Beruntung Ia memiliki keahlian yang dapat dipakai untuk menyambung hidupnya, satu satunya peninggalan suami terdahulunya yang memang sangat Ia cintai. Dari itulah Ia membuka salon di tempat tinggalnya. Awalnya hanya salon saja yang Ia jalankan, belakangan Ia juga menjual beberapa minuman dan makanan yang dapat dibuatnya untuk menghasilkan uang tambahan bagi kelangsungan hidup keluarga barunya. Tak hanya berhenti disana, Ia pun menyabet laundry serta berjualan beberapa kebutuhan pokok manusia. Apapun dilakukannya untuk keluarga namun sayangnya tidak ada yang membantunya berjuang. Ia hanya sendirian menjalani itu semua. Ia juga tak pernah berhenti melakukan tugas tugasnya sebagai seorang ibu dan seorang istri, sekali lagi semua itu Ia lakukan seorang diri tanpa ada yang membantu meringankan pekerjaannya.
Dari segala usahanya Ia memiliki sebuah motor dan beberapa alat elektronik lainnya yang memang dari hasil keringatnya sendiri. Ia memelihara ikan hias yang diletakkannya di aquarium dan kucing liar yang sering datang ke tempat tinggalnya sebagai hewan peliharaan dan sahabat sejatinya untuk berbagi segala uneg uneg selain kepada Tuhannya. Setiap pagi sebelum Ia memulai aktivitas, Ia selalu berdoa kepada Tuhan memohon berkat dan kembali lagi pada malam hari sesudah Ia melakukan semua aktivitasnya untuk berterimakasih.
Ia tak pernah berhenti melakukan segala aktivitasnya setiap hari kecuali memang Ia jatuh sakit yang tak memungkinkan tubuhnya kuat melakukan semua itu. Ia tak pernah bisa mengeluhkan uneg uneg kepada orang rumahnya, jika Ia melakukan itu yang ada hanya pertengkaran yang berujung dengan kekerasan dan menimbulkan hatinya terluka. Terkadang Ia menyesali semua ini sebagai salah satu kegagalan dalam hidupnya namun Ia tidak bisa berbuat apa apa karena memang dulu ibunya yang meminta sepeninggal suami tercintanya dengan pertimbangan masih muda umur untuk menjalani hidup sendirian tanpa pendamping hidup.
Suatu saat teringat olehnya ketika masih menjalani rumah tangga dengan suami pertama, hidupnya jauh berbeda 180 derajat dengan yang sekarang Ia jalani. Tak pernah Ia melakukan apa apa, yang ada hanya mempercantik diri untuk suami saja apalagi terbesit apa yang Ia lakukan sekarang pun tak pernah. Hidupnya begitu keras hingga membuat peperangan bathin tersendiri.
Beruntung Ia memiliki jiwa yang dikuatkan oleh Tuhannya sehingga dapat menjalani hidupnya masih dengan tegar dan tangguhnya. Satu satunya tempat pelarian, tempat curhat dan tempat mengadunya yang dapat memberikan Ia ketenangan adalah Tuhannya. Namun Ia memiliki mimpi untuk anak anaknya kelak agar mereka dapat hidup dalam naunganNya karna Ia tidak dapat memberikan apa apa sebagai pegangan masa depan, sebuah mimpi yang cukup sederhana dan masuk akal.
Ketika stress melanda, terkadang Ia mengeluarkan kata kata yang tak enak didengar yang tersirat bahwa Ia sudah bosan dan muak menjadi orang yang tidak berkelimpahan harta seperti yang dulu pernah Ia alami. Ia mengeluh, menceracau tiada henti ketika mulai merasa tak sanggup menahannya. Namun dibalik itu semua Ia tetaplah seorang manusia biasa yang berusaha tabah, tegar dan menjadi wanita yang tangguh di hadapan semua orang dan keluarganya. Bagaimanapun juga keadaan yang Ia rasakan dan jalani saat ini, Ia tetap membela dan memberikan yang terbaik bagi keluarganya meski tak pernah Ia dapatkan balasan yang sepadan.
Aku hanya dapat berdoa semoga semua yang kau lakukan membuahkan hasil yang baik dikemudian hari yang dapat membuat kau bangga akan anak anak dari suami terdahulumu karna bagaimanapun juga mereka tahu apa yang kau rasakan dan ingin menyenangkan mu ketika tiba saatnya nanti. Aku hanya dapat berdoa untuk kesehatan dan Tuhan selalu menyertai mu karna sekarang aku hanya bisa sebagai pendengar setia saja. Dirimu salah satu wanita tertangguh yang pernah ku kenal hingga saat ini, biarlah ini menjadi cerita yang indah membingkai hidup mu ketika suatu saat nanti kau dapat menikmati kembali kebahagiaan mu yang sempat hilang.
By :Margaretta Lie