Dalam doa saya sampaikan ujud kesiapan hati, apabila memang hidupku harus berakhir di gunung. Dalam doa kuberujar, “Tuhan, jika semua harus berakhir di sini, saya sudah siap”. Saat mengucapkan kalimat tersebut terasa kedamaian membanjiri hati. Suatu kepasrahan paripurna. Setelah doa tersebut terucap diriku semakin ringan melangkah, meskipun belum tahu bagaimana cara keluar dari rute yang salah. Beberapa menit kemudian, salah seorang teman memintaku memimpin doa, karena mereka merasa sudah lelah dan tak kunjung jua menemukan jalur pendakian yang benar.
Beberapa saat kami berdoa, agar jalur yang benar segera ditemukan. Selang 2 menit menutup doa terdengar ada suara yang menyahut teriakan minta tolong kami. Dari bawah terdengar suara menyahut, “Sini, sini lewat jalur yang tepat”. Segera kami berhamburan mencari sumber suara sahutan di bawah. Puji Tuhan, kami menemukan asal suara tersebut. Mereka langsung menunjukkan jalur pendakian yang tepat. Kami dapat melanjutkan pendakian dan berkumpul kembali dengan rombongan yang sangat cemas selama 16 jam. Peristiwa tersebut membuat saya semakin bertekun dalam doa. Percaya dengan Penyelenggaraan Ilahi melalui setiap doa yang kupanjatkan dan semakin bersyukur dalam segala kondisi, serta tegar mengarungi lika-liku kehidupan dengan perisai iman.