Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah memaksakan (berusaha keras) mengadakan perjalanan kecuali pada tiga masjid : Masjidil Haram, Masjidku (Masjid Nabawi) dan Masjid Al-Aqsha”. (HR. Imam Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda, “Shalat di Masjid Al-Haram nilainya sama dengan seratus ribu kali, shalat di Masjidku (Masjid Nabawi) sebanyak seribu kali, sedangkan shalat di Baitul Maqdis sama dengan lima ratus kali shalat di tempat lainnya”. (HR. Imam Thabrani)
*
…Pada tanggal 2 Oktober 1187 Salahuddin dan tentaranya memasuki Yerusalem sebagai penakluk, dan selama 800 tahun berikutnya Yerusalem tetap menjadi kota Muslim. Salahuddin menepati janjinya, dan menaklukkan kota tersebut menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi. Dia tidak berdendam untuk membalas pembantaian tahun 1099, seperti yang Al-Qur’an anjurkan…
Demikian yang ditulis oleh Karen Armstrong untuk menggambarkan saat pembebasan kembali Yerusalem oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi pada pada tanggal 27 Rajab 573 H.
Hari yang tepat sama dengan tanggal dimana Rasulullah SAW diperjalankan oleh-Nya dalam isra’ dari Mekah (Masjidil Haram) ke Yerusalem (Masjidil Aqsa) untuk mi’raj ke Sidratul Muntaha.
Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang dilahirkan pada tahun 532 H/1137 M di Tirkit Irak, daerah yang sama dengan tempat kelahirannya Saddam Husein, begitu gagah dan keras serta gigih dan pantang menyerah di medan pertempuran.
Namun sontak berubah menjadi lemah lembut dan penuh belas kasih setelah musuh menyatakan takluk dan menyerah. Dan, kota Jerusalem pun oleh pihak musuh sudah dinyatakan terbuka, dalam arti tidak lagi dipertahankan secara militer.
Maka, di saat-saat pasukan Muslim mulai memasuki kota Jerusalem, ia sebagai panglima tertinggi pasukan Muslim memerintahkan kepada seluruh prajuritnya agar tidak menyentuh dan tidak membunuh seorang penduduk pun yang non-Muslim.
Suatu hal yang sangat kontras dengan kejadian tahun 1099, saat dimana bala tentara yang dikirim oleh Paus Urbanius II dalam ekspedisi militer untuk menaklukkan Jerusalem itu melakukan pembantaian terhadap para penduduk sipil yang berada di kota Jerusalem.
Suatu peristiwa yang digambarkan di catatan lembaran sejarah sebagai melebihi kebengisannya Jengis Khan dan Hulagu Khan saat menaklukkan Baghdad.
…No one has ever seen or heard of such a slaughter of pagans, for they were burned on pyres like pyramid, and no one save God alone knows how many there were…
Demikian yang dituliskan oleh David R. Blanks and Michael Frassetto dalam Western Views of Islam in Medieval and Early Modern Europe, untuk menggambarkan peristiwa penaklukan Jerusalem di tahun 1099.
Namun 88 tahun setelah peristiwa itu, pasukan Muslim yang dipimpin oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi tak melakukan hal yang sama.
Salahuddin atau ada juga yang menyebutnya Saladin, hanya memerintahkan kepada semua penduduk non-Muslim yang pernah menjadi tentara Perang Salib untuk meninggalkan Yerusalem, sedangkan yang bukan tetap diperbolehkannya untuk tinggal di kota Jerusalem.
Begitulah yang diperbuat oleh Salahuddin dalam usahanya mencoba mentauladani Khulafaur Rasyidin, Sayyidina Umar bin Al-Khattab ra, saat menerima kunci kota Jerusalem dari Kaisar Romawi pada tahun 15 H / 636 M.
Jerusalem atau Yerusalem atau biasa juga disebut dengan nama Al-Quds, kini sepenuhnya berada dibawah kontrol kekuasaannya Zionis Yahudi Israel.
Di masa sekarang ini, adakah diantara para pemimpin Muslim di seluruh penjuru buminya Allah SWT ini yang masih menyimpan keinginan dan mempunyai kemauan untuk berbuat sesuatu seperti halnya yang telah diperbuat oleh Sultan Salahudin Al-Ayyubi ?.
Rasulullah SAW bersabda “Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang kelaparan mengerumuni hidangan mereka”. Maka salah seorang sahabat bertanya,” Apakah karena jumlah kami yang sedikit pada hari itu ?”, Nabi SAW menjawab ”Bahkan, pada hari itu jumlah kamu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di lautan, dan Allah akan mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit al-wahn”. Seorang sahabat bertanya, “Apakah itu al-wahnu, ya Rasulullah ?”, Rasulullah SAW menjawab “Cinta dunia dan takut mati”. (HR. Imam Ahmad)
Ataukah, memang keadaan umat Islam pada umumnya di zaman ini sudah persis seperti yang telah diindikasikan dan diterangkan dalam hadits tersebut diatas ?.
Wallahualambishsawab.
*
Artikel terkait lainnya :
- ‘Apa Kabar pak Tifatul Sembiring ?’, klik di sini .
- ‘Miss Serambi Mekkah dalam Benturan antar Peradaban Dunia”, klik di sini .
- ‘Selamat datang Israel’, klik di sini .
- ‘Protocol Zionisme’, klik di sini .
- ‘Pameran Pedang Rasulullah SAW’, klik di sini .
- ‘Sastra dalam Syair Perang’, klik di sini .
- ‘Hikayat perang Sabil’, klik di sini .
*