“Itu, seorang Kolonel Kutu Kupret, apa dia tidak sadar sebagai anggota TNI ?”.
Demikian kata Ruhut Sitompul dalam mengomentari sosoknya Kolonel Adjie Suradji yang menuliskan opini berjudul‘Pemimpin, Keberanian dan Perubahan’, dimana tulisan opini dari Perwira Menengah TNI AU itu telah dianggap menyentil Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono).
Berkait dengan opini dari Kolonel Adjie Suradji itu, tak kurang dari Presiden SBY sendiri pun mengatakan bahwa prajurit dan perwira aktif sebenarnya tidak ada ruang untuk mengkritik atau menyerang atasan.
Bisa jadi memang benar begitu, bahwasanya seorang tentara anggota TNI itu memang dilarang keras untuk melakukan kritik tentang apapun juga kepada atasannya.
Dan, apakah dengan demikian maka hal itu dapat diartikan bahwa tentara itu tidak boleh beropini atau mengkritik walau ia melihat secara kasat mata tentang adanya kerusakan sistem dan tindakan penyimpangan serta maraknya praktik korupsi ?.
Jika ia maka celakalah negara ini, karena dengan mengatasnamakan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit maka tentara TNI harus membiarkan saja negaranya digerogoti oleh kerusakan sistem serta maraknya tindakan penyimpangan dan praktik korupsi.
Berkait dengan mengemukakan opininya, tak hanya Kolonel Adjie Suradji saja yang melakukannya. Ada beberapa anggota TNI aktif lainnya yang juga melakukan hal yang serupa, mengemukakan opininya.
Diantaranya mungkin dapat kita lihat bagaimana Kapten Agus Harimurti Yudhoyono beropini dalam bentuk buku, yang malahan dibagikan secara gratis di Istana Presiden pada saat usai pelaksanaan upacara resmi kenegeraan dalam memperingati Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Bahkan Kapten Agus Harimurti Yudhoyono pernah mengemukakan opininya di ruang publik berkait persoalan geopolitik.
Opininya yang diberinya judul ‘Tantangan Geopolitik Indonesia Abad 21 : Pandangan Seorang Prajurit’ itu dibawakannya pada forum Komunikasi Alumni Certified Property Analyst yang diselenggarakan oleh Panangian School of Property di Hotel Sahid Jaya.
Namun apapun juga argumentasinya, mungkin memang sudah demikian halnya, sudah merupakan suratan takdir yang berbeda nasib antara Kolonel Adjie Suradji dengan Kapten Agus Harimurti Yudhoyono.
Terlepas dari itu semua, sesungguhnya ada hal terpenting yang terlupakan didalam perdebatan seputar opini yang dikemukakan oleh Kolonel Adjie Suradji, yaitu soal subtansi dari opini yang ditulisnya.
Subtansi, itu jelas hal yang teramat penting untuk terlupakan. Atau, memang sengaja agar dilupakan ?.
Benarkah kita memang ingin melupakan bahwa kasus BLBI, Lapindo, Bank Century, dan perilaku penyelenggara negara yang suka mencuri, berbohong, dan malas tidak akan menjadi warisan abadi negeri ini ?.
Benarkah kita memang ingin melupakan bahwa seluruh rakyatIndonesiatetap berharap agar Presiden SBY bisa membawa perubahan signifikan bagi negeri ini ?.
Jika memang sengaja dilupakan maka celakalah nasib reformasi yang telah berjalan selama dua belas tahun, sia-sialah pengorbanan harta dan raga serta jiwa yang telah terenggut karena memperjuangkannya.
Jika memang begitu, maka sesungguhnya siapa yang paling pantas disebut sebagai ‘Kutu Kupret’ ?.
Wallahualambishshawab.
*
Catatan Kaki :
- …inilah subtansi dari opininya Kolonel Adjie Suradji… klik di sini .
- …perbedaan garis nasib antara Kolonel Adjie Suradji dengan Kapten Agus Harimurti Yudhoyono… klik di sini .
- …habis orde Dwi Fungsi ABRI terbitlah orde Dwi Fungsi Polri ?… klik di sini .
- …Juki (Marzuki Alie) dan Poltak (Ruhut Sitompul) adalah sosok reinkarnasi dari Bung Klimis (Harmoko) pada masa kini ?… klik di sini .
- …bagaimana relevansi antara Gurita Cikeas dengan sikap Presiden SBY terhadap soal bisnis keluarga pejabat ?… klik di sini .
- …apa salah jika Ibas jadi Gubernur Banten selanjutnya ia jadi Presiden RI ?… klik di sini .
- ...kritiknya kepada Garuda dong, bukan kepada Ibas... klik di sini .
- …gambar ilustrasi sebagai pemanis tampilan merupakan hasil copypaste… darisini .
*