Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Mencintai Proses daripada Hasil,,

27 Mei 2011   09:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:09 640 1
Love to listen air supply's song lately. Entah karena berbahagia menemui hidup yang baru, entah karena lepas dari satu hal besar, entahlah. Tapi cukuplah bermacam macam hal menari nari di kepala. Bahwa semuanya aq yang merasakan, cukup aq saja yang bercerita pada Tuhan (tuih) Hidup itu proses, sering kita dengar kalimat itu. Kalo mau sedikit berpikir emang iya, untuk apa setiap hari bangkit dari tempat tidur, ini itu rutinitas pagi, berangkat meninggalkan rumah menuju tempat belajar, kerja, kebarat, rumah sakit, or anything else. Setiap hari bertemu manusia lain di luar diri kita, ini itu. Untuk apa? Yah, gitulah proses hidup. Proses cari uang demi pemenuhan kebutuhan sehari hari, apakah itu primer atau sekunder. Whatever. Semuanya tentang proses. Proses menuju kedewasaan, proses menuju financial freedom, proses menemukan pasangan sehidup sejiwa, proses menuju kematangan perasaan, proses menuju alam akhirat demi surga indah yang dijanjikan Tuhan (bagi yang percaya), aq bagian yang mempercayai itu walaupun malas memikirkannya heuheu Yes, that's about proses. Proses menemukan pasangan jiwa, orang yang ditemui itu2 saja setiap hari, orang asing yang akan menjadi belahan jiwa, tempat berbagi senang dan tawa, orang pertama yang dicari ketika ingin menangis, orang yang menghabiskan sisa umur bersama. Do you believe in it? Entahlah, aq 'ikut2' percaya karena aq berada pada keluarga dan lingkungan yang memiliki pasangan berlain jenis, yang memberi sebuah doktrin begitu. Yes, that's about process. We never know what the future brings, what tomorrow carries on. Begitulah, ketika kau melakukan yang terbaik jauh dulu sampai hingga kini demi sebuah hasil yang terbaik pula, itu tidak memberti jaminan bahwa kau akan memanen hasil terbaik, karena itu tadi, itu sebuah proses. Mau memasak gulai ikan dengan telah memaksimalkan persiapan bahan2 tapi hasilnya justru menjadi kolak ikan, ya gapapa, kan hasilnya manis juga. Trus menjadi asam pedas ikan, juga gapapa, kan rasanya segar. Tapi aq pecaya hasilnya (pasti) tidak akan mejadi goreng ikan. Hasilnya mirip2 gulai, no problemo, mungkin ketika berproses ada hal diluar gudaan apakah gulanya kebanyakan, atau asam jawanya tercampur banyak, dan hasilnya tidak seperti yang diinginkan yaitu gulai ikan. Lebih kurang gitu juga dalam hidup, ketika kita berurusan dengan banyak orang; yang berbeda dari isi kepala, latar belakang keluarga, pendidikan, orientasi masa depan, de el el. Sebuah 'apologize' alias sesuatu yang bisa dimaafkan ketika hasilny berbeda dari yang diharapkan. Berhentilah sejenak, buka mata, buka hati, lihatlah alam, sadari bahwa memang penentu 'keputusan' hidup ini bukan kita, ada 'invincible hand' yang mengatur. Just believe in Allah that everything will be okay, nothing to worry about. Percayalah, kalo prosesnya baik, hasilnya juga baik kalopun musti seperti kisah gulai ikan di atas, ga masalah. Last but not least, take a deep breath, look around you. Betapa beruntungnya saia dengan segala kenikmatan yang dititipkan Tuhan, keluarga lengkap, kerja mapan, fisik sehat, bersyukurlah. Yakini saja bahwa sebuah luka akan membuat aq makin bijaksana dan hidup lebih berkah, khidmad. Keep fighting, jangan sombong dan menepuk dada. As we know, there's quotation; Di bawah neraka masi ada neraka, di atas langit masi ada langit. Repost: My facebook note Picture: google [caption id="attachment_110654" align="alignright" width="800" caption="such a nice place to escape :)"][/caption]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun