Sri Mulyani ditarik oleh Bank Dunia untuk menyelematkannya dari kejaran KPK ?.
Bisa jadi iya, karena sekalipun KPK menyatakan keyakinannya dengan mengatakan tak masalah asalkan masih di muka dunia, maka pemeriksaan akan tetap berjalan terus. Akan tetapi kenyataannya, toh KPK tak berkutik dalam kasus lainnya, terbukti tak berkutik dengan kepergian Nunun Nurbaeti yang pergi ke Singapura untuk berobat jalan saja.
Namun bisa jadi juga tidak, mengingat proteksi yang diberikan rezim pemerintah saat ini terhadap kasus ini luar biasa all out-nya. Terbukti dengan pemberian hak istimewa dalam kunjungan sowannya KPK ke gedung Kemenkeu. Bahkan dengan dalih soal tata tertib, maka berkas hasil investigasi Pansus pun tak pernah terkirimkan ke KPK.
Jadi, dalam konteks apa Sri Mulyani ditarik Bank Dunia di saat tekanan terhadapnya semakin hari semakin kuat itu ?.
Patut diduga, pihak Bank Dunia tak ingin ‘orangnya’ menjadi bagian dari sebuah rezim yang akan tumbang.
Istilah kasarnya, pihak Bank Dunia tak ingin Sri Mulyani yang merupakan anak kesayangannya itu masih menjadi menteri di sebuah pemerintahan yang mereka perkirakan akan segera roboh.
Jika rezim roboh di saat Sri Mulyani sudah tidak menjadi bagian daripadanya, maka catatan karier Sri Mulyani menjadi terhindar dari noda, dan di masa mendatang pihak Bank Dunia tidak kehilangan orang yang masih bisa berkiprah lagi di Indonesia bagi kepentingannya.
Lho, apakah rezim pemerintahan Presiden SBY akan segera lengser keprabon ?.
Bisa jadi iya, jika KPK dalam kasus Century ini segera bisa menemukan titik masuk yang tepat sehingga permasalahannya langsung mengarah ke jantung kekuasaan pemerintahan.
Namun bisa jadi juga tidak, jika KPK menemui jalan buntu untuk masuk ke titik permasalahannya yang sangat patut diduga akan mengarah ke jantung kekuasaan pemerintahan.
Lha, apa KPK sudah menemukan titik permasalahannya itu ?.
Bisa jadi iya, mengingat KPK sudah berani mulai menjamah Sri Mulyani dan Boediono, walau kelihatannya KPK masih malu-malu sehingga rela sowan kepada pihak yang terperiksanya.
Namun, bisa jadi juga tidak mengingat Bibit dan Chandra terlihat kikuk yang menyiratkan adanya trauma akan permasalahan yang pernah ditimpakan kepada mereka.
Kalau pun benar begitu, jika ternyata rezim pemerintahan Presiden SBY masih tetap kokoh, maka apakah pihak Bank Dunia tidak rugi kehilangan operator handalnya di jantung kekuasaan kebijakan ekonomi Indonesia ?.
Bisa jadi tidak rugi, karena kalau pun dugaan dan perkiraan Bank Dunia meleset, toh jika kasus Century sudah mereda maka Sri Mulyani nantinya masih dimasukkan lagi ke jantung kekuasaan pemerintahan yang bahkan mungkin dengan posisi jabatan dengan level yang lebih tinggi dan menentukan.
Dan lagian, dengan kepergian Sri Mulyani ini maka KPK akan menjadi kesulitan meneruskan pemeriksaan lebih mendalam lagi atas kasus Century ini, yang sangat bisa jadi permasalahannya bisa berkembang mengarah ke jantung kekuasaan pemerintahan.
Berarti, kepergian Sri Mulyani ini menguntungkan bagi karier Sri Mulyani di masa mendatang dan juga bagi Presiden SBY dong ?.
Bisa jadi begitu, menguntungkan bagi kedua-duanya. Mungkin jika dalam permainan sepakbola dapat disamakan dengan strategi save the keeper (menyelamtkan keadaan dengan memberikan bola kepada kiper) disaat tim lagi dalam posisi tertekan.
Jadi, ya mungkin bisa juga dikatakan bahwa pihak Bank Dunia itu dari dulu sampai sekarang itu memang masih tetap sayang kepada Sri Mulyani dan Presiden SBY.
Lalu, kenapa pihak Bank Dunia itu sayang sama Sri Mulyani dan Presiden SBY ?.
Bisa jadi karena dua tokoh pimpinan Indonesia itu maka kepentingan Bank Dunia di Indonesia menjadi terakomodasi dengan baik.
Wah, apakah itu berarti Sri Mulyani dan Presiden SBY adalah komprador dan anteknya Bank Dunia di Indonesia ?.
Sulit untuk mengatakannya iya, karena tidak berarti begitu. Jikapun kepentingannya Bank Dunia terakomodasi maka bukan berarti mereka itu adalah anteknya.
Ah, apa iya begitu ?.
Ya…..Wallahulambishshawab.
*
Catatan Kaki :
- Artikel bertema Sri Mulyani dapat dibaca di “Sri Mulyani Wapres 2014-2019” , dan “Menggagas duet Syafrie – Mulyani” , serta “Pilih Sri Mulyani atau Susno Duadji ?” .
- Artikel bertema lainnya dapat dibaca di “Sekolah Negeri tak Gratis, Swasta pun tetap Mahal” , dan “Indonesia Hamil Tua” , serta “Rakyat Tuyul dan Pemimpin Pencuri” .
*