Sektor ekonomi kreatif yang dimaksud oleh Kemenparekraf RI meliputi 14 subsektor, yaitu: arsitektur, desain, fesyen, film video dan fotografi, kerajinan, kuliner, teknologi informasi, musik, pasar barang seni, penerbitan dan percetakan, periklanan, permainan interaktif, riset dan pengembangan, seni pertunjukan, televisi dan radio. Ekonomi kreatif di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi PDB pada urutan ke-7 dari 10 sektor pemasukan pendapatan negara, yaitu rata‐rata sebesar 104,638 triliun Rupiah pada tahun 2002‐2006.
Di pemerintahan Jokowi - JK, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memang ditiadakan. Menurut rencana Kemenparekraf akan berganti menjadi Badan Ekonomi Kreatif RI yang langsung berada di bawah presiden RI.
(1)
Ekonomi Kreatif di Indonesia
Sektor ekonomi kreatif bagai mata air yang tak pernah kering. Beragam ide bermunculan ke permukaan tiap tahun. Periode tahun 2002‐2006 ekonomi kreatif mampu menyerap tenaga kerja dengan rata‐rata sebesar 5,4 juta pekerja. Produktivitas tenaga kerja dalam sektor ekonomi kreatif mencapai 19,5 juta per pekerja tiap tahun. Produktivitas tenaga kerja pada sektor ini lebih tinggi dari produktivitas nasional yang hanya mencapai kurang dari 18 juta rupiah per pekerja per tahunnya. Rekaman data tersebut menunjukkan potensi ekonomi yang luar biasa. Negara dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar, apabila mampu memaksimalkan potensi kemajemukan bangsa Indonesia. Keanekaragaman Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, pulau, budaya, adat, kesenian dan bahasa merupakan modal yang tidak kunjung habis untuk digali dan dikembangkan agar memiliki nilai ekonomi.
Potensi keanekaragaman ekonomi kreatif di Indonesia memiliki kekuatan yang berbasis pada lokalitas. Ragam ciri khas lokal yang sudah mendunia seperti batik, tenun ikat, fesyen hijab merupakan sedikit contoh yang dapat menggambarkan bahwa ekonomi kreatif yang berakar pada lokalitas pun dapat mendunia. Pembaharuan dalam motif batik merupakan salah satu cara agar batik dapat peka terhadap perubahan zaman dan kebutuhan konsumen. Iwan Tirta dan Anne Avantie merupakan desainer yang tekun terhadap pengemasan kembali batik agar berterima pada konsumen muda dan dunia. Kreasi batik Iwan Tirta kerap dikenakan dalam beragam acara kenegaraan. Sedangkan, gaun-gaun rancangan Anne Avantie dikenakan pada acara kontes Miss Universe.
Fesyen hijab di Indonesia yang berbeda dengan arus utama pun mulai merangsek pasar luar negeri. Penduduk negara yang mayoritas beragama Islam seperti Malaysia, Brunei Daussalam dan negara Timur Tengah sudah tertarik terhadap kekhasan fesyen hijab Indonesia. Beberapa desainer fesyen hijab seperti Dian Pelangi, Shafira mulai berhasil memasarkan kreasi hijabnya ke mancanegara. Didiet Maulana dengan tenun ikatnya mampu bersaing di kancah global, bahkan melalui lini produknya IKAT dikenakan sebagai pakaian resmi di peserta APEC 2013.
(2)
Usulan Program Bidang Sosial dengan Paket Internet Gratis Indosat
Penulis memiliki keinginan mengangkat lokalitas menjadi mengglobal. Sarana yang dapat untuk mempromosikan keunikan masing-masing daerah dalam ekonomi kreatif adalah dengan membuat buku. Melalui fasilitas paket internet gratis dari Indosat, penulis hendak memetakan dan mendokumentasikan ragam potensi ekonomi kreatif masing-masing daerah, termasuk menampilkan profil pelaku-pelaku usaha ekonomi kreatif. Paket internet gratis dari Indosat akan penulis gunakan untuk berselancar di dunia maya dalam rangka melakukan pengumpulan data potensi dan jenis ekonomi kreatif di Indonesia.
Selanjutnya, keanekaragaman budaya lokal masing-masing daerah tersebut didokumentasikan dan disebarluaskan melalui buku. Buku-buku tersebut dapat didistribusikan dalam lingkup lokal dan nasional. Sedangkan untuk promosi di luar negeri dapat pula membuat terjemahan dari buku-buku tersebut. Untuk daya jangkau yang tak terbatas dan tak terhambat oleh waktu, penulis juga hendak membuat blog khusus tentang ekonomi kreatif yang memuat ragam potensi ekonomi kreatif di Indonesia.
Penulis membayangkan jika buku-buku yang memuat potensi ekonomi kreatif suatu daerah dapat menjadi dokumen yang dapat dijadikan pegangan dan panduan tiap pemangku kebijakan dan pemerintah daerah dalam menentukan strategi kebijakan dalam rangka mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Setiap lima tahun sekali buku-buku tersebut dapat diperbaharui dengan mengamati perubahan dan perkembangan ekonomi kreatif di masing-masing daerah. Pendokumentasian dalam bentuk buku merupakan warisan yang dapat terus diestafetkan kepada masyarakat, pelaku usaha, akademisi, dan satuan kerja pemerintah kota/ pemerintah kabupaten.
(3)
Rancangan Buku Ekonomi Kota Kreatif
Salah satu negara yang dapat dijadikan kiblat untuk pengembangan ekonomi kreatif adalah Inggris. Inggris merupakan salah satu negara yang dapat memaksimalkan potensi ekonomi kreatif. Tiap tahun British Council mengadakan kompetisi International Young Creative Entrepreuner (IYCE). Selain itu, pemerintah Inggris amat serius menangani potensi ekonomi kreatif melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kota kreatif pun bermula dari Inggris. Pengagas penggunaan istilah kota kreatif adalah Charles Landry. Ia merupakan salah satu pendiri think tank Comedia di Inggris. Istilah kota kreatif dimunculkan pertama kali dalam bukunya The Creative City: A Toolkit for Urban Innovators. Baginya, kota kreatif adalah “kota yang menciptakan lingkungan yang mendukung orang untuk memikirkan, merencanakan, dan bertindak dengan imajinasi dalam memanfaatkan kesempatan dan masalah kota, mengubah kesempatan menjadi pemecahan.”
Kota Pekalongan di Jawa Tengah merupakan salah satu contoh kota yang berbasiskan pada kekuatan sektor ekonomi kreatif. Kota yang memiliki keandalan dalam mengelola potensi kreatif terbukti banyak mendatangkan keuntungan. Sektor ekonomi kreatif di Pekalongan mampu mendatangkan keuntungan pada sektor industri, masyarakat dan pemerintah Kota Pekalongan. Kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara yang penasaran ingin mengetahui proses produksi batik akan mengunjungi sentra-sentra produksi batik. Selain itu, mereka dapat pula mempelajari ragam motif di museum batik. Dari contoh kasus kota Pekalongan, penulis hendak membuat buku yang berjudul, Pekalongan: Jejak dan Wisata Batik.
Beralih ke Jawa Barat. Salah satu kota yang berkembang dalam sektor ekonomi kreatif adalah kota Bandung. Kota yang terkenal dengan kota distro (distribution outlet). Kota ini merupakan salah satu yang mampu memaksimalkan potensi ekonomi kota kreatifnya, bahkan Walikota Bandung Ridwan Kamil mengundang segenap warganegara Indonesia yang memiliki ide-ide kreatif untuk membangun usaha di Bandung. Ia menjanjikan kemudahan dalam perizinan dan mentoring dalam mengemas produk kreatif dan memasarkannya ke khalayak umum.
Komunitas-komunitas kreatif merupakan penggerak roda ekonomi kota Bandung. Ekonomi kreatif distro kota Bandung bermula dari kelahiran clothing label dalam sebuah skatepark kecil di salah satu sudut Taman Lalu Lintas Bandung (Taman Ade Irma Suyani), di awal tahun 1990-an oleh Didit atau dikenal dengan nama Dxxxt, Helvi dan Richard Mutter (mantan drummer Pas Band), kemudian bersepakat mengelola sebuah ruang bersama di Jalan Sukasenang Bandung. Ruang ini kemudian dikenal sebagai cikal bakal yang munculnya bisnis clothing lokal (Reverse) untuk anak muda di Bandung (Majalah Flashover, 2 Juli 2010). Produk kaus berlabel independen tersebut dipasarkan secara khusus di komunitas kaum muda bersosialisasi. Tempat yang memajang dan menjual produk kaus kreatif tersebut dinamakan distro ( distribution outlet). Produk kaus tidak dijual massal di mal, namun hanya dapat dibeli di distro. Beragam produk distro di kota Bandung hendak penulis dokumentasikan dalam buku, Bistro (Bandung Distro): Kreativitas dalam Desain.
Selain dua usulan contoh buku tentang ekonomi kreatif kota Pekalongan dan Bandung tersebut, penulis memiliki kehendak untuk memetakan dan mendokumentasikan ekonomi kota-kota kreatif di Indonesia dari Sabang hingga Merauke dengan paket internet gratis Indosat. Lalu, akan memberikan buku tersebut ke Badan Ekonomi Kreatif RI. Jika tiap potensi ekonomi kreatif kota-kota di Indonesia terdokumentasikan dengan rapi merupakan sumber yang tak lekang oleh zaman karena verba volant scripta manent (yang diucapkan segera menguap, yang tertuliskan akan abadi).