Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara, dikatakan sedang melakukan penghimpunan energi. Pelepasan energi bisa berbentuk kenaikkan gempa vulkanik dan menurunkan hembusannya, atau menaikkan hembusan dari kawahnya.
Demikian yang disampaikan oleh Surono, Kepala PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) pada hari Minggu tanggal 5 September 2010.
Pada beberapa hari sebelumnya, gunung tersebut sempat kembali meletus dengan menyemburkan asap yang sangat tebal disertai dengan keluarnya abu bercampur belerang dan kerikil-kerikil kecil.
“Suara gemuruh dan getarannya terdengar dan terasa hingga radius 8 km tempat di mana kami berada”, kata Surono pada hari Jumat tanggal 3 September 2010.
Semburan abu vulkanik dari mulut gunung itu diperkirakan mencapai ketinggian sekitar 3.000 meter, dan arah semburannya menuju timur akibat tiupan angin.
Menurut laporan, jangkauan radius dari sebaran debu vulkaniknya itu juga menyebar sampai ke Lubuk Pakam, ibukota Kabupaten Deli Serdang.
Sebelumnya, gunung Sinabung yang hanya berjarak sekitar 50 Km dari kota Medan ini dikategorikan sebagai gunung berapi tipe B, atau gunung berapi aktif namun berkategori tidak berbahaya.
Gunung Sinabung dikategorikan sebagai gunung api tipe B karena merupakan gunung yang api aktif dan didapati adanya manifestasi sulfatara (belerang) dan fumarol (asap/uap air) namun sejak tahun 1.600 tidak dikenali terjadinya letusan dari kawah gunung api tersebut.
Sebagaimana diketahui, Gunung Sinabung memang tak terkait langsung dengan segmen jalur Patahan Sumatera yang sangat aktif bergerak namun selama 200 tahun terakhir initidak tercatat adanya gempa akibat dari segmen ini.
Akan tetapi dengan kembali aktifnya kembali gunung Sinabung ini, maka sangat bisa jadi perlepasan energinya ini dapat mempengaruhi keseimbangan dari pergerakan jalur Patahan Sumatera.
Selanjutnya ketidak seimbangan itu akan memicu adanya gempa yang cukup dahsyat dari segmen jalur patahan tersebut.
Bahkan beberapa waktu yang lalu, Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Penanganan Bencana dan Sosial, sempat menyampaikan adanya kemiripan letusan gunung Sinabung ini dengan letusan gunung Krakatau.
“Sesungguhnya Gunung Sinabung masih menyimpan potensi ledakan. Ada kemiripan situasi Gunung Sinabung sekarang dengan Gunung Krakatau sebelum meletus”, kata Andi Arief pada hari Minggu tanggal 29 Agustus 2010.
Akankah kemudian pelepasan energi dari gunung Sinabung ini nantinya akan sedahsyat letusan gunung Krakatua ?, atau hanya setara dengan letusan gunung Galunggung ?.
Seperti diketahui, gunung Krakatau pernah meletus dengan dahsyat pada tanggal 27 Agustus 1883.
Kekuatan letusannya yang diperkirakan mencapai lebih dari 30.000 kali kekuatan bom atom Nagasaki dan Hiroshima ini suaranya terdengar sampai lebih dari 350 km, dengan semburan abu setinggi 55.000 m.
Jangkauan sebaran abunya mencapai radius 5.330 km dari pusat ledakannya, bahkan mencapai langit diatas Norwegia hingga New York di Amerika Serikat.
Debu vulkanis yang menutupi atmosfer itu sempat menyebabkan dunia menjadi gelap selama dua setengah hari, dan sinar matahari bersinar redup selama setahun kemudian. Bahkan, letusan Krakatau yang dahsyat ini telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim global.
Akankah gunung Sinabung akan meletus sedahsyat itu nantinya ?. ataukah ada gunung lain yang berdekatan dengannya yang akan menyusul meletus ?.
Tentunya tak akan ada yang bisa memperkirakannya dengan persis.
Namun jika menilik hubungan sebab akibat yang bisa jadi letusan itu akan membangkitkan aktivitas gunung api lainnya yang ada disekitarnya, maka mungkinkah letusan Sinabung akan membangkitkan aktifnya kembali gunung-gunung api tua yang ada disekitarnya ?.
Sebagaimana diketahui, di propinsi Sumatera Utara ini ada gunung api yang tua, yang pada masa dahulunya pernah meletus dengan letusan yang berlipat kali lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan Krakatau.
Danau Toba yang ditengahnya terdapat pulau Samosir itu sesungguhnya merupakan kawah gunung api tua atau gunung api purba.
Di jajaran gunung api purba, letusan gunung Toba ini merupakan letusan super volcano (letusan gunung berapi super) yang paling baru.
Letusan gunung api Toba ini sedemikian dahsyatnya. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai setinggi 10 km dengan bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkannya sebanyak 2.800 km³.
Sebaran debu vulkaniknya menyebar ke separuh bumi, bahkan mencapai ke Kutub Utara.
Dampak dari letusannya mengakibatkan penurunan suhu dunia sampai sekitar 3,5 derajat Kelvin, dan menyebabkan iklim dunia menyerupai keadaan zaman es, sehingga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu.
Andaipun gunung Toba tak kembali meletus, hanya sekedar kembali bangun dari tidur panjangnya, maka itupun sudah tak terbayangkan kengeriannya.
Maka air bening di danau yang indah itu akan sontak berubah menjadi air panas magma yang menggelegak.
Jika itu yang terjadi maka kerugian material yang luar biasa yang akan diderita.
Jutaan populasi manusia yang mendiami di pulau Samosir dan di sekitar danau itu akan terpaksa mengungsi dari tempat tinggalnya yang sekarang ini. Fasilitas yang dibangun disekitarnya menjadi rusak, bahkan tak tertutup kemungkinan segala fasilitas yang berhubungan dengan bendungan Asahan pun akan menjadi tak berguna lagi.
Tentu tak ada yang mengharapkan demikian.
Namun jika Allah SWT, Dzat Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Berkuasa dan Maha Berkehendak telah menetapkannya, maka apa yang bisa dilakukan oleh manusia sebagai hamba-Nya selain pasrah atas segala kehendak dan ketentuan-Nya ?.
Wallahualambishshawab.
*
- Artikel dengan tema senada dapat dibaca di : After 2004 Musim Panen Bencana ? , Mentafakuri Fenomena Aneh di Seputar Gempa Minang , Meteor Jatuh di Teluk Bone .
- Artikel dengan tema lainnya dapat dibaca di : Juki & Poltak reinkarnasinya Harmoko , Besan SBY bukan Koruptor , Referendum Perpanjangan Masa Jabatan Presiden , Fakta Baru Ledakan Tabung Elpiji , SBY Kacung Amrik ? .
*