[caption id="attachment_104340" align="alignnone" width="688" caption="Halaman tengah masjid Al-Azhar, Cairo yang sering buat foto (Foto : Bisyri)"][/caption] Tentang Al-Azhar lagi. Saya katakan sekali lagi, saat ini saya memang sedang rindu berat dengan al-Azhar. Dengan masjidnya. Catatan ringan ini bercerita tentang perjalanan saya tadi pagi dari Toubromly, Nasr City menuju masjid Al-Azhar syarif di Darrasa, berhadapan langsung dengan masjid sayyidina Husein. Jadi kalo Istiqlal di Jakarta, di depan masjid ada gereja, di al-Azhar beda, di depan masjid ada masjid dan semuanya ramai. Sekitar jam 10 pagi, saya persiapan mandi sebagai salah satu ajaran nabi sebelum menunaikan shalat jum'at. Udara di Cairo seperti masih masuk musim dingin, walaupun saat ini seharunya sudah musim panas, tapi ya seperti inilah, gak di Indonesia, gak di Cairo, cuaca sudah sulit diprediksi, untungnya sini jarang hujan, Mesir sangat tidak siap dengan hujan, berapa menit saja hujan, pasti banjir. Bersyukur sekali, alhamdulillah. Saya termasuk orang yang sangat jarang sarapan. Usai mandi dan menunaikan shalat dhuha 8 rakaat, biasa, lelaki yang masih bujang, ambil pakaian tanpa setrika lansung pakai, pakai jaket, tas berisi beberapa buku dan mushaf al-qur'an, beberapa lembar uang di dompet, saya langsung keluar rumah dan menuju mahattah bus 926 yang jurusan asrama madinat buuts al-islamiyyah. Alhamdulillah lagi, baru beberapa detik masuk bus, bus langsung berangkat. Karena di sini, terlambat beberapa detik saja, nunggu busnya lama sekali. Gak seperti di Indonesia yang kendaraaan umumnya di Jakarta sampek rebutan penumpang. Di dalam bus, saya lebih banyak membaca beberapa email masuk di milis [pengusaha-muslim], disamping untuk menambah wawasan, juga belajar menajamkan intuisi bisnis yang saya punya. Emang enak sekali kumpul dengan orang bisnis. Mereka rata-rata open mind. Di tengah perjalanan, seperti biasa, pasti ada ibu bercadar dengan pakaian kumuh memasuki bus dan mulai membagikan permen. Jangan dikira itu pemberian permen secara cuma-cuma, dia adalah ibu-ibu yang menurut saya lumayan kreatif. Ini adalah salah satu cara untuk mengemis. Dia akan membagikan permen ke setiap penumpang yang ada di dalam bus dan akan ditarik kembali permen itu sambil minta uang. Udah permennya diminta lagi, minta uang pula. hehe. Saya sedekah 1 pound. Di kuburan terluas di Cairo dan tertua benama Duwai'a, saya turun. Sebenarnya saya bisa turun di Buus, asramanya teman-teman mahasiswa Al-Azhar, tetapi pada hari jum'at baisanya jarang ada kendaraan yang menuju kampus dan masjid al-azhar. Di Duwai'a sangat banyak sekali taksi eceran yang mau mengantar ke kawasan azhar. "Azhar?", saya bertanya ke salah satu sopir taksi. "la..nafaq azhar", "gak..jalan bawah tanah azhar". "Mesyi, abla nafaq", "Oke..turun sebelum nafaq". Saya masuk bersama beberapa orang Mesir. Maklum ini emang taksi eceran, jadi walaupun bentuknya taksi, tetap harus bareng-bareng. Satu orang membayar 1,1/4 pound, harga yang terjangkau. Di dalam taksi saya diam dan mendengarkan obrolan orang Mesir yang ada di dalam, entah apa yang diobrolkan saya tidak begitu peduli. Tiba-tiba mobil sudah hampir masuk ke jalan bawah tanah azhar dan anehnya si sopir tidak mengerem sama sekali. Waduh!, dengan sigap saya ngomong, "aiwah, 'ala gamba ya 'am", "yaaa, turun sini!". Mobil berhenti tepat di mulut jalan bawah tanah. Ini kawasan berbahaya karena termasuk jalur cepat dan hanya bisa dipakai dua ruas jalur. Kalo mobil belakang gak tau, bisa-bisa terjadi tabrakan beruntun. Namun beruntung, jalan belakang kosong. Mobil berhenti, saya buka pintu dan langsung keluar tanpa banyak cakap. Keluar ke jalan menuju jalan al-azhar, ada seorang polisi tiba-tiba menyapa saya, "arabia waif wa la eh?", "mobilmu mogok ya?". "la..ana ma'a taks", "gak kok, saya makek taksi". Okee, jawabnya. Dia terlihat heran, kok ada penumpang kendaraan yang turun di jalur cepat di pintu jalan bawah tanah. Tapi saya cuekin saja. Setelah nyeberang ke jalan berikutnya, ada seorang nenek tua duduk, dia pengemis, saya keluarkan 1 pound untuk diberikan kepadanya. Mumpung hari jum'at, saya ingin memperbanyak sedekah. Semakin besar umpan pancingnya, maka semakin besar hasil yang didapat, teori sederhananya seperti itu. Tentu harapannya hanya kepada Allah dan ingin mendapat ridlo-Nya. Tepat dekat gerbang al-azhar, ada bapak tua, saya merasa kasihan sekali melihat beliau. Di kantong saku saya ada uang 50 pound, saya ambil dan langsung saya berikan kepada beliau. Doa keluar dari bibirnya, "Robbuna yastur..Robbuna yastur". Saya menjawabnya dengan Amin, amin. amin. Saya langsung masuk masjid, menunaikan beberapa rakaat shalat tahiyyat masjid dan shalat hajat. Setelah itu bergabung bersama beberapa jama'ah yang sedang khusyu' mendengarkan lantunan ayat suci al-qur'an. Kalo hari jum'at seperti ini, masjid selalu penuh dari depan sampai belakang dan stasiun tv Mesir pasti meliputnya secara live. Kamera shooting ada di mana-mana. Ada yang cuma meliput menara masjid al-azhar, ada yang meliput para jama'ah dan ada yang bagian meliput khusus untuk sang pembaca al-qur'an. Ada satu hal yang menarik perhatian saya di sini. Sang Qori' yang membaca al-qur'an suaranya sangat merdu dan nada-nada yang dia gunakan adalah nada tinggi dan panjang. Uniknya, beliau itu sudah tua dan sangat tua, namun suaranya sangat merdu. Dia tidak memegang al-qur'an sama sekali, apa yang dia senandungkan keluar langsung dari hafalan di kepalanya. Sungguh luar biasa. Jama'ah menjawab "Allah..Alllah" setiap kali beberapa ayat dibaca. Masjid menjadi riuh dengan alunan takbir dan tahmid. Tibalah waktu dhuhur. Sang qori' yang tadi melantunkan al-qur'an, langsung lanjut dengan adzan. Sang khatib maju dan mulai dengan kalimat-kalimat pujian kepada Allah. Tema yang diangkat kali ini adalah mengenai kata "Dzulm", "Kedzaliman". Beliau mulai banyak mengangkat ayat-ayat yang berkaitan dengan kedzaliman, contoh-contoh para penguasa dzalim yang dihancurkan oleh Allah subhanahu wata'ala. Tidak terasa, entah berapa lama khutbah itu menghabiskan waktu, tiba-tiba sudah tiba saatnya untuk shalat jum'at berjama'ah. Usai shalat dan melakukan wirid pribadi, saya keluar ke halaman masjid yang dipenuhi oleh para jama'ah yang mulai potret-potret dengan mengambil background menara al-azhar. Saya suka memfoto orang yang lagi memotret. Setelah beberapa menit, rasanya ingin pulang. Keluar dari masjid, hati saya yang ingin memperbanyak sedekah muncul kembali. Ketika berjalan menyusuri trotoar dari depan masjid al-Azhar dan menyeberang menuju jalan dekat masjid Husein, ada beberapa pengemis yang sudah antri. Di situ ada bapak sangat tua, entah mengapa tiba-tiba saya merasa iba kepadanya. Di saku masih ada uang 100 pound. Saya langsung mengambil dan memberikan kepada beliau sambil berharap kepada Allah semoga ini menjadi salah satu ikhtiar saya untuk dimudahkan jalan rezeki yang akan saya lalui. Ada rasa plong yang saya rasakan setiap kali saya memberi dengan sedekah. Di depan rumah sakit Husein, ada ATM BNP BARIBAS, uang di saku saya habis, saya mengambil uang di ATM 500 pound untuk bekal besok. Saya langsung pulang dan istirahat. -------------------------------------------------------------------------- Prinsip saya selama ini adalah "The more you give the more you get". Catatan ini hanya bermaksud "tahaddust binni'mah", mengatakan nikmat yang berikan Allah kepada saya. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. Salam Kompasiana Bisyri Ichwan
KEMBALI KE ARTIKEL