PEMILU legislatif 2014 tinggal hitungan bulan. Kebanyakan baliho, spanduk, maupun banner berisi slogan-slogan bombastis ditambah gaya narsis caleg dengan mendompleng nama-nama besar seperti Soekarno dan Soeharto. Dengan media kampanye tersebut, masyarakat tidak tahu apa gagasan, ide, konsep solusi maupun pemikiran politik si caleg terhadap permasalahan rakyat, daerah, maupun bangsa yang akan mereka wakili.
Lain cerita, bila mereka menelurkan gagasan maupun ide politiknya dalam buku (saku) atau tulisan di media cetak yang terbaca masyarakat. Dengan begitu, masyarakat pemilih akan mengerti sekaligus memahami gagasan, ide, serta tawaran solusi dari para caleg terhadap persoalan kerakyatan maupun kebangsaan melalui buku (saku) atau tulisan yang mereka buat.
Namun, buku (saku) sebagai media cerdas kampanye perlu diimbangi blusukan: menemui, memahami, bila perlu memberi solusi atas permasalahan rakyat maupun bangsa. Kepada para caleg, menulislah buku dan bagilah gagasan Anda. Kurangi membuat dan memajang baliho.
(Dimuat di rubrik GAGASAN Jawa Pos, Sabtu, 23 November 2013)