Secangkir kopi panas menemaniku di sebuah kafe langgananku di tepi jalan raya antar kota. Semilir angin berhembus pelan meluruhkan daun-daun kuning pepohonan di tepi jalan. Siang yang begitu panas, tetapi rimbunnya dedaunan mampu menahan tajamnya sinar mentari yang menghunjam bumi. Terbentuk kanopi-kanopi alami di penggal ruas jalan raya itu. Begitu teduh hingga membuat betah sekumpulan bocah yang sedang bermain di bawahnya, tepat di samping kafe tempat Aku membunuh waktuku.
Telolet ... telolet ....Suara itu memaksa Aku untuk segera beranjak dari tempat dudukku. Kuseruput kopiku yang masih setengah cangkir sambil melirik pada seorang gadis pemilik kafe yang duduk semeja di depanku. Kemudian Aku mengambil sejumlah uang dan kuberikan padanya.
KEMBALI KE ARTIKEL