Melukis, rasanya tahun 2007 lalu keinginanku sangat menggebu. Namu sekarang, menginjak Museum Affandi saja belum pernah. Hanya beberapa kali aku pernah ke Taman Budaya untuk melihat pameran lukisan. Ku evaluasi bahwa usahaku di bidang melukis ini sangat minim. Kanvas yang kubeli tahun 2008 masih putih bersih tanpa goresan cat. Cita-citaku di bidang ini relatif menurun terus secara kontinyu, namun dia belum mati.
MAPALA, cita-cita ini muncul setelah aku bergabung dan bersama kawan-kawan mendirikan KAPPA Assalammuda, yang sekarang berganti nama menjadi Pecinta Alam nusantara (PELANA). Aku pernah berusaha mengikuti pengkaderan di MAPALA UPN. Aku mengikuti DIKSAR MAPALA UPN tahun 2007 namun tidak sampai selesai (seharusnya 10 hari, aku hanya ikut 3 hari) dan gagal. Cita-cita ku disini tetap terpendam sampai sekarang. Aku yakin dia begitu kuat. Namun dia tertahan oleh keadaan. Dia datang secara periodik, terutama jika aku melihat kawan-kawan seperjuanganku waktu DIKSAR dulu. Aku merasa sakit jika mengingat kegagalan itu. Aku pernah bangkit dan mendaftar lagi, namun tidak kujalani karena keadaan memaksaku meninggalkannya. Kini dia kembali membesar, dan aku harus bagaimana? sementara orientasi pemikiranku tidak kearah itu lagi. Hanya hati kecil yang begitu menginginkan aku untuk kembali.
Menulis, ini adalah keinginanku sejak SMP. Aku ingin menjadi penulis dan memiliki beberapa karya yang diterbitkan. Aku terisnspirasi oleh banyak hal dan aku membaca banyak buku. Namun hingga sekarang belum ada karyaku yang membuatku puas, setidaknya untuk sementara. kendalaku di bidang ini adalah takut untuk memulai (mengirim ke penerbit) dan malas menjalani proses. Beberapa kali keberanianku muncul dengan kuat, tetapi proses yang lama membuatku lesu kembali. ketika keberanian itu surut aku menjadi gelisah dan bersusah diri.
Aku harus bagaimana dengan semua cita-cita dan keinginan hati ini?