Untuk Bapak, yang saya hormati. Tak etis rasanya bila membicarakan pak Harto di saat kasus Mei 1998 masih diungkit karena salah satu jenderal -yaitu bapak sendiri- yang diduga teribat menurut Komnas HAM kini menjadi calon presiden Republik Indonesia. Tak elok rasanya bila bapak Pembangunan dijadikan alat untuk menarik simpati dari masyarakat yang diam-diam kagum kepadanya. Tak etis dan tak elok, bukan berarti salah. Karena kampanye berdasarkan peraturannya memiliki sifat yang baik dan buruk
Kekaguman Bapak, atas apa yang dilakukan oleh pak Harto di masa lalu adalah kekaguman yang juga diam-diam timbul di tengah masyarakat saat ini. Namun apalah arti itu semua bila nyatanya pak Harto tak pernah menginginkan pembela untuk membenarkan apa yang ia lakukan. Adalah benar bila bapak, sebagai anak bangsa bisa saja mengagumi sosok Pak Harto, kalau pun bukan sosok pak Harto secara utuh, pasti ada sesuatu yang bisa dicontoh darinya,dan dijadikan pedoman. Karena bukankah memang dalam hidup tak selamanya yang jahat itu tak ada baiknya, dan yang baik tak ada jahatnya. Tapi Pak, semua ini adalah masalah waktu.