Curiga, menjadi satu kata yang tak pernah enak didengar. Bagi saya, ia selalu terletak pada konteks yang buruk. Curiga paru-paru saya sudah menghitam bahkan hancur lebur karena merokok 12 batang sehari, curiga besok saya akan mati dibunuh oleh oknum tentara, atau curiga besok akan ada invasi dadakan dari Amerika Serikat ke Indonesia. Curiga selalu menjadi sesuatu yang tidak mengenakan. Curiga bisa datang dari sesuatu yang ganjil. Curiga bertempat pada celah kebiasaan yang ditinggalkan. Bila seseorang yang tidak pernah tegur sapa dengan kita tapi suatu pagi di saat orang tersebut melempar senyum kepada kita, bukan tidak mustahil kita akan curiga. Ada apa?