Kepada surga pepohonan tertitip tanah Timika yang terlelap dalam tidur panjang penuh kedamaian tanpa mimpi. Selimutnya bumi bertabur bunga setaman dan doa doa kami yang kehilangan. Isak tangis disembunyikan dibalik wajah wajah lusuh penuh duka cita. Muara Sungai Ajkwa, bergoyang pelan membawa angin kering mengembara membawa kabar duka ke kota kota nan jauh: "su pecah kitorang pu kepala ….. (sudah pecah kami punya kepala)
Papua, separuh akar dunia tercabut oleh karena keserakahan, pergi yang tak akan kembali lagi. Hati berlubang dilimuri puji ujian perkabungan bercampur kesedihan terhebat sepanjang hayat. Segala kenang kenangan atas indahnya masa Iryan sepanjang perjalanan menggenang pada udara. Sejuk tanah merah menjadi peristirahatan terakhirnya, tanah yang sama ketika pertama menginjak kaki danau Sentani dan pegunungan Jayapura menuju Border Indonesia-Papua New Guinea..
Papua, yang menitiskan ruh pada jiwa jiwa perkasa. cinta terbesar terbentuk oleh kisah kisah sepanjang masa. Negeri penuh petualangan memupuk anak anak panah yang melesat menjelajah angkasa tak bertuan, menejejaki bumi bumi nun jauh yang pernah teceritakan di temaram "Pintu Angin"; atau dihamparan rumput tanjakan "Aduh Mama"ketika rembulan penuh menguasai langit dulu.
Papua, berpeluh kasih sayang mengalir sepanjang dan sepenuh nafasnya. Dari kedalaman batinnya bersumber cinta kasih, cikal bakal kehidupan yang menebar di lembah lembah dan bukit nasib dimana harapan disemaikan. Sejuknya menjadi jimat penyemangat ketika kaki kaki kecil kami belajar melangkah menapaki bumi, memungut setiap keping kenangan untuk dipersembahkan kembali kepadanya sebagai kebanggaan.
Papua yang terbaik hatinya. Bersama sedihmu, separuh bumipun luruh jadi debu. Tinggal syahdu suara menggema di dinding jiwa, mengantarkan cerita dongeng tentang negeri yang jauh; mengantar kami ke alam mimpi Jayapura, kota yang dikelilingi bukit. Senyum Papua menjadi mercusuar pengarah langkah setiap kali mata angin menyesatkan arah. Maka gugusan waktu akan mengaburkan hangat dari pelukan terakhir, lantunan doa yang mengalir melalui hatimu yang bening.
Papua, kepadamu segala cinta dan kebahagiaan berpalung. Yang menjadikan kita menjadi manusia, kemudian yang mengajarikan tentang tata tertib dunia, mengenalkan kepada hidup dengan caranya, menuntun sikap untuk selalu menuruti cahaya hati. Cintanya sebesar rongga antara bumi dan langit, sedangkan kasih sayangnya seluas ukuran dunia. Suci dan juga sepenuh hati. Tidak akan pernah ada cinta yang menyamai keagungan cinta ibunda yang bercita cita memuliakan anaknya dalam kehidupan dunia. Begitu besar cinta kasihnya sehingga ruhnya selalu tertitis kepada jiwa anak anak yang telah menjadi manusia. Tidak peduli hal apapun yang kita anggap sebagai hal buruk yang diberikan;
“Ade, ko kenal bapa ini atau tidak? Coba ko perhatikan baik-baik,” tanya Kelly sambil mendekatkan foto Soekarno ke wajah Moses.
Sambil menggelengkan kepala, Moses berkata, “Ah, minta maaf bapa, sa tra (tidak) kenal. Ini bapa siapa pung foto ka?”
Dengan wajah terkejut Kelly berkata, “Tuhan ampun eeeee, ko tidak kenal Sokarno ka? Ini kitorang punya presiden pertama . Masa ko tidak kenal dia? Ko bikin malu saja!”
Sedikit emosi, Kelly kemudian mengeluarkan foto kedua dari kantong bajunya. Kali ini foto mantan presiden Soeharto.
“Kalau ini ko pasti kenal dia,” kata-kata Kelly makin tegas.
Dengan kepala dijulurkan ke depan agar makin terlihat jelas, tiba-tiba Moses menjawab, “maaf bapa, ini opa siapa punya foto lagi ka?”
“Moses eeee, ko tidak kenal Soeharto lagi ka? Ini presiden paling lama sudah di Indonesia ini”, jawab Kelly sambil menggelengkan kepalanya.
Mungkin karena tidak bisa menahan emosinya, Kelly kemudian mengeluarkan semua foto-foto di kantongnya.
“Pak Habibie, ko kenal dia tidak?’’ tanya Alo.
“Sa tra kenal, jawab Moses
“Kalau ini?” tanya Kelly sambil menunjukan foto Megawati
“Maaf bapa, itu siapa punya mama kah?” kali ini Moses menjawab dengan agak santai.
Ketika akan menunjukan foto SBY, tiba-tiba Moses berkata, “Bapa, ko tra usah kasih tunjuk semua foto-foto itu. Ko memang curang, dari tadi ko kasih liat ko punya teman-teman punya foto. Sa memang tra kenal dorang (mereka) semua!”
Kemudian Moses mengambil tas dan tangannya merogoh sesuatu. Kemudian ia menunjukan foto-foto itu kepada Kelly.
“Bapa, ko kenal Ruben? ko kenal Yapi? ko kenal Mince? ko kenal Andreas?” tanya Moses dengan emosi.
Kelly hanya menggelengkan kepalanya.“Ko tidak kenal to? supaya bapa tahu, itu sa punya teman-teman sekolah, jadi jangan ko sombong bawa ko punya teman-teman punya foto yang saya tidak kenal!” jawab Moses sambil berjalan meninggalkan panggung, sementara Kelly hanya berdiri termangu.