menjelma raksasa
penebar duka
yang membani setiap ingsut langkahmu
mata kecil tanpa dosa
berubah penuh luka
nanar menatapi
tangan sendiri
tangan pembawa bencana:
maut buat belahan jiwa
lalu hati berkarat
oleh luka
penyesalan
dan rasa tak mengerti
jiwa tercemar
nalar terenggut
engkau pun melayang
dalam dunia tanpa akal sehat
terjebak antara hayal dan nyata
semetara wajah bunda
terus mengikuti
seraya tersenyum maklum
senyum yang kian menusuki hatimu
menimbulkan lubang menganga: duka dan sesal tak berkesudahan(*)