Sosok perempuan inspiratif tersebut adalah Angkie Yudistia. Seiring berjalannya perbincangan malam itu lambat laun terkuak, ia adalah penyandang tuna rungu. Ia menceritakan perjuangan beberapa bagian dari kisah hidupnya. Angkie mengungkapkan bahwa mengalami diskriminasi merupakan hal lazim yang dialami, karena ia menjalani pendidikan di sekolah umum. Sebagai penyandang tuna rungu ia selalu dikucilkan oleh kawan-kawan sebayanya. “Ketika di jenjang SD, SMP dan SMA, saya selalu jadi pusat perhatian, namun kala itu saya tidak mendapat perhatian karena berhasil jadi artis remaja atau bintang iklan. Mereka memperhatikan, karena saya adalah seorang tuna rungu, yang acapkali bicara terbata-bata dan amat jarang merespon teguran atau bahkan sapaan orang-orang sekitar…” ujarnya dalam acara tersebut.
Kisah hidup Angkie dalam buku, Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas mampu memotivasi individu-individu yang memiliki kekurangan untuk mampu bangkit dan menjadikan kekurangan yang dimiliki ditransformasikan sebagai kelebihan. Malam itu kekaguman saya terhadap sosok dan kiprahnya semakin membuncah. Semenjak itu saya selalu berani bersyukur dan tegar menghadapi naik turunnya kehidupan. Tuhan jadikan saya untuk selalu mengucap syukur untuk semua berkat-Mu dan jadikan saya memahami apa yang tak dapat diubah.