Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Kematian

2 Januari 2015   18:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:58 83 1
Bagi sebagian orang, Kematian mungkin hanyalah suatu remeh temeh belaka.  Namun ketika Kematian Tiba, bisakah kita siap menghadapinya ?

Berita Kematian terus menghantui manusia, 2 x Pesawat Malaysia Airlines, 1 x Air Asia, Longsor Di Banjarnegara, Pembantaian warga Palestina.

Saya sendiri memulai Prosesi menghadapi kematian dimulai saat umur 5 Tahun ketika Ayah Angkat saya meninggal, Kemudian Nenek dari Ayah Angkat saya Meninggal, Kematian Om-Om sekandung saya satu demi satu, kematian para Bude saya, hingga Puncaknya Kematian Ibu Angkat Saya.  Ternyata masih berlanjut, ke Pakde Saya yang sudah berumur 90 tahun.  Hingga Puncaknya kemarin tanggal 30 Desember 2014, Ipar Tercinta saya juga dipanggil menghadap Rahmatullah di Usia 40 Tahun.

Bahkan Kematian tidak memberikan diskon beberapa hari saja agar Ipar saya dapat merayakan tahun Baru 2015.  Juga Tidak memberikan kesempatan untuk maskapai penerbangan Malaysia menarik napas di akhir tahun 2014.

Dari beberapa pelajaran Tasawuf yang saya pelajari ternyata Hidup adalah kematian itu sendiri, dan secepat-cepatnya semasa kita hidup musti segera bersatu secara batin kepada Tuhan sebelum kematian itu menjemput.

Kematian bukanlah tidur panjang namun merupakan awal dari hidup itu sendiri, dan Kematian itulah awal kelahiran kita sebagai infinite creature mahluk tanpa batas yang bisa menyelami relung-relung dunia antara dari Big Bang pertama sampai Galaksi terjauh.

Saya terus mencoba untuk memahami, namun ketika saya memahami, tidak juga merasa jera untuk berbuat dosa.  Berkali dosa tercipta dengan sejuta alasan di dada.  Banyak Manusia merasa belum mendapatkan panggilan, namun ternyata saya pahami sudah banyak manusia yang tercerahkan namun belum mau menjadi tercerahkan hanya menunda dan merasa masih hidup 1000 tahun lagi.

Sementara di belahan bumi Palestina, dan Negara-negara Islam Eropa Timur, di Timur Tengah dan daerah belahan dunia lainnya banyak umat Islam yang belum merasa merdeka memperjuangkan haknya dengan mempertaruhkan Kematian , Kematian yang akan menghidupkan kemerdekaan bagi kaumnya.  Kita tidak pernah lupa semboyan "Merdeka atau Mati".

Pengertian Merdeka bukanlah merdeka sebebas-bebasnya, Merdeka disini ialah terlepas dari belenggu penjajahan sehingga manusia bisa bebas menjadi "superbeing" atau super human atau infinite Human yang bebas mengekspresikan Agamanya dan menjadi luar biasa di dunia dan Akhirat Atau Mati.  Dan merdeka dari penjajahan budaya bangsa asing.  Itulah Kemerdekaan yang diharapkan para penegak bendera merah putih ditahun empat lima.

Saat ini Pengertian Merdeka ialah merdeka untuk menjadi apa saja sebebas-bebasnya, tidak perduli urusan agama, tidak perduli budaya asing, bebas menjadi apa saja di Dunia, di Akhirat urusan nanti Atau mati.  Ternyata kemerdekaan Indonesia saat ini menjadi Merdeka untuk Menjadi Terbelenggu atau Merdeka untuk menjadi Budak semata.  Perayaan Tahun Baru yang memboroskan uang masyarakat, perbankan yang mencekik, pemerintahan yang menjadi budak BBM, Perjanjian kontrak tambang dengan Asing yang mematikan bangsa ini, Tidak mampu swadaya energi karena masih budak BBM, Pendidikan yang menjadi bancakan para pejabat, tidak ada lagi moralitas diantara kita.

Merdeka saat ini , berkonotasi merdeka tidak hanya untuk menjadi super being yang memiliki 99 sifat Asmaul Husna, namun juga menjadi Super Devil yang memiliki sifat Iblis Lakntatullah.  Sehingga manusia cuma jadi budak Internet, budak TV Kabel, budak games online, dan kembali ketempat serendah-rendahnya , tinggi di Dunia atau Mati.

Kematian bukan lagi menjadi barang komoditas yang sakral, namun sekedar tempat untuk melepas lelah ketika seluruh hawa nafsu telah ditunaikan di dunia.  Tempat ketika kita kembali ke Akhirat dimana Dunia telah memuaskan segala dahaga kita.  Kematian bukan seperti Itu...!

Kematian Bukan serendah itu, Kematian bukanlah bancakan para petugas TPU dan Petugas penguburan yang ingin mendapatkan rupiah dari kematian seseorang.  Ketika kematian Tiba, yang ditinggalkan selalu dihadapkan berapa besar rupiah yang harus dikeluarkan agar almarhum dapat tempat di TPU terdekat.  Itulah kematian.  Bahkan setelah kematian pun kita juga harus berhadapan dengan berapa rupiah yang harus kita bayarkan setiap 3 tahun untuk memperpanjang hak dikubur disitu.  Bahkan setelah Matipun, Jenasah kita ditolak oleh yang Hidup kalau kita tidak bisa membayar biaya Administrasi sewa lahan.  Bahkan Kematian menjadi sumber PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak)

Kalaupun Alarhum ini kaya raya dan bisa di kubur di San Diego Hills atau TPU Swasta mewah lainnya mereka tetap harus membayar PBB setiap tahun.  Biarpun tanah kuburan mereka ini sudah di sertifikat SHM, tetap saja pembayaran PBB jalan terus sampai hari kiamat.  Apakah ini artinya Kematian bisa menjadi sumber kehidupan buat negara atau orang-orang yang terlibat di bisnis penguburan ini ?  Aha.....bisa jadi.

Saya kadang bingung, kalau gembel-gembel dan orang yang tinggal dipinggir kali meninggal, siapakah yang akan mengurus jenasah mereka ?  Duitpun mereka belum tentu punya.  Saya pernah nonton film di Amerika Ketika Gembel meninggal, mereka dikubur begitu saja tanpa nisan tanpa ahli waris tahu kemana harus berziarah.

Mungkin ini kebenaran dari Taman Pemakaman Umum di Arab yang tanpa nisan dan tanpa perlu membayar biaya bulanan.  Orang yang berziarah pun cukup dari luar makam untuk mendoakan.  Kematian harusnya gratis bukan membayar.  Penting mana memberi makan orang hidup yang kelaparan, memberikan pendidikan bagi kaum yatim piatu daripada  membayar iuran 3- tahunan makam di TPU atau membayar PBB di pemakaman mewah ?

Manusia kehilangan logika ketika menghadapi kematian.  Kematian pun dipelihara agar yang hidup merasa almarhum masih ada disisi-nya, Ketimbang melanjutkan hidup.

Sudahkah kita siap dengan kematian.  Ketika saya tanya ke beberapa orang, sudah kah anda siap untuk mati ?  Mereka hanya tertawa-tawa saja.  Ketika saya tanya kembali, bekal apa yang sudah anda siapkan, mereka bilang "Santai Bro....!, masih muda kita , mari kita puaskan saja syahwat kita dulu "

Sesungguhnya yang paling dekat dengan Manusia adalah Kematian (Al-Ghazali)

Sudahkan anda hafal Juz Amma untuk modal menghadapi kematian ?

Sudahkan anda sholat 5 waktu di mesjid untuk modal menghadapi kematian ?

Sudahkah anda Berpuasa untuk modal menghadapi kematian ?

Sudahkah anda Sholat malam dan fajar untuk modal menghadapi kematian ?

Sudahkan anda siap untuk menghadapi kematian ?

Kalau leluhur kita selalu berkata, "Orang Kaya Kikir mati, Orang Kaya Dermawan Mati, Raja Lalim Mati, Raja Adil Mati, Pengemis Malas Mati, Petani Rajin Mati, Inilah akhir yang siapapun tak bisa menghindarinya, hanya bisa menyongsongnya dengan menjadi manusia yang benar, manusia yang Mengerti, Manusia yang Memahami , Manusia yang Menghayati dan Manusia yang Menjalani Kehidupan sesungguhnya sesuai dengan Kitab Suci.

Mari kita mulai menjadi manusia, untuk menyongsong Kematian..........

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun