“Saya masih ingat betul raut wajahnya ketika ia berjanji akan pulang.” Ujar wanita itu seraya menggeser kursi terbuat dari besi yang tampak mulai karatan, membenarkan posisi duduk dan meraih gelas berisi teh mawar panas dengan asapnya yang mengepul. Matanya jauh memandang tajam menembus cakrawala memunculkan semburat jingga mengintip dari celah pepohonan.
KEMBALI KE ARTIKEL