Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

" Putih Hitam Coklat Kita "

21 Agustus 2011   04:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:35 91 0
Sungguh ini tentang dia,

Tidak jauh masih dalam istananya empat puluh dalamnya,

Tepat dibawah kakimu dengan ribuan belalaian sehalus rabut belah dua  menyerap ubun-ubun dibentang maya fatamorgana,

Bahkan kasat mata  benderang menjulur sampai ribuan lembah tanah berlautan pasir,

Melewati peradaban menjulang ber AC dibawah nol derajat,

Satu serakahnya menyerap darah negri-negri hingga  darah tanah  zaitun ,

..........................

Usahlah bertanya ,

Jika ditanahmu semua tidak lagi sama,

Saat semua berubah -  engkaupun terheran para cerdikpun pura tidak paham,

Karena tanah tidak lagi pernah menjajikan - melainkan slogan  dan kata termanis kalimat terindah,

bahkan ada ucapan  terbata kehabisan darah,

Meski pun rerumputan jua terserap - darahnnya,

Karena engkau sudah tidak memiliki apalagi,

segala bukan punyamu lagi,

Mungkin harap juga tak bernyali lagi ,

Terampas sudah -- terhisap lagi  tergadai mungkin,

..............

Jika IBU memiliki airmata ,maka keringlah sudah,

Sesurut  aliran  bengawan solo  " mengalir sampai jauh............................."

Menyisakan,

Makhluk-makhluk asing  pinggir selokan meyeblah lintasan,

(atau malaikat  kecil berserakan bagai kutu tanpa harga - negri sebelah : kata  sang teman )

Pemangsa sampah  - dan racun sisa,

Alien yang tidak berasal darimana penghuni rumah kertas persis bawah  pencakar langit,

Hanya jelata tiada mengerti - saat segala darah negri  terhisap perebutan oleh entah ,

PENJARAHAN  dan penjajahan  takan pernah usai   dahulu  - kini - dan esok,

Hingga kering  darah negri siapa

....................................

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun