[caption id="attachment_103571" align="alignnone" width="595" caption="Suara tembakan membangunku dari tidurku (Ilustrasi : www.3bia.com)"][/caption] Kaget. Itulah yang pertama kali kurasakan saat jam 1 dinihari tadi, tiba-tiba beberapa kali terdengar "dor dor dor". Terbangun, aku berusaha berfikiran positif, "ah, mungkin bocah Mesir yang sedang main petasan". Tapi, kok terus-terusan. Dan suara riyuh mulai bersahutan. Aku membiarkan telingaku menikmati obrolan orang-orang Mesir yang mulai ramai berkumpul di luar apartemen. Tidak biasanya. Jam 12 malam normalnya sudah sepi, hanya banyak suara-suara anjing yang bernyanyi merdu yang menggantikan suara ayam kokok jika di Indonesia. Aku terus mengabaikan saja dan mulai ngutek-ngutek hp dan melihat apakah ada pesan masuk, telpon dan mengecek email. Aku juga mulai membalas beberapa email kerja yang masuk dari blackberryku, ada beberapa rekan di Indonesia yang menanyakan beberapa produk Mesir yang bisa dikirim ke Indonesia. Teman beda kamar menghampiriku dan bertanya, "dengar suara tembakan gak tadi itu?". "iya", jawabku. "kirain itu tadi suara mercon", lanjutku sambil ketawa. Ternyata emang benar. Mesir masih belum sepenuhnya stabil. Banyak golongan masyarakat yang keluar dari rumah dan membawa senjata tajam hingga pistol. Suara-suara tembakan tadi berawal dari percekcokan mulut antara orang Mesir dan mereka saling kejar-kejaran. Aku tidak tahu detail apa yang terjadi dan hanya mendengar suara itu dari dalam kamar di apartemen. Suara itu tepat di luar tembok kamar yang kudiami. Flat apartemen tempat kami tinggal berada di lantai dasar dari lima lantai, sehingga setiap ada kejadian di luar, pasti langsung mengetahui. Beberapa hari ini aku mencoba mengamati kecil-kecilan ketika berangkat dan pulang dari kuliah di Al-Azhar. Ada beberapa hal yang berubah dari sebelum Mesir revolusi dan sesudah revolusi. Satu hal saja tentang penjagaan di sektor-sektor yang dianggap penting. Banyak posko di kota Cairo yang dulunya dijaga oleh polisi, dioper alih oleh militer. Penjara Asyir Ramadhan yang berada tepat di depan kampus Al-Azhar putri, sebelum revolusi selalu dipenuhi oleh para polisi dengan senjata laras panjang. Namun, hari-hari ini, setiap aku pulang kuliah, di posko penjagaan tidak ada polisi sama sekali. Ruangan itu kosong. Bahkan di pintu gerbang masuk hanya dijaga oleh dua tentara yang sambil ngobrol bersama temannya. Mereka terlihat santai. Aku tidak menyangka ternyata malam ini masih ada suara tembakan tepat di dekat apartemen tempatku tinggal, padahal beberapa hari ini, aku pulang malam dan tidak ada rasa takut sama sekali. Setelah adanya insiden tadi, fikiranku mulai berubah dan akan lebih hati-hati pastinya. Dua malam yang lalu, aku pulang sekitar jam 11 malam dan melewati belakang bait malaysia, tempat apartemen milik negara bagian-negara bagian Malaysia dan alhamdulillah aman tidak terjadi apa-apa. Padahal, dulu sebelum adanya revolusi, di tempat ini banyak terjadi tindak kejahatan. Korbannya bukan hanya satu saja. Kebanyakan pelakunya adalah orang berkulit hitam. Aku sendiri dulu juga pernah hampir kena tindak kejahatan. Ketika pulang kursus bahasa arab sendirian dan berjalan santai melewati Suq sayyarat, lapangan luas pusat penjualan mobil-mobil bekas terbesar di Cairo, tiba-tiba ada sekitar lima pemuda mengikutiku. Awalnya aku menganggap mereka hanya jalan biasa dan jalan bareng saja. Namun tiba-tiba, dua orang mengapit tepat di kanan dan kiriku, dua orang di belakang mulai menodongkan pisau tepat di pinggangku dan satu orang menghentikan langkahku. Aku berusaha tenang dan menanyai mereka dengan sedikit berteriak, "aiz ehhh?", "mau apa?". Suara agak aku tinggikan. Tujuanku satu, di pojok sana ada beberapa pemuda yang sedang nongkrong, aku berharap mereka mendengar suaraku dan mendekat untuk menolongku. Walaupun mereka mengapitku dan terus menodong, sambil bilang, "fein telfon, fein telfon!", "mana hpmu, mana hpmu!", aku terus menjawab, "la..la..", "gak, gak", suaraku semakin tinggi. Dan alhamdulillah, tiba-tiba segerombolan pemuda di pojok sana tadi berlari menghampiriku. Lima orang yang menodongku lari dan emang cemen sekali, gitu aja udah takut. :) Itu pengalamanku ditodong oleh para pemuda Mesir sebelum revolusi terjadi. Itulah Mesir. Banyak cerita. Mulai dari hal-hal politik yang terus terang aku malas untuk membahasnya, hingga cerita ringan yang aku suka menceritakannya. Biarlah yang ahli yang bicara. Aku belajar dari para doktor di universitas Al-Azhar. Banyak dari temanku di kampus bilang. Para Doktor di Al-Azhar itu kalo ngomong ya sesuai bidangnya, kalo ditanya sesuatu yang tidak sesuai bidangnya, mereka gak mau jawab, karena ada tanggung jawab besar yang mereka pikul. Nanya ilmu qonun ke Doktor tafsir adalah salah alamat dan mereka pasti diam, begitu juga sebaliknya. Makanya aku salut dengan mereka. Obrolanku ngelantur hingga ke Al-Azhar. hehe. Padahal tema yang ingin kutulis adalah tentang suara tembakan pistol yang baru saja terjadi beberapa jam lalu di dekat aparteman tempatku tinggal di Toubromly. Aku hanya berharap, semoga kejadian serupa tidak terjadi lagi. Tadi, ketika para tetangga mulai keluar dari rumah mereka dan terjadi dialog negosiasi, akhirnya mereka bubar dan masalah selesai. Itulah tabiat orang Mesir. Mereka itu memang mudah sekali marah, tapi redanya juga mudah. Mereka bukan tipe pendendam. Setelah masalah selesai, mereka bisa berbaikan lagi dan santai bareng. Namun, emosi mereka juga mudah sekali naik darah kalo sudah tersinggung, maklum bagian dari mereka juga keturunannya mbah fir'aun. hehe. Sampai di sini dulu catatan ringan kali ini, semoga bisa memberikan sedikit inspirasi. Mesir memang sudah aman dan mulai stabil, namun kasus-kasus seperti tembakan pistol seperti tadi itu masih saja terjadi. Mohon doanya semoga kami para masyarakat Indonesia di Mesir selalu diberi keselamatan. Salam Kompasiana Bisyri Ichwan
KEMBALI KE ARTIKEL