Tidak jauh masih dalam istananya empat puluh dalamnya,
Tepat dibawah kakimu dengan ribuan belalaian sehalus rabut belah dua menyerap ubun-ubun dibentang maya fatamorgana,
Bahkan kasat mata benderang menjulur sampai ribuan lembah tanah berlautan pasir,
Melewati peradaban menjulang ber AC dibawah nol derajat,
Satu serakahnya menyerap darah negri-negri hingga darah tanah zaitun ,
..........................
Usahlah bertanya ,
Jika ditanahmu semua tidak lagi sama,
Saat semua berubah -Â engkaupun terheran para cerdikpun pura tidak paham,
Karena tanah tidak lagi pernah menjajikan - melainkan slogan dan kata termanis kalimat terindah,
bahkan ada ucapan terbata kehabisan darah,
Meski pun rerumputan jua terserap - darahnnya,
Karena engkau sudah tidak memiliki apalagi,
segala bukan punyamu lagi,
Mungkin harap juga tak bernyali lagi ,
Terampas sudah -- terhisap lagi tergadai mungkin,
..............
Jika IBU memiliki airmata ,maka keringlah sudah,
Sesurut aliran bengawan solo " mengalir sampai jauh............................."
Menyisakan,
Makhluk-makhluk asing pinggir selokan meyeblah lintasan,
(atau malaikat kecil berserakan bagai kutu tanpa harga - negri sebelah : kata sang teman )
Pemangsa sampah - dan racun sisa,
Alien yang tidak berasal darimana penghuni rumah kertas persis bawah pencakar langit,
Hanya jelata tiada mengerti - saat segala darah negri terhisap perebutan oleh entah ,
PENJARAHAN dan penjajahan takan pernah usai  dahulu - kini - dan esok,
Hingga kering darah negri siapa
....................................