Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

Tertua Afrika di Mesir

29 Juli 2010   21:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:28 1009 0
[caption id="attachment_208390" align="alignnone" width="500" caption="Tiang dan lampu-lampu gantung di dalam masjid tertua (doc. pribadi)"][/caption] Mesir adalah cikal bakal masuknya peradaban islam di afrika. Saksi bisu kejayaannya telah terekam dengan jelas di masjid peninggalan seorang pejuang islam pada masa sahabat Umar bin Khatab bernama Amr bin Ash. Masjid Amr bin Ash tetap kokoh berdiri bersanding dengan peradaban kristen koptik yang berada di sekitarnya. Sahabat nabi Amr bin Ash berhasil menaklukkan Mesir lewat pintu ibu kota negara di Alexandria setelah melakukan pengepungan perang selama 16 bulan. Atas perintah khalifah Umar, Amr bin Ash memindahkan pusat pemerintahan Mesir yang awalnya berada di Alexandria ke Fustat, Mesir lama. Alasan beliau adalah benteng Alexandria rentan oleh serangan musuh yang letaknya berada di pinggiran pantai laut mediterania. Fustat dipilih oleh Umar bin Khatab dikarenakan letaknya yang strategis berada di pinggiran aliran sungai nil. Sejarah masjid tertua telah mengajak saya, mahmudi dan gus Riza seorang sahabat dari Jordan untuk mampir sebentar ke sana guna menunaikan shalat dhuhur. Jalur yang kami tempuh dari Tahrir adalah melewati Ma'adi sebagai tempat yang terkenal elit di Mesir dan melaju kencang menuju kawasan sayeda Aesya, makam cucu nabi Muhammad dari sayyid Ali Zainal Abidin. Wilayah ini sudah mulai memasuki Fustat yang sering dikenal dengan misr qodimah (Mesir lama). Memarkir mobil di pelataran masjid sudah ada beberapa bus dan mobil travel. Musim panas menjadi waktu yang tepat untuk mengunjungi seluruh wahana wisata sejarah yang ada di Mesir bagi para turis asing. Keberadaan masjid tertua Amr bin Ash sangat strategis untuk kedua agama besar terbesar sedunia; kristen dan Islam. Hanya berjarak 50 meter dari masjid tertua di Afrika berada, telah berdiri ribuan tahun sebelumnya sebuah gereja yang sangat bersejarah bernama Mar Girgis. Gereja Mar Girgis selama ini sangat terkenal oleh umat kristiani Mesir sebagai tempat pelarian bunda Maria dan Jesus saat keduanya dieksodus oleh raja Herodus yang terkenal kejam. Toleransi yang sangat tinggi sungguh terasa memasuki kawasan masjid tertua dan gereja tua. Kedua tempat ini menjadi tempat ibadah langganan untuk dikunjungi, entah sekedar ingin tahu bentuk sejarah peninggalan masa lalu atau memang ingin lebih mengerti betapa tingginya toleransi, perdamaian dan rasa saling menghormati para generasi saat itu disaat islam pertama memasuki Mesir. Dalam sejarahnya, masjid Amr bin Ash telah mengalami beberapa pemugaran untuk perbaikan. Sejak didirikan pada tahun 642 masehi, pada tahun 673 gubernur Mesir pada masa khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, Musallamah Al-Anshari memerintahkan untuk mempercantik masjid yang awalnya hanya dibangun dari tanah liat dan hanya beratapkan daun dan pelepah kurma. Sejak awal didirikan oleh sahabat nabi Amr bin Ash, luas masjid diperkirakan hanya 340 meter persegi, namun setelah mengalami beberapa kali perbaikan hingga kini, luas masjid tercatat hampir 11. 500 meter persegi dan menjadi masjid terluas kedua di Mesir setelah masjid Ahmad ibnu Thulun peninggalan pendiri dinasti Thuluniyah. Dalam satu tahun, ada satu malam istimewa untuk umat islam di Mesir yang mengunjungi masjid tertua Amr bin Ash, tepatnya setiap malam 27 Ramadlan. Puluhan ribu umat islam dari berbagai daerah di Mesir bahkan negara tetangga dengan khidmat dan khusu' melaksanakan ibadah shalat tarawih bersama dengan dipimpin oleh imam besar Mesir yang sangat terkenal bernama syeikh Muhammad Jibril. Syeikh Jibril oleh masyarakat Mesir sangat dikenal dengan bacaan qur'annya yang sangat bagus dan tartil. Siapapun orang yang mendengar bacaan al-qur'an beliau akan tersentuh dan menangis. Malam 27 Ramadlan menjadi moment yang tepat untuk bermuhasabah dan memohon ampunan kepada Allah Swt di masjid Amr bin Ash. Usai menunaikan shalat dhuhur berjama'ah, kami berkeliling menikmati pemandangan masjid yang memiliki segudang sejarah ini. Masih ada beberapa tiang yang terlihat dibiarkan asli sebagai bentuk pelestarian sejarah. Masjid ini pernah terbakar hancur seiring hancurnya kota Fustat pada tahun 1169. Lumayan puas melihat semuanya, kami pulang dan sedikit menengok melewati depan gereja tua Mar Girgis yang selalu dipadati turis asing terutama saat hari minggu tiba. Kesan saya dari peninggalan sejarah ini adalah begitu cerdasnya panglima islam Amr bin Ash saat itu yang bisa menggabungkan dua peradaban yang berbeda; peradaban islam dan peradaban kristen. ****************************************** Catatan sejarah menyambut kesucian hari Jum'at. [caption id="attachment_208396" align="alignnone" width="500" caption="Tempat wudlu di tengah pelataran masjid (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_208398" align="alignnone" width="500" caption="Lorong luas di dalam masjid (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_208402" align="alignnone" width="500" caption="Shalat dalam masjid (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_208417" align="alignnone" width="500" caption="Mihrab masjid tertua (doc. pribadi)"][/caption] Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun