Sayangnya, perasaan bangga dan takjub itu kerap, bahkan hampir selalu, berujug kecewa. Pada akhirnya, tampilan mempesona itu pasti luruh. Ketika itu terjadi di hari tak terduga, saat menghadapi lawan biasa saja, hal itu rasanya menyesakkan. Bila terjadi di hari penting, saat melawan klub besar, kekalahan itu lebih memukul dan membuat putus asa.
Musim ini keadaan masih serba tak pasti. Kehilangan Robin van Persie nyaris terasa seperti kiamat. Tapi hati sempat sedikit terobati melihat aksi Santi Cazorla dan Lukas Podolski di awal musim ini. Sepertinya ada harapan. Sayang kemudian terbukti harapan itu hanya tipis saja. Ketika tampil di panggung besar, Si Meriam London ini masih kurang amunisi. Giroud belum mampu mengisi sepatu yang ditinggal Van Persie. Gervinho juga cedera dan kehilangannya sangat terasa. Entah seperti apa jadinya bila dia harus ke Piala Afrika pada Januari nanti.
Jelas Arsene Wenger harus kembali belanja pada Januari nanti. Menambah amunisi lini depan merupakan prioritas. Megukuhkan lini belakang juga harus jadi perhatian. Bila tidak, bukan hanya gelar juara, posisi empat besar pun mungkin harus dilupakan.
Dan utuk menyadari ini rasanya menyakitkan. Sama menyakitkannya seperti melihat gawang tim ini harus kebobolan tiga kali oleh penyerang Fulham Dimitar Berbatov pada Sabtu malam. Sakit, tapi inilah Arsenal. Dan akan tetap begini kecuali Tuan Wenger dan petinggi klub mau mengubahnya.(*)