Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Dengar, Dengarkan, Jangan Hanya Bicara!

3 Desember 2009   01:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:06 676 0
[caption id="attachment_32610" align="alignleft" width="300" caption="Listen more!"][/caption] "Pesan bebek goreng, tempe, gado-gado dan minum-nya teh botol ya mas, ga pakai lamaa :) !" Setelah kurang lebih seperempat jam, yang tersajikan di atas meja malah ayam goreng, nasi, dan es jeruk??. Duuhhh rasanya mau meledak! Udah nunggu lama, kepanasan, laper banget -habis rapat maraton-, eh salah order lagi...Gimana sihhh!!?!..Untungnya, sebelum pecah ni kepala, sempet ngeliat sekitar...Siang itu, warung memang penuh sesak dan si-mas dengan tampang melasnya seperti habis keluar sauna..Tarik nafas dalam-dalam...fiuuhhh.....ya sudah dinikmati saja..mungkin kalo makan bebek bisa sakit perut...:p Pernah kah anda di situasi seperti ini?.. **** Dalam rentang pengalaman kerja yang tidak terlalu lama, sudah lima kali saja saya mengalami pergantian atasan...dari yang paling uenak sampai yang saban hari-nya ingin kutembangkan lirik-nya Gita Gutawa " Pergi kau ke ujung dunia..dehidrasi di gunung sahara!!" ;p.. Bos saya yang paling bikin sengsara itu adalah penganut NATO ("No Action Talk Only")..hasilnya, teamwork jadi kacau dan bla bla bla..banyak drama disana. Sangat berlawanan dengan yang paling saya kagumi. Kebetulan saya berkecimpung di dunia penuh negosiasi. Suatu waktu kami harus bertemu pihak luar dengan tujuan kerjasama yang "win-win solution". Saya; yang baru kinyis-kinyis lulus kuliah, masih udik, buta sekaligus idealis..deg-deg-an juga..waduh, bisa ga ya?..karena diawal-awal komunikasi sebelumnya (e-mail, telepon), pihak ini lumayan tough. "Mas...gimana udah siap untuk meeting nanti?" "Meeting yang mana?" - [orangnya memang pelupa] "Yang itu, dengan perusahaan A..kan targetnya harga harus turun sekian.." "Oh yang itu..." - [saya semakin terheran-heran, bos ini kok tenang banget sih..] Saat rapat, atasan saya ini jarang berbicara di-awalnya...dibiarkannya pihak luar ini ngomong dulu, tentang produknya begini lah, begitu lah...Kemudian beliau mulai bertanya...diam lagi dan berbicara seperlunya...sampai diakhirnya saya terheran-heran ketika tamu kami itu menyetujui usulan-usulan-nya..Lo lo lo..bagaimana bisa begitu..? padahal di awal pertemuan, tampang mereka itu sudah siap tempur lo, ndak mau ngalah!.. Hmmm... Sekian lama setelahnya dan terjun sendiri di-dalamnya, saya menyadari apa sih yang menyebabkan mereka menjadi bos yang hebat dan bukan..ternyata bukan sekedar karena ahli di bidangnya, pintar ngomong atau memiliki pengetahuan luas...tetapi; kualitas mendengarkan-nya yang wahid. Yak, seni yang banyak orang tidak memilikinya.. Ketika anda mengalami situasi seperti di awal tulisan saya...Anda pasti kesal kan? sudah ngomong susah payah, kok ndak didengarkan benar-benar...rasanya seperti tidak dihargai, dianggap angin lalu..Film yang baru saya tonton " The Taking of Pelham 123" juga sedikit mengangkat bagaimana seni mendengarkan itu sangat penting..sama halnya seperti film "The Negotiator".. Atau gampang-gampangnya..kenapa ada beberapa orang yang selalu jadi tempat curhat ketimbang yang lain? karena mereka ini pendengar yang baik...tidak hanya mendengar dengan telinga..tetapi menyeluruh; dengan empati - mata dan hati.

Mendengarkan yang seperti itu tidak gampang...butuh ketrampilan dan latihan terus-menerus,sebagaimanaberbicara. Karena mendengarkan adalah cerminan pribadi seseorang, sebagaimana diungkapkan oleh David J. Schwartz:

“… semakin besar orang yang bersangkutan, semakin cenderung ia mendorong anda untuk berbicara, semakin kecil orang yang bersangkutan semakin cenderung ia mengkhotbahi anda..”.

Kebanyakan pemimpin yang baik didalam semua bidang kehidupan menghabiskan jauh lebih banyak waktu meminta nasehat dan meminta pendapat bawahannya daripada banyak berbicara. Sedang buat saya sendiri, belajar mendengar tidak hanya dari bincang orang saja, tapi juga dari yang sederhana seperti mendengar diri sendiri; kalau lelah misalnya berusaha untuk segera tidur...lalu; mencoba lebih banyak diam dan mendengar alam sekitar..seperti gemerisik daun, jatuhnya air hujan atau suara ombak di kejauhan. Mudah-mudahan bisa sedikit menajamkan kepekaan dan rasa syukur yang kadang menumpul.

Dengar, dengarkan, jangan hanya bicara!..kalau tidak, mengapa yang Maha Pencipta memberikan dua telinga dengan satu mulut, bukan kebalikan-nya ? :)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun