, masjid peninggalan sejarah, dan situs tempat peninggalan sejarah lainnya.

Berwisata ke situs warisan budaya kerajaan Indonesia adalah hal yang aku tunggu ketika ada kesempatan mengunjungi rumah nenek di kala mudik lebaran tahun lalu (2011),  di Desa Lopait, Salatiga, Semarang, Jawa Tengah. Dan memang ada banyak tempat sejarah yang bisa dikunjungi di sekitaran wilayah Semarang. Dari warisan zaman kerajaan hingga masa kemerdekaan. Sebut saja : Klenteng Sam po Kong, Kelenteng Tay Kak Sie, Lawang Sewu,Pagoda Avalokitesvara di Vihara Buddhagaya Watugong, Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah, Museum Ronggowarsito, Museum Mandala Bakti, Museum Perjuangan Palagan Ambarawa / Museum Kereta uap Ambarawa, Candi Tugu, dan Candi Gedong Songo.

Dan tempat sejarah yang aku kunjungi adalah Candi Gedong Songo pada saat libur lebaran tahun yang lalu. 2 tahun sebelumnya sudah pernah berwisata ke Museum Perjuangan Palagan Ambarawa, dan sempat berkeliling sekitaran Ambarawa hingga melewati tempat wisata Danau Rawa Pening dengan menumpang kereta uap peninggalan sejarah kemerdekaan. Pada saat itu, dengan menumpang bus arah bawen, aku bersama keluargaku berwisata kesana.

Karena aku tidak mempunyai kamera digital, ataupun handphone yang dilengkapi dengan kamera pada saat itu. Maka aku tidak bisa menghadirkan foto untuk para pembaca kompasiana untuk mendeskripsikan bagian tulisan ini mengenai berwisata ke museum perjuangan palagan Ambarawa. Namun izinkan untuk membagi sedikit informasi mengenai museum perjuangan palagan Ambarawa, sebelum menceritakan saat berwisata ke Candi Gedong Songo, tentunya dengan dilengkapi dengan foto. Meskipun pada saat itu, handphone yang aku punya dengan fitur kamera hanya beresolusi VGA (Video Graphics Adapter). Jadi kualitas gambar menjadi tidak bersih, dan cenderung blur.

Museum Palagan Perjuangan Ambarawa

Museum Palagan Perjuangan Ambarawa atau Museum Kereta Uap Ambarawa adalah museum yang terletak di Ambarawa. Dimana museum ini menjadi saksi sejarah pada masa penjajahan dulu, dan menjadi peninggalan warisan Hindia Belanda. Warisan tersebut terdiri dari berbagai macam foto sejarah, senapan laras panjang yang digunakan pahlawan Indonesia untuk bertempur melawan penjajah kala itu, alat komunikasi yang berupa telepon putar, mesin hitung, dan telegraf. Dan juga museum ini memiliki beberapa kereta api uap dan alat perkereta apian seperti lonceng kereta dan peluit petugas rel. Dan kemudian salah satu kereta uap mempunyai nomor lokomotif B 2502, dan B 2503. Kereta api uap ini buatan dari Maschinenfabriek Esslingen yang dimana kereta api uap ini masih bisa dijalankan sampai sekarang ini untuk dijadikan alat berwisata.  Lalu kereta uap lainnya mempunyai  nomor lokomotif B 2220, C 2728, C 2407, C 1240, dan C 2821. Tarif biaya tiket masuk museum Ambarawa seharga Rp.5.000 /orang. Untuk bisa berwisata menaiki kereta uap, para pengunjung dikenakan tarif biaya seharga 10.000 /orang. Rute yang dilalui oleh wisata  kereta uap ini melewati areal persawahan, lalu juga melintasi sepanjang jalur pinggiran danau Rawa Pening yang eksotis itu. Letak museum Ambarawa ini berada di wilayah Ungaran selatan. Untuk akses jalan menuju museum Ambarawa ini. Jika anda dari Jakarta, tujulah rute ke arah Semarang. Baik dengan mobil pribadi, menumpang bus, atau menumpang kereta api dengan tujuan akhir Semarang Tawang. Lalu tujulah arah Ungaran selatan, sampai pertigaan daerah Bawen ambil arah Yogyakarta (belok kanan) menuju Tugu Palagan Ambarawa. Begitu juga dengan kota-kota di sekitarnya. Baik Solo dan Yogyakarta dengan menggunakan rute menuju pertigaan daerah Bawen.

Candi Gedong Songo

Bagi yang pernah berwisata ke Candi Gedong Songo pastilah setuju bahwasanya candi ini memiliki alam sekitar yang indah dengan udara yang begitu sejuk. Faktor letak candi yang berada di kaki gunung Ungaran (dengan ketinggian 2050 mdpl)  menjadikan udara di sekitar candi begitu sejuk. Candi Gedong Songo ini tepatnya berada di Dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Dalam bahasa Jawa, Gedong Songo berarti “Gedong” rumah atau bermakna bangunan. “Songo” berarti sembilan. Jadi arti kata Gedong Songo adalah 9 (kelompok) bangunan yang mempunyai 9 buah candi Menurut sejarahnya Candi Gedong Songo ini dibangun pada abad ke-9 masehi, dan merupakan salah satu peninggalan dari budaya agama Hindu pada zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi). Biarpun dulunya ada 9 candi, namun sejak beberapa tahun silam Candi Gedong Songo ini hanya menyisakan 5 buah candi saja yang masih tersusun apik. 4 lainnya hanya tinggal pondasi dan reruntuhan bangunannya saja.

Jika anda mendekat ke candi-candi 1 sampai 4, anda akan menemukan relief arca-arca. Nama arca-arca tersebut antara lain : Arca Ciwa Mahaguru, Ciwa Mahadewa, Dhurga, Ganeca, Nahisasuramardhini, Nandiswara dan Mahakala. Sejatinya Candi Gedong Songo ini adalah peninggalan agama Hindhu. Karena biasanya untuk membedakan Candi Hindhu dan Budha, bisa dilihat dari bentuk bangunannya. Biasanya Candi Hindu berbentuk ramping, lancip dan juga menjulang tinggi. Sementara Candi Budha cenderung berbentuk bulat dan sangat besar seperti halnya Candi Borobudur. Maka karena ciri umum diatas, maka dapat dibedakan mana Candhi Hindu dan mana Candi Budha.

Obyek wisata Candi Gedong Songo ini menawarkan pemandangan yang sangat indah, dengan dominasi warna hijau dari tumbuh-tumbuhan atau pepohonan pinus, dan warna langit yang biru jika cuaca cerah. Lalu, diantara candi Gedong III dan Gedong IV (nama candi tersebut)  terdapat  sebuah mata air yang mengandung belerang dengan baunya yang sangat kuat disertai kepulan asapnya yang cukup tebal. Nah, di obyek wisata candi ini juga ada tempat pemandian yang bersumber dari air belerang. Jika hari libur seperti halnya libur lebaran tahun 2011 yang lalu, ada banyak pengunjung yang memenuhi tempat pemandian ini. Jadi, aku urungkan niat untuk mencoba pemandian air hangat disana. Jika kembali lagi, mungkin aku harus mencoba tempat pemandian belerang tersebut.

Nah, di sekitar Candi Gedong Songo juga terdapat beberapa kuda, cukup banyak, yang dimana untuk disewakan kepada para pengunjung candi. Penduduk sekitar yang berprofesi sebagai guide kuda biasanya mangkal diantara Candi Gedong III, IV, dan V. Jika anda merasa lelah berjalan dari mulai pintu masuk candid an hanya mampu berjalan sampai Candi Gedong II, maka anda dapat memanfaatkan sarana kuda sewa ini. Namun, untuk mendapatkan momen yang menakjubkan, disarankan untuk tetap berjalan dari mulai pintu masuk Candi sampai Candi Gedong V. Karena tiap-tiap langkah, dijamin anda akan menemukan kepuasan batin tersendiri dan membuat hati merasa amat senang. Nah, setelah selesai sampai Candi Gedong V, lalu anda ingin pulang. Ada baiknya menyewa kuda, jadi sedikit menghemat tenaga. Karena naik-turun candi ini kalau diukur sangat lah jauh, dan butuh energi juga stamina yang tetap terjaga. Seperti itulah yang aku rasakan ketika tetap memilih naik dan turun candi hanya dengan berjalan kaki. Ini dikarenakan aku ingin lebih menikmati suasana sekitar Candi dengan berjalan selangkah demi selangkah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun