Kota Delhi, India, termashur dengan arsitektur warisan dinasti Islam yang bernilai sejarah tinggi. Puluhan monumen yang terdiri dari masjid, istana, makam dan benteng peninggalan dari dinasti Mamluk sampai ke era Mughal masih dapat kita temui sampai saat ini. Tempat-tempat bersejarah dari peradaban masa silam itu telah memberikan kontribusi besar bagi turisme India, khususnya Delhi. Selain terkenal dengan Red Fort (Lal Qila), Jama Masjid, Humayun’s Tomb, Khan-I-Khanan Tomb, dan situs Hazrath Nizamuddin Dargah, Delhi juga menawarkan benteng Purana Qila, benteng Tuqhlaqabad, Fatehpuri Masjid, Siri Fort dan makam Firoz Shah di Hauz Khas, dan tentu saja Qutb Minar. Beberapa tempat tersebut sudah dilabeli World Heritage Site oleh UNESCO.
Baiklah, sekarang mari kita kabur sejenak dari padat dan hebohnya lorong-lorong bazaar Chandni Chowk di Old Delhi. Kita akan ke arah selatan kota untuk melihat kompleks bersejarah peninggalan Qutb-ud-din Aibak, Sultan Delhi pertama pendiri Ghulam Dinasti (Kesultanan Mamluk ), dengan menaranya yang tinggi menjulang, Qutb Minar.
Menara Qutb Minar terletak di dalam kompleks arkeologi besar di daerah Mehrauli, Delhi, berdampingan dengan Mehrauli Archeological Park. Daerah hijau tersebut dapat dijangkau dengan naik metro (line 2) rute Jahangirpuri - Huda City Center, hanya beberapa menit saja dari pusat kota.
Qutb Minar adalah sebuah menara kemenangan, tower megah, yang juga berfungsi sebagai menara masjid. Bangunanya dipengaruhi oleh ciri khas Afgan yang kemudian digolongkan ke dalam arsitektur Indo-Islam. Sultan Qutubuddin memulai pembangunanya pertama kali tahun 1192, setelah mengalahkan kerajaan Hindu terakhir di Delhi. Sultan Qutubuddin adalah raja berdarah Turki dari Asia Tengah yang memerintah wilayah India barat laut dengan Delhi sebagai pusat pemerintahanya. Dia menjadi raja hanya selama empat tahun saja (1206 sampai 1210). Raja Qutubuddin meninggal ketika bermain olahraga sejenis polo di kota Lahore, dan dimakamkan disana. Pembangunanya diselesaikan oleh Shamsuddin Iltutmish, pemegang tahta ketiga dari Mamluk Dinasti, yang juga menantu dari Qutubuddin.
Di dalam kompleks yang dominan berwarna merah itu juga terdapat bangunan bersejarah lainya, seperti masjid Quwwatul-Islam, Alai Gate, Alai Minar, Madrasa, dan Iron pillar. Selain itu juga terdapat makam Iltutmish, makam Alauddin Khilji and makam Imam Zamin. Dikatakan juga bahwa material yang dipakai membangun masjid dan beberapa bangunan di area Qutb Minar menggunakan puing-puing dari reruntuhan kuil Hindu dan kuil Jain yang dipoles ulang.
Sampai saat ini Qutb Minar masih dianggap sebagai satu bagian penting dari menara kemenangan dunia Islam. Qutb Minar dinobatkan sebagai menara dengan material batu merah tertinggi di dunia. Menjulang setinggi hampir 73 meter, dengan diameter dasar 15 meter dan diameter puncak 2,5 meter membuat menara terlihat kokoh dan tegar. Menara berlantai lima ini mempunyai balkon sebagai penanda tiap lantai. Tiga lantai pertama dibangun dari bahan batu pasir merah, sementara lantai ke empat dan ke lima gabungan dari batu pasir dan juga marmer. Sultan Qutubuddin hanya menyelesaikan pembangunan lantai pertama karena keburu wafat, penerusnya lalu melanjutkan pembangunan lantai berikutnya. Beberapa kali menara merah ini terkena imbas bencana alam, tahun 1326 tersambar petir, dan tahun 1368 sultan Delhi dari Dinasti Tughlaq, Firoz Shah, melakukan perbaikan bagian atas dan menambahkan kubah. Tahun 1803 gempa bumi meruntuhkan kubah, lalu diganti dengan kubah baru pada 1829, tapi kemudian kubahnya dibongkar lagi.
Qutb Minar adalah sebuah masterpiece dalam perjalanan arsitektur Islam. Lalu apa yang membuat Qutb Minar istimewa? Tak lain adalah karena desain yang unik dan brilian. Garis simetris, akurasi titik sudut, dan komposisi berimbang menjadi perhitungan penting dalam pembangunanya. Menara yang menjulang tinggi dibuat menyerupai susunan seruling yang diikat tegak . Di bagian tingkat pertama menara, dinding batunya disusun berselang-seling antara bentuk sudut dan bentuk bulat. Di tingkat ke dua hanya susunan bentuk bulat. Lalu di tingkat ke tiga hanya dibuat susunan sudut saja. Balkon penanda tiap lantainya juga dipahat begitu detail dengan ornamen-ornamen. Tepat di bagian bawah balkon juga ditancapkan ukiran batu yang menggantung seolah seperti stalaktit (muqarnas). Dan yang pasti tak ketinggalan adalah kaligraphi bergaya Kufic. Pahatan tulisan Arab dari ayat suci Alquran itu dibuat menyerupai secarik kain yang melingkar mengikuti kontur sudut dan bulat permukaan batu di dinding menara, menjadikan menara batu merah itu kadang terlihat seperti batang-batang bambu yang diikat tali.
Selain berfungsi sebagai menara tempat muazin mengumandangkan azan, Qutub Minar dahulunya juga menjadi menara pengawas untuk memantau musuh di waktu perang. Di dalam menara terdapat 379 anak tangga untuk mencapai puncak teratas. Tapi semenjak kecelakaan yang menimpa rombongan darmawisata sekolah tahun 1981, akses ke dalam menara sudah tidak diperbolehkan. Sekeliling menara sudah dipagari besi, pengunjung bahkan tidak bisa menyentuh dindingnya lagi. Tercatat 3,9 juta pengunjung tiap tahun mendatangi monumen ini.